RAGAM TRADISI MASYARAKAT INDONESIA MENYAMBUT DATANGNYA RAMADHAN



Sebagai negara dengan jumlah penduduk beragama Islam terbanyak di dunia, Indonesia pastilah memiliki tradisi khusus untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Setiap daerah memiliki tradisi masing-masing yang unik. Di Surabaya misalnya, tradisi itu di namakan megengan. Megengan merupakan tradisi yang dilakukan menjelang Ramadhan di mana warga menyantap kue bersama tetangga sekitar. Dalam tradisi megengan, setiap warga menyumbangkan sedikitnya 50 kue untuk acara tersebut. Kegiatan megengan biasa dilakukan di masjid, tapi banyak juga yang menyelenggarakan di rumah.  Mereka mengundang kerabat dan tetangga dekatnya untuk berdoa dan santap makan bersama.




Jenis kue khas warga Surabaya  yang dihidangkan dalam menyambut Ramadhan itu adalah kue apem. Kue apem memang sudah menjadi kebudayaan kental masyarakat Jawa Timur dalam setiap acara. Penganan lainnya yang disajikan dalam megengan adalah pisang raja. Ada makna di balik dua penganan itu. Kue apem dan pisang raja jika digabungkan akan membentuk payung, yang dimaknai sebagai perlindungan dari segala hambatan ketika menjalankan ibadah puasa.



Pelaksanaan megengan umumnya dlakukan mulai dari sepekan hingga sehari sebelum masuk bulan Ramadhan. Mengenai waktu pelaksanaan, bergantung kultur di setiap kampung. Sebelum megengan, pada sore hari sebagian warga Surabaya berziarah ke makam leluhur dan tokoh agama ternama, di antaranya makam Sunan Ampel dan Mbah Bungkul.

Di Bogor, Jawa Barat, masyarakat juga biasa menggelar cucurak, yaitu tradisi berkumpul dan menggelar makan bersama. Tradisi lain yang biasanya dilakukan menjelang Ramadhan, yaitu mandi di sungai atau kali. Masyarakat Jawa mengenalnya padusan, sedangkan Minang menyebutnya dengan mandi balimau.

Di Kota Bandar Lampung, masyarakat juga melakoni tradisi serupa. Menjelang Ramadhan, masyarakat setempat menyerbu Sungai Akar, Kelurahan Sumur Putri, Kecamatan Telukbetung Utara, Kota Bandar Lampung. Tradisi yang sudah berlangsung turun temurun ini disebut belangiran. Banyak versi mengartikan belangiran. Ada yang menyebutkan berkumpul mandi bersama dengan bersenang-senang di Kali Akar.



Ada juga yang mengartikan belangiran sebagai wadah silaturahim menjelang bulan puasa dengan main di Kali Akar. Bahkan, ada juga yang meyakini tradisi belangiran sebagai penyucian jiwa. Artinya, setiap yang datang tidak bisa memastikan niatnya untuk apa. Pemerintah Provinsi Lampung pun menilai tradisi ini layak dilestarikan sehingga memasukkannya sebagai event lokal tahunan. Belangiran biasanya digelar satu pekan menjelang Ramadhan.

Pada hari-hari biasa, Sungai Akar terlihat sepi. Hanya ada beberapa warga yang bertempat tinggal di sungai penuh bebatuan besar itu melakukan aktivitas, seperti mandi, cuci, dan kakus. Namun, suasana berbeda terlihat ketika belangiran digelar. Masyarakat memadati sungai yang sumber airnya berasal dari perbukitan Gunung Betung dan bermuara di Teluk Lampung. Banyaknya warga yang berkumpul tak pelak membuat jalan-jalan yang mengarah ke Kali Akar padat dan macet. Kegiatan ini berlangsung dari siang hingga petang hari.

Tradisi ini tidak hanya mandi bersama. Tapi warga setempat juga menjadikan kegiatan ini sebagai ajang kumpul-kumpul di kali. Ada yang mandi, dan ada yang hanya sekedar bercanda dan bersenang-senang saja. Belangiran semakin meriah ketika panitia penyelenggara melepas ratusan kilogram ikan mas, bebek, serta ayam di lokasi. Warga pun akan berhamburan berlomba-lomba mendapatkan ikan, bebek, dan ayam tersebut.
 

Namun tradisi belangiran atau mandi di kali ini bukanlah kegiatan meleburkan dosa. Belangiran hanyalah sekedar tradisi adat budaya setempat yang diwariskan secara turun temurun, dan sifanya hanya untuk menghibur warga. Tradisi lain yang biasanya dilakukan menjelang Ramadhan, yaitu berziarah ke makam atau dikenal dengan nyekar. Nyekar bertujuan menghormati keluarga yang sudah meninggal dengan merawat makamnya.



Komentar