Tesa 129, Layanan Telepon Curhat Untuk Anak Dan Remaja



“ Kamu sedang gembira, bahagia ? Sedih ? Ingin curhat, tapi tak tahu ke mana harus cerita ? Teleponlah pada Tesa, 129.”

Leaflet dengan tulisan di atas tersebar di beberapa sekolah di Yogyakarta. Jangan salah mengira ini nomor telepon premium yang menawarkan layanan yang ‘bukan-bukan’. Tesa bukanlah nama satu orang, melainkan nama sederet psikolog yang tergabung dalam Telepon Sahabat Anak 129, layanan yang diberikan atas kerja sama Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta PT Telkom. Demi satu alasan, mereka sepakat menggunakan nama yang sama, Kak Tesa.

Di Yogyakarta, mereka siap dihubungi mulai pukul 08.00 hingga 17.00. Di luar jam itu, layanan curhat masih bisa dilakukan, tapi melalui akun Twitter @tesa129jogja dan Facebook Tesa Diy. Kak Tesa yang bertugas akan menjawab mention mereka saat itu juga.

Tesa 129 tergabung dalam Forum Penanganan Korban Kekerasan (FPKK) Daerah Istimewa Yogyakarta. Sejak didirikan, lembaga ini menyatakan siap membantu menyelesaikan berbagai permasalahan anak dengan berjejaring bersama lembaga-lembaga yang peduli pada anak lainnya di provinsi itu.

Layanan yang diberikan beragam, mulai dari konseling jarak jauh (tele-counseling), menyediakan akses pada lembaga rujukan, hingga pendampingan dan layanan darurat. Tak sedikit yang menelepon hanya untuk berbagi keceriaan, misalnya baru saja ‘ditembak’ teman pria pujaannya atau dipuji guru karena mengerjakan PR dengan baik.

Sejak didirikan pada tahun 2011, jumlah penelepon terus bertambah tiap bulannya. Tak hanya anak-anak dan remaja, tapi juga orang tua yang memerlukan nasihat mengenai cara berdialog dengan anaknya atau ingin sekedar curhat tentang problem anak-anak mereka. Jumlah penelopon akan melunjak biasanya setelah mereka melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah.

Di ruang kecil yang menempel di Gedung Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Korban Kekerasan ‘Rekso Dyah Utami’, lima konselor bergantian bertugas. Kelimanya adalah psikolog dan mahasiswa fakultas psikologi dan bimbingan/konseling dari beberapa perguruan tinggi di kota pelajar ini. Mereka akan sangat senang, jika yang menelepon bisa mendapatkan pencerahan dan jalan keluar dari kemelutnya.

Tesa memang kerap menjadi ‘keluarga pengganti’ bagi anak, terutama mereka yang bermasalah. Padahal seringkali mereka hanya menyediakan ‘telinga’ untuk mendengarkan keluhan-keluhan yang datang. Kadang tanpa perlu mereka nasihati, anak yang menelepon sebenarnya sudah tahu dan mendapatkan jalan keluarnya sendiri. Para penelepon itu hanya butuh didengar dan diarahkan untuk mendapatkan solusi kemelutnya.

Kebanyakan anak-anak yang bermasalah adalah mereka yang keluarganya juga bermasalah. Mereka tak menemukan kehangatan seperti yang seharusnya didapatkan dari keluarga. Dan, adalah kewajiban bersama untuk menjadikan anak-anak sejahtera dan percaya diri menyongsong masa depannya. Perlu diingat, bahwa anak tidak pernah meminta untuk dilahirkan, tetapi bila ia sudah terlahir di dunia, ia berhak atas kehidupannya. Dan kewajiban orang tua adalah membantu kewujudkan cita-cita dan asanya.


Komentar