LUSIA EFRIANI KIROYAN, Pengusaha Arang dan Penulis Buku ' Cinderella from Indonesia'




Wanita asal Batam ini pernah meraih penghargaan tingkat internasional untuk usahanya megolah tempurung kelapa menjadi arang berkualitas ekspor. Menurutnya, usaha arang dari tempurung kelapa belum banyak dilirik orang dan ia justru mendapat berkah dari usahanya ini.

Ketertarikan Lusia berbisnis arang dari tempurung kelapa ini terjadi secara kebetulan. Awalnya, ia bekerja sebagai public relation manager di salah satu perusahaan karbon pada tahun 2008. Perusahaan itu memproduksi bahan bakar briket yang akan diekspor ke beberapa negara. Maka tak heran ketika akhirnya Lusia jadi tahu seluk beluk soal arang.

Dari situ, ia pun mulai berpikir untuk berbisnis sendiri. Ia pun segera mencari supplier arang yang berkualitas. Sampai akhirnya, setelah dua tahun bekerja, ia memutuskan keluar dari perusahaan tempatnya bekerja, dan mulai mandiri menekuni usaha arang sejak tahun 2010.

Selanjutnya, Lusia mulai memperkenalkan arang milik usahanya ke sejumlah pembeli asing. Caranya, dengan sering mengikuti business gathering setiap ia bepergian ke luar negeri. Ia juga pernah diundang mewakili UKM Apindo Kepulauan Riau (Kepri) ke Shanghai, China, untuk mengikuti world expo, bersama 49 UKM lainnya se Indonesia, pada tahun 2010. Selain ke China, ia juga pernah diundang ke Amerika Serikat dan Australia.

Banyaknya undangan untuk mempromosikan usahanya di luar negeri, ini karena usahanya dinilai sebagai sesuatu yang baru. Lusia dianggap sebagai pengusaha wanita muda yang tertarik menekuni jenis wirausaha yang ramah lingkungan dan mampu memberdayakan wanita.

Saat mengikuti world expo di Shanghai, China pada tahun 2010 itu, tak disangka, di sana ia mendapat pesanan 1 juta ton arang. Sayangnya, ia merasa belum siap memenuhi permintaan itu, sehingga permintaan itu terpaksa ditolaknya. Tapi beberapa bulan berikutnya, ia diundang lagi ke Shanghai untuk menghadiri acara China-Business Gathering, dan langsung diminta untuk menanda tangani MOU atau kesepakatan kerja sama dalam memenuhi permintaan arang dari tempurung kelapa, di hadapan Presiden SBY dan enam menteri lainnya.

Semula Lusia berpikir, tak mungkin bisa mengerjakan sendiri pesanan arang sebanyak 1 ton itu. Tapi ia mendapat ide untuk memberi pelatihan ke siapa saja yang ingin belajar membuat arang dari tempurung kelapa. Sebab ia pikir, ini juga bisa menjadi jalan rezeki baginya. Selain membagi ilmu, ia juga bisa sekaligus mendapatkan bahan baku arang berkualitas dari orang-orang yang belajar pengolahannya dari dirinya.

Sampai sekarang, masih banyak permintaan arang dari luar negeri yang diterimanya. Karena, kebutuhan dunia akan arang begitu banyak. Sayangnya, bisnis ini belum terlalu menarik perhatian pemerintah Indonesia. Di Batam saja, hanya ada satu perusahaan arang dan petaninya masih sekitar 30-an orang saja.

Sama seperti emas, arang memiliki guna yang banyak sekali. Mulai dari bahan bakar untuk barbeque, juga membakar sisha atau rokok khas Timur Tengah. Arang juga bisa diolah menjadi karbon aktif. Bisa untuk isi batu baterai dan obat-obatan, seperti obat diare, juga untuk kosmetik, tambang emas, hingga bahan baku nuklir.

Selama menekuni bisnis arang, tentu banyak suka dan duka yang dialami Lusia. Duka yang paling dirasakan adalah soal modal. Tantangannya, antara lain harus bisa meyakinkan perbankan ketika dirinya perlu suntikan dana. Apalagi bisnisnya hanyalah arang. Ketika ada pembeli pesan arang dengan skala besar, tentu ia harus punya modal besar dulu di awal.

Selain itu, harga arang yang dulunya hanya Rp 1.600 per kilogram, sekarang sudah naik jadi Rp 2.500 per kilogram, dan ketika sampai Jakarta, sudah Rp 3.500 per kilogram. Namun dengan kenaikan harga itu, terkadang pembeli tidak mau tahu, sehingga ia harus pintar-pintar mengatur harga.

Kendala lainnya, Lusia pun mengakui bahwa ia masih kurang mendapat dukungan dari keluarga. Apalagi dari empat saudara, hanya ia satu-satunya perempuan yang berkecimpung menjadi petani arang. Namun karena ia sangat mencintai pekerjaan ini, ia tetap memegang prinsip ‘maju terus pantang mundur’. Bagi Lusia menjalani usaha arang ini sangat mengasyikkan, di mana ia bisa mengolah sampah menjadi produk yang sangat bernilai. Lewat usaha ini pula ia bisa membuka lapangan pekerjaan bagi orang-orang berpendidikan rendah.

