SD BINTANG MADANI, Mengenalkan Jiwa Enterpreneurship Sejak Tingkat Dasar




Sejak awal didirikan pada 2010, SD Bintang Madani mengusung visi dan misi mencetak anak yang memiliki jiwa wirausaha. Kebetulan, saat itu di Bandung memang masih jarang sekolah tingkat dasar yang menonjolkan sisi entrepreneurship dalam kurikulumnya. Oleh karena pemilik yayasan Bintang Madani adalah seorang entrepreneur, maka saat hendak mendirikan sekolah, ia pun berpesan kepada pengelolanya, agar menjadikan entrepreneurship sebagai ciri khas sekolahnya.

Mulanya, pihak pengelola masih meraba-raba aktivitas apa yang tepat untuk diterapkan sebagai mata pelajaran di kelas. Namun, setelah tiga tahun berjalan, perkembangannya ternyata cukup menggembirakan. Sejak kelas 1-6, semua siswa mendapatkan mata pelajaran entrepreneurship. Tentu saja, bentuk dan aktivitasnya berbeda-beda sesuai tingkatan kelas. Untuk kelas satu, misalnya, yang ditekankan adalah sisi pengalamannya.

Misalnya, menawarkan dan menjual sesuatu. Tujuannya untuk memunculkan keberanian siswa untuk menawarkan sesuatu yang djualnya kepada orang lain. Juga untuk menyiapkan mental ketika tawarannya ditolak. Pada tahap ini, wali kelas akan mendampingi siswa melihat langsung cara mereka menawarkan barang yang dijualnya. Produk yang dijual pun masih lebih banyak barang jadi, tak dibuat langsung oleh para siswa.

Sementara untuk siswa di kelas yang lebih tinggi, mereka banyak diajak untuk menggali ide. Biasanya guru mengajak mereka berdiskusi tentang produk apa yang akan dijual atau dibuat. Setelah disepakati, barulah dikerjakan bersama. Biasanya berupa makanan atau kerajinan tangan. Bahkan untuk kelas enam, siswa diberi tantangan lebih karena diminta untuk memasak atau membuat sendiri produknya.

Mereka diajari untuk bisa mengelola sendiri, baik dari sisi modal, perhitungan laba rugi, dan produksi. Misalnya, saat ujian praktik, siswa kelas enam diberi modal. Dengan modal seadanya mereka diminta untuk bisa mendapatkan keuntungan dari produk yang mereka buat. Nah, untuk bisa mendapatkan untung atau tidaknya, itu sangat tergantung pada kreativitas.

Setahun sekali, untuk memfasilitasi mata pelajaran entrepreneurship, SD Bintang Madani mengadakan market day. Biasanya acara ini memiliki tema khusus. Misalnya tema Satu Hari Tanpa Nasi. Setiap kelas diberi modal dalam jumlah sama dari uang kas kelas, lalu siswa tiap kelas berdiskusi bersama wali kelas masing-masing untuk menentukan produk apa yang akan dibuat sesuai tema.



Para siswa diajak memikirkan bagaimana caranya dengan uang yang jumlahnya tak besar itu bisa dipakai untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang didapat biasanya dimasukkan ke kas masing-masing kelas. Mau dipakai untuk apa, diserahkan ke siswa. Biasanya uang sisa itu mereka gunakan untuk membuat merchandise untuk dipakai sendiri.

Selain market day, sekolah yang terletak di Jalan Terusan Pesantren No 102 Kecamatan Arcamanik, Bandung ini juga mengadakan pameran. Di acara ini, siswa bisa menjual hasil karyanya lewat lelang. Misalnya berupa gambar, dengan pembeli dari kalangan orang tua siswa.

Sejauh ini, para orang tua siswa merasa senang dengan adanya mata pelajaran entrepreneurship. Sebab, ternyata pelan-pelan sudah muncul jiwa wirausaha dalam diri anak mereka. Sehari-hari di sekolah siswa juga diperbolehkan berjualan. Kebanyakan mereka menjual makanan, termasuk makanan buatan orang tuanya sendiri. Namun waktu berjualan hanya boleh dilakukan pada jam istirahat. Saat pelajaran tidak boleh berjualan, kecuali kalau pelajarannya entrepreneurship.

Diharapkan, ke depannya para siswa tidak hanya menjual makanan, melainkan juga bisa menjual karya mereka sendiri, misalnya lukisan atau lainnya. Memang, sebagian siswa terutama dari kelas yang lebih rendah, masih ada yang malu. Namun tak sedikit yang merasa senang dengan pelajaran ini.

Biasanya para siswa menawarkan produk yang dijualnya ke teman, kakak kelas, bahkan guru. Bisa juga, guru ikut terlibat dalam proses pembuatannya. Yang dibuat biasanya makanan yang rata-rata disukai anak-anak, antara lain snack, yang pembuatannya tidak menggunakan api atau minyak, seperti bola-bola cokelat. Yang ditekankan oleh para guru dalam pembuatan makanan adalah nutrisi hijau, mengurangi penyedap, dan mengurangi pemanis buatan.


  


Komentar