Ada hal menarik yang dilakukan oleh para pejalan kaki dan pesepeda di kawasan Taman Bungkul Surabaya tiap Minggu pagi. Satu per satu mereka berkumpul di sebuah stan penuh spanduk yang mengangkat isu lingkungan. Apa yang mereka lakukan ? Ternyata mereka sedang menyimak penuturan dari relawan Komunitas Nol Sampah, soal dampak buruk penggunaan tas kresek serta botol plastik yang berlebihan.
Selain
di Taman Bungkul, Komunitas Nol Sampah yang berbasis di Surabaya ini, juga
melakukan sosialisasi di tempat lain. Tidak hanya di tempat umum seperti taman,
tapi juga ke sejumlah perusahaan, sekolah-sekolah, perkampungan, dan berbagai
lini lainnya. Komunitas Nol Sampah memang berusaha merangsang masyarakat untuk
memiliki kepedulian pada lingkungan, utamanya pada sampah plastik.
Sebab saat ini pemakaian tas keresek dan botol plastik di tengah masyarakat semakin tak terkendali. Padahal, dampaknya sangat mengerikan, baik bagi alam maupun kesehatan manusia. Komunitas Nol Sampah pun hadir untuk berbagi pengetahuan. Diyakini, jika masyarakat semakin tahu tentang dampaknya yang berbahaya, mereka akan sangat hati-hati dalam menggunakannya.
Komunitas Nol Sampah yang memakai slogan “Diet Tas Keresek” ini didirikan bertepatan dengan Hari Sampah Nasional pada 21 Februari 2009, oleh enam orang yang berasal dari berbagai latar belakang, dari lulusan tehnik lingkungan, sipil, arsitek, ekonomi, dan masyarakat umum.
Saat itu, kebetulan ada deklarasi pengurangan plastik antara Pemkot Surabaya dengan Menteri Lingkungan Hidup. Namun yang memprihatinkan, begitu acara selesai justru para pejabat yang hadir membuang berbagai macam sampah plastik bekas minuman dan makanan di bawah tempat duduknya. Sementara warga binaan yang dibawa ke lokasi memisahkan mana sampah plastik dan sampah non plastik. Pendiri Komunitas Nol Sampah pun berkesimpulan bahwa menanamkan kesadaran lingkungan tak bisa hanya lewat peraturan, tapi harus ada contoh yang nyata.
Data dari Pemkot Surabaya di tahun 2005, jumlah sampah per hari yang dibuang ke tempat pembuangan akhir sebanyak 6000 meter kubik perhari. Jumlah itu, 7 persen di antaranya adalah sampah plastik. Namun pada 2010, peningkatannya sangat tajam. Dari 6.700 meter kubik sampah per hari, sebanyak 17,2 persennya adalah sampah plastik. Semakin bertambah tahun, tentu akan lebih tinggi lagi jumlahnya.
Padahal dari hasil penelitian, satu plastik membutuhkan waktu sekitar 100-500 tahun untuk bisa terurai. Sementara kalau dibakar, sisa pembakarannya sangat berbahaya kalau terhirup oleh manusia sebab bisa menyebabkan kanker.
Dampak buruk bagi lingkungan juga cukup tinggi. Contohnya, sampah tas keresek yang hanyut di sungai di sekitar Surabaya ketika bermuara di laut akan menyangkut di pohon mangrove. Jika plastik tersangkut pada pohon mangrove yang masih muda, biasanya pohonnya akan mati. Untuk itulah, Komunitas Nol Sampah pun juga sering menggerakkan bersih-bersih mangrove.
Mereka pun juga menggandeng salah satu lembaga pendidikan Bahasa Inggris di Surabaya untuk membantu biaya pembuatan tas yang bisa dipakai berulang. Tas ini nantinya diberikan secara cuma-cuma kepada masyarakat. Diharapkan, bila masyarakat belanja di pasar, mereka bisa menolak bila diberi tas plastik karena sudah membawa tas sendiri. Bentuk tas itu pun unik dan kalau sudah tidak dipakai lagi bisa dilipat kecil seperti dompet.
Pembagian tas itu dilakukan dengan cara yang cukup provokatif dan menarik perhatian masyarakat. Yakni lewat aksi “Rampok Tas Keresek”. Caranya, ketika bersosialisasi, para relawan Komunitas Nol Sampah mencegat siapa saja yang membawa barang dengan tas keresek. Tas keresek itu lalu diminta dan diganti dengan tas kain serba guna yang sudah disiapkan secara gratis. Sambil ‘merampok’ itulah, sekaligus mereka memberikan penjelasan.
Selain tas plastik, yang tak kalah pentingnya diketahui oleh masyarakat adalah penggunaan botol plastik. Saat ini, sebagian masyarakat sering menggunakan botol bekas minuman mineral berulang-ulang. Padahal botol minuman mineral itu rata-rata hanya boleh digunakan sekali pakai. Sebab lapisan tipis pada permukaan botol itu bisa larut dan jadi penyebab kanker.
Untuk memastikan botol kemasan yang dipakai aman atau tidak, cara mengetahuinya sangat mudah. Di bagian bawah setiap botol biasanya ada gambar lingkaran dan segitiga yang bagian tengahnya ada nomornya. Nomor 1 (biasanya botol air kemasan) artinya botol itu hanya boleh digunakan satu kali saja. Nomor 2, untuk sekali pakai tapi biasanya pada tutup botolnya. Nomor 3, semua plastik jenis vinyl tak boleh terkena makanan. Nomor 4, boleh dipakai berulang-ulang tapi tak boleh diisi air panas. Nomor 5, boleh dipakai berulang kali termasuk air panas, tapi panasnya tak boleh lebih di atas 80 derajat. Nomor 6, styrofoam (termasuk wadah mi instan yang banyak dijual) dilarang karena berbahaya.
Dengan mengurangi penggunaan plastik, paling tidak akan mengurangi dampak buruk pada kesehatan.
Komentar
Posting Komentar