MUSLIKHAH, Pelatih Keterampilan Daur Ulang Sampah Untuk Penyandang Tunanetra dan Keluarga Pemulung



Tampak sekitar 20 tunanetra terlihat antusias mengikuti pelatihan keterampilan melipat sampah daur ulang berupa bungkus minuman atau makanan berbahan plastik yang dipimping langsung Muslikhah. Beberapa tahun belakangan, wanita paruh baya asal Kendal, Jawa Tengah, ini mempunyai kegiatan memberdayakan kalangan dhuafa membuat kerajinan tangan yang bernilai ekonomi dari bungkusan kopi atau produk lain yang berukuran sama.

Meskipun menderita cacat, para peserta tampak antusias. Mereka sudah mampu melipat, walau masih terkendala mencari motif karena bungkusan minuman belum tentu memiliki huruf braile. Namun demikian, ibu dua anak ini mengagumi semangat mereka untuk bisa terampil dan berkarya.

Selain kepada penyandang tunanetra, Muslikhah juga memberi pelatihan keterampilan kepada tak kurang dari 30 ibu-ibu yang berdomisili di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang, Bekasi Timur. Lokasinya tidak jauh dari gerbang masuk truk besar pengangkut sampah.

Ditemani aroma tak sedap jutaan ton sampah nan menyengat, Muslikhah sama sekali tak masalah, untuk tetap berbagi kiat sederhana melipat limbah daur ulang dari bungkus minuman atau makanan. Rutinitas ini bisa berlangsung dua jam. Para Ibu warga sekitar Bantar Gebang saat ini menjadi peserta didik Muslikhah. Tidak hanya aktif di pelatihan, tapi mereka juga berperan sebagai pemasok produk kerajinan tangan. Muslikhah kemudian membeli, lalu menjualnya. Di rumahnya yang terletak di Gang Rawa Bali, Jln Yon Armed, Cikiwul, Muslikhah selalu mendapat pasokan produk kerajinan tangan dari tetangga sekitar rumahnya.

Limbah plastik seperti bungkus kopi, mie instan,  dan botol mineral ditampung, kemudian diubah menjadi kerajinan cantik.  Misalkan, bungkus kopi dan mie instan dianyam menjadi tas cantik. Selain dibuat tas, limbah plastik juga dibuat tempat tisu, tempat pensil, tikar, hingga baju plastik. Ini adalah bentuk solusi mengatasi limbah plastik agar menghasilkan, yang hasilnya pun diperuntukkan untuk warga sekitar.

Alumnus SPG Muhammadiyah, Kendal, Jawa Tengah, ini juga menjelaskan kegiatan tersebut sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan akan bahaya sampah plastik. Oleh karena itu, dia mengajak warga sekitar rumahnya untuk mendaur ulang botol air mineral, sampah plastik, Styrofoam, selain itu ada juga limbah kertas dan kardus. Dia memulainya dengan cara membagikan 28 tong sampah cuma-cuma kepada warga agar tidak buang sampah sembarangan.

Muslikhah berusaha menularkan keahlian mendaur ulang sampah kepada warga. Setiap akhir pekan, diadakan pelatihan membuat kerajinan dari limbah plastik. Upaya sederhana ini pun telah mendapat respon dari ketua RW setempat. Masalah terberat sekarang hanyalah mengubah pola pikir warga agar lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan.

Setiap pekan selalu ada saja yang membeli produk kerajinan tangannya, meski tidak banyak. Pernah produknya dipamerkan pada pameran keterampilan anak usia dini di Kota Bekasi. Ketika itu, ada ibu-ibu yang tertarik dengan produknya. Gantungan kunci dari bungkus kopi diminati. Akhirnya, Muslikhah pun dapat pesanan seribu gantungan kunci, yang dikerjakannya bersama sang suami, Fahri Basyah, sambil begadang.

Keterampilan mengolah sampah bukanlah hal baru bagi Muslikhah. Keterampilan ini sudah dimulainya sejak tahun 2008. Dia ketika itu melihat ibu-ibu di sekitar TPA hanya bekerja sebagai pemulung. Ada yang hanya menjadi ibu rumah tangga. Sementara, penghasilan mereka terbatas. Muslikhah kemudian mengumpulkan dan melatihkan keterampilan.

Lambat laun, peserta pelatihan pun bertambah. Bahkan, anak-anak banyak juga yang berminat mengikutinya. Kemudian, Muslikhah pun membagi waktu pelatihan. Satu waktu dia mengajar ibu-ibu, lainnya untuk anak-anak. Kegiatan ini pun akhirnya menjadi wadah belajar mengajar dengan kurikulum pendidikan anak-anak. Akhirnya dari kegiatan ini, terbentuk sekolah sederhana di dekat TPA Bantar Gebang yang peserta didiknya adalah anak-anak tidak mampu.

Kini, ibu dua anak ini tidak lagi mengajar di sana. Dia lebih memilih mengajar di sekitar rumah tinggalnya. Ada TK, PAUD, dan pengajian anak-anak. Dia sendiri langsung terjun mengajar di rumahnya yang disulap menjadi ruang kelas.

Muslikhah memang senang mengajarkan anak-anak. Awal dia ke Jakarta pada 1990-an, dia tinggal di sekitar Senen, Jakarta Pusat. Di sana, dia mengajar mengaji anak-anak wanita penghibur. Setiap sehabis shalat Maghrib dia mengajarkan baca Al-Quran. Pengalaman inilah yang membuatnya tersentuh, bahwa seburuk apa pun profesi orang tua, tetap saja menginginkan anak-anaknya menjadi saleh dan beragama.



Komentar

  1. Adakah yg bisa kasih no kontak bu Muslikah,saya ingin sekali mengunjunginya.

    BalasHapus

Posting Komentar