GITARAN SORE, persembahan KOMUNITAS INDONESIA GUITAR COMMUNITY




Gitar sudah lama menjadi bagian dari masyarakat dunia. Di Indonesia, di berbagai sudut kota maupun di desa, gitar kerap dijadikan sarana memeriahkan suasana. Kedekatan gitar dengan masyarakat Indonesia berujung pada banyaknya gitaris yang bermunculan, baik proefesional, maupun amatir di Indonesia. Kecintaan masyarakat Indonesia pada alat musik petik satu ini juga yang akhirnya mendorong banyaknya komunitas gitar lahir di Indonesia.

Sayang, banyaknya komunitas gitar yang ada tidak diiringi dengan manajemen yang baik, dan semangat kuat untuk terus bertahan. Sehingga banyak komunitas gitar yang mati suri. Hal ini akhirnya menggugah pemimpin umum majalah Gitar Plus, Intan Pratiwi, untuk menggerakkan kembali komunitas gitar yang ada di seluruh Indonesia. Pada Agustus 2011, Intan yang tengah berada di Bandung, bersama Komunitas Indonesia Guitar Community memiliki gagasan sederhana.

Mereka ingin membuat acara dengan mengundang komunitas gitar yang ada di Bandung untuk sekedar bermain gitar sambil menunggu waktu berbuka puasa. Namun tanpa disangka kegiatan itu bisa mengundang ribuan orang untuk hadir. Padahal saat itu tidak banyak gitaris terkenal yang hadir. Hanya ada Bengbeng ‘Pas Band’, Balawan, dan Ezra Simanjuntak. Sisanya dihadiri anggota dari tiga komunitas gitar di Bandung. Cikal bakal kegiatan Gitaran Sore pun lahir dari situ.

Melihat antusiasme yang ada, Intan semakin sadar kalau gitar merupakan alat musik universal yang banyak diminati masyarakat. Akhirnya, di tahun pertama penyelenggaraannya, Gitaran Sore melebarkan sayap ke tiga kota lain, seperti Surabaya, Makassar, dan Tangerang. Prediksi Intan tak meleset. Gitar memang memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda.

Hal itu bisa dibuktikan pada penyelenggaraan Gitaran Sore di tahun ke dua yang digelar di delapan kota. Antusiasme pengunjung tetap tinggi.  Sementara di tahun ketiganya, penyelenggaraan Gitaran Sore meluas ke 16 kota di Indonesia. Tak hanya ingin memasyarakatkan gitar, acara Gitaran Sore juga berisi edukasi kepada para pengunjung yang datang.

Isi kegiatan Gitaran Sore terbilang sederhana. Biasanya, kegiatan ini diisi jam session sejumlah gitaris ternama atau permainan solo minus one dari sejumlah anggota komunitas. Istimewanya, acara itu membebaskan penonton melakukan tanya jawab atau memberi masukkan langsung kepada penampil. Format acara yang santai dan penampil yang rela berbagi ilmu pun menjadi daya tarik khusus bagi pengunjung yang datang.

Gitaran Sore memang diharapkan dapat menjadi wadah berkumpulnya para komunitas gitar yang ada di seluruh Indonesia. Harapan itu sepertinya tidak sia-sia. Sebab, Gitaran Sore nyatanya mampu menghidupkan kembali sejumlah komunitas gitar yang dulu sempat hidup lalu redup. Kegiatan Gitaran Sore pun sering dijadikan wadah bagi para gitaris yang tak mempunyai panggung untuk unjuk gigi. Selain itu Gitaran Sore juga membuka peluang bagi para gitaris untuk saling mendukung satu sama lain.

Melalui acara komunitas semacam Gitaran Sore, para gitaris memang bisa saling terkoneksi. Beragam peluang pun bisa hadir bagi para gitaris, termasuk melagkah ke industri musik atau rekaman. Gitaran Sore kini bisa dibilang menjadi salah satu acara komunitas gitar yang cukup diperhitungkan.

Gitaran Sore membuat komunitas gitar yang ada di Indonesia menjadi lebih terlihat. Tak jarang, acara semacam ini malah melahirkan minat-minat baru pada dunia gitar. Dengan banyaknya orang yang tertarik pada gitar, diharapkan lagi, dunia pergitaran di Indonesia akan menjadi bagian dari budaya subkultur. Bahkan Indonesia pun bukan tidak mungkin menjadi salah satu pangsa pasar yang sangat menjanjikan untuk alat musik satu ini.   


  

Komentar