Meski sudah banyak raihan prestasi yang ia dapat dari bisnis arang ini, tak membuat Lusia kendur menuntut ilmu. Ia pun pernah dapat kesempatan belajar di Asutralia melalui Moslem Exchange Program yang dibiayai oleh Foreign Affairs and Trade Department, Australia. Sekembalinya dari sana ia mendapat penghargaan The International Alliance for Woman 100 World Differences di Washington DC, Amerika Serikat pada 18 Oktober 2012, untuk kategori entrepreneur. Walaupun hanya membuat arang, para juri menilai, langkah kecil yang dilakukan Lusia ini mampu memberikan perubahan terhadap dunia ke arah yang lebih baik.  

Sukses menjadi pengusaha arang, Lusia masih menyimpan satu obsesi tersendiri. Ia ingin sekali bisa memotivasi anak Indonesia untuk bangga menjadi petani atau nelayan. Sebab, Indonesia dikarunai tanah yang subur dan laut yang luas. Inilah harta karun bangsa yang sangat berharga. Ia ingin mempersiapkan generasi muda Indonesia agar mau mengolah dan memanfaatkan semua sumber daya alam ini dengan baik demi kesejahteraan masyarakat Indonesia juga. Ia pun juga ingin keliling Indonesia untuk mengajarkan masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir, bagaimana membuat arang dari tempurung kelapa yang berkualitas.  

Di luar berbisnis arang, masih ada kegiatan lain yang dilakukan Lusia. Ternyata ia sudah berhasil mewujudkan salah satu mimpinya membagun Rumah Belajar dan Rumah Singgah ‘Cinderella from Indonesia Center (CFIC)’ di kawasan Duta Mas, Batam Centre. Nama rumah singgah itu diambilnya dari judul buku yang ia tulis sepulang belajar dari Amerika Serikat.


Pada tahun 2011, Lusia memang sempat belajar di Amerika Serikat yang dibiayai penuh oleh US Department, melalui program International Visitor Leadership Programme Economic Development, selama 40 hari. Selama berada di negeri Paman Sam itu, ia sempat berkeliling ke enam negara bagian dan mengunjungi 13 kota.

Ide membuat buku ini dilatari karena ia memang pengagum negara Amerika Serikat. Ia pun juga seorang pemimpi. Di sana, apa yang ia impikan sejak kecil bisa dialami. Selanjutnya, semua yang ia pelajari di sana dan pengalaman berharga lainnya itu di tuangkannya dalam bentuk buku. Buku itu didedikasikannya untuk anak-anak tak mampu dan sejumlah kegiatan sosial, karena Lusia merasa selama ini belum bisa memberikan apa-apa buat negara. Buku berjudul Cinderella from Indonesia ini ia buat selama tiga bulan dan diluncurkan pada Maret 2012. Diharapkan lewat buku ini ia bisa memotivasi anak-anak Indonesia yang lahir dari keluarga tak mampu, sehingga mereka tetap berani bermimpi dan tak putus asa. Buku ini dijualnya secara online. Cetakan pertama sebanyak 10 ribu buku sudah ludes terjual.

Sebulan sekali, Lusia juga menyempatkan untuk berkunjung ke sejumlah pulau di Indonesia untuk membagi-bagikan buku secara gratis untuk anak-anak yang tinggal di pulau-pulau terpencil di seluruh Indonesia.

Jika tak ada kegiatan lain, setiap Sabtu dan Minggu, ia juga dengan senang hati akan mengajar keterampilan buat siapa saja yang mau praktik di rumah singgahnya. Seperti membuat es krim, kue bolu, bantal aneka bentuk, tempat tissue, dan lainnya. Bahkan, ia juga pernah mengajari para tahanan wanita untuk belajar keterampilan. Semua hasil kerajinan tangan mereka dipajang di rumah singgah dan siapa saja boleh membelinya.
   


Komentar

  1. ayooo mbak Lusi, maju terus pantang mundur (y)

    BalasHapus
  2. Saya telah membaca sedikit kisa tetang ibu dalam usaha arang apakah berkenanan lebih banyak menceritakan bagaimana Anda sacess bisnis arang.

    BalasHapus
  3. May I know your email address, dear Lusia? I investigated high temperature biomass carbonization technology with 50% produced charcoals, hot gas for power generation and waste heat for other application.

    Wassalam,
    Dipl. Ing. Jusri Jusuf
    jusri.jusuf@gmail.com
    +628111990423

    BalasHapus
  4. Salam ibu Lusia,

    Saya berminat untuk menggeluti bisnis briket kelapa.
    Apakah ibu mengadakan training untuk ini.
    Mohon informasinya

    Salam

    Marlon
    081318882898

    BalasHapus

Posting Komentar