KEDAI ART BRUT, Ruang Apresiasi Seni Bagi Penderita Skizofrenia



Bangunan berpelitur kayu itu berisi peralatan rumah tangga yang tidak biasa. Misalnya, di setiap gelas kaca, ada tulisan berbunyi ‘Art Brut’, di sisi lainnya tertulis ‘Pakwi’. Di sisi tiap dinding tergantung belasan lukisan beraneka objek dengan warna-warna terang menyala. Di satu sudut ruangan, ada rak biru yang cukup tinggi. Di tiap-tiap ruang kosong di rak itu, tertata stoples kaca, vas, tatakan cangkir, piring kaca, dan kaus dengan warna dasar putih polos.

Namun ada yang berbeda dari barang-barang itu. Yaitu adanya lukisan kecil karya identitas Dwi Putro yang lebih akrab disapa Pakwi, seorang penderita skizofrenia. Bangunan kecil ini disebut dengan Kedai Art Brut, yang berdiri di Pasar Seni, Ancol, sejak April 2013. Di Kedai Art Brut ini, kita dapat menemukan pernak-pernik hasil karya penderita skizofrenia, termasuk Pakwi.

Pakwi menderita skizofrenia sejak dibangku kelas 3 SD. Saat itu, ia mengalami gangguan pendengaran dan kesulitan berbicara serta menjalin kata-kata. Struktur menulisnya pun kacau. Ciri inilah yang menjadi ciri skizofrenik Pakwi. Pada 1983-1985, kondisinya memburuk. Ia sempat masuk rehabilitasi karena sering mengamuk tanpa sebab. Setelah ayahnya meninggal pada 1996, perhatian keluarganya berkurang. Pakwi kemudian hidup menggelandang. Sampai kemudian adiknya yang bernama Nawa Tunggal mengajaknya melukis. Ternyata tanpa disadari, Pakwi menyukai sekali melukis. Bahkan hingga saat ini ia menjadikan melukis sebagai sarana pembebasan terhadap dirinya. Sekarang, Pakwi telah menciptakan ribuan hasil karya lukisan yang kemudian dijual di Kedai Art Brut ini.

Dalam melukis, Pakwi selalu mengikuti kata hatinya. Ia melukis semaunya, tidak terpaku pada gaya atau aliran lukisan tertentu. Di bulan Oktober 2012, 1001 lukisan hasil karyanya sempat dipamerkan dalam sebuah pameran tunggal di Pasar Seni, Ancol. Karakter lukisan Pakwi adalah warnanya yang terang benderang, dan penggambaran objek yang jelas. Objek yang biasa dituangkan dalam lukisannya adalah bunga, daun kuping gajah, angsa, ikan, katak, ayam, ember, kupu-kupu, dan masih banyak lagi.

Di kedai ini pun, kita bisa menemui Pakwi dan melihatnya melukis. Ia selalu melukis dalam suasana yang hening. Awalnya, ia menggambar model dengan pensil, menggaris halus, lalu membuat sketsa. Kemudian salah satu stafnya, akan membantunya mencampurkan cat lukis di atas palet. Setelah itu, Pakwi langsung melapisi gambar tadi dengan warna-warna yang disukainya.

Bagi penderita skizofrenia, obat-obatan tidak terlalu berpengaruh pada kesembuhan. Hal yang paling penting adalah dukungan keluarga dan saluran untuk berekspresi. Masyarakat juga harus belajar untuk menghilangkan stigma buruk bahwa penderita skizofrenia adalah orang tidak waras. Dengan adanya Kedai Art Brut, diharapkan mampu memperlihatkan kepada masyarakat bahwa penderita skizofrenia juga bisa berproduksi kreatif. Karya-karya mereka pun layak dihargai dan dinilai secara komersial.

Barang-barang yang dijual di Kedai Art Brut berkisar dari harga Rp 35 ribu hingga Rp 150 ribu. Termasuk mug, kaus, tatakan cangkir atau gelas, piring, vas, dan cerek keramik. Khusus untuk lukisan kanvas, harga bisa langsung dinegosiasikan di tempat.  

Komentar