SRIKANDI BARUNA, KIPRAH PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN WANITA DI SURABAYA



Bagi warga Surabaya, tak perlu kaget bila melihat peristiwa kebakaran, mendapati pasukan pemadam perempuan yang ikut berjibaku memadamkan si jago merah, bersama petugas pemadam laki-laki. Petugas pemadam kebakaran perempuan atau disebut Srikandi Baruna yang dibentuk pada Mei 2012 ini, selain andal juga terlatih di bidangnya. Banyak kisah unik yang mereka alami selama menjalankan tugasnya.

Ya, saat ini petugas pemadam kebakaran memang tak hanya didominasi kaum Adam saja. Kamu Hawa pun tak kalah cekatan berjibaku memadamkan api di lokasi kebakaran. Sejak pertengahan tahun 2012, pasukan pemadam kebakaran Surabaya telah diperkuat oleh pasukan Srikandi Baruna, yakni sebutan untuk pasukan pemadam kebakaran yang terdiri dari para perempuan. Anggota Srikandi Baruna saat ini berjumlah 20 personel.

Dikisahkan, para anggota Srikandi Baruna awalnya adalah tenaga administrasi di Dinas Pemadam Kebakaran Surabaya. Adalah Chandar Oratmangun, wanita yang ditunjuk oleh Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, untuk menjadi kepala di instansi ini yang kemudian mengeluarkan ide untuk melahirkan petugas pemadam kebakaran perempuan. Ia beranggapan para anak buahnya yang perempuan itu juga seharusnya punya kemampuan lebih yang bisa diberdayakan untuk dilibatkan dalam proses pemadaman ketika terjadi peristiwa kebakaran.



Apalagi, mereka juga sudah pernah mendapat pelatihan tehnik dasar pemadam kebakaran. Jadi, daripada hanya duduk di belakang meja saja, tidak ada salahnya merekrut mereka untuk jadi bagian dari petugas pemadam kebakaran. Chandar yakin, apa yang biasa dilakukan oleh petugas lelaki itu, perempuan pun juga bisa melakukannya. Dan ternyata benar, saat ditugaskan ke lapangan, mereka pun bisa juga bekerja cekatan.

Namun, untuk merekrut pegawai perempuan untuk bergabung dengan pasukan inti petugas pemadam kebakaran juga tidak mudah. Beberapa suami mereka sempat protes mendapati kebijakan ini. Para suami itu mengkhawatirkan keamanan istrinya ketika harus berjibaku dengan api. Tapi setelah diberi pengertian, mereka pun mau menerima, bahkan ikut mendukung dan bangga atas pekerjaan yang dilakoni istrinya.

Dari seluruh anggota tim Srikandi Baruna, mereka dibagi lagi tugasnya ketika di lapangan. Misalnya ada yang bertindak sebagai komandan regu. Tugasnya selama berada di lokasi kebakaran, selain mengkoordinasi anggota yang lain, juga mendata korban dan harta benda yang ikut terbakar, sampai menyediakan konsumsi untuk para anggota pemadam.

Chandra sendiri mempunyai alasan mengapa tenaga perempuan harus dilibatkan dalam tugas memadamkan kebakaran. Sebab, ketika terjadi musibah di lapangan, tak hanya kobaran api saja yang harus dipadamkan, tapi masyarakat yang hartanya terutama keluarganya menjadi korban juga perlu penanganan khusus. Terkadang, anggota Srikandi Baruna yang perempuan lebih tepat menangani hal tadi saat terlibat membantu.

Misalnya, di tengah hiruk pikuk di lokasi kejadian ada seorang perempuan yang histeris lantaran harta bendanya hangus terbakar, bahkan anggota keluarganya menjadi korban. Yang lebih nyaman menenangkan, membopong, bahkan memeluknya pasti adalah sesama wanita. Terlebih kalau ada perempuan yang sampai pingsan dan memerlukan penanganan kesehatan.





Selain komandan regu, pasukan Srikandi Baruna juga ada yang bertugas sebagai tenaga penyemprot, dokumentasi, pengevakuasi warga, petugas penyedia peralatan, penyedia tandon air, sampai petugas yang menolong korban dan berkoordinasi dengan Palang Merah Indonesia (PMI) dan rumah sakit.

Mereka ini, ketika sampai di lapangan sudah tahu tugasnya masing-masing. Jadi begitu turun dari mobil pemadam, mereka langsung menyebar ke berbagai titik tanpa harus dikomando lagi.

Anggota Srikandi Baruna memang rata-rata sudah berkeluarga dan memiliki anak. Mereka pun mengaku, pada awalnya keluarga keberatan dengan tugas baru mereka. Menurut suami mereka, selain tak lazim dilakukan oleh perempuan, pekerjaan itu juga sangat beresiko bagi keselamatan jiwa. Sebab, tak jarang pasukan petugas pemadam kebakaran pun bisa menjadi korban ketika berusaha memadamkan api. Tapi setelah diberi penjelasan, para suami dan keluarga mereka pun bisa memahami, bahkan saat ini jadi mendukung pekerjaan yang mereka lakukan ini.

Tidak hanya mendukung, bahkan keluarga para anggota Srikandi Baruna pun kini merasa bangga ketika sosok ibu atau istri mereka turut menjadi bagian penting ketika terjadi peristiwa kebakaran.

Setiap anggota Srikandi Baruna memiliki tugas masing-masing yang sangat penting dan saling terkait satu sama lain. Tidak hanya yang bekerja terjun di lokasi kebakaran, anggota yang bertugas sebagai tenaga supporting pun tak kalah memiliki tanggung jawab yang besar. Seperti mendata peralatan, penyedia alat dan bahan pemadam, sampai menyediakan tandon air. Tugas ini termasuk sangat vital untuk mendukung operasional di lapangan.

Ketika terjadi peristiwa kebakaran, petugas supporting ini akan meminta informasi, kebakarannya jenis apa ? Sebab, tiap jenis kebakaran memiliki tehnik dan bahan untuk memadamkan yang berbeda. Misalnya, antara yang terbakar itu rumah warga atau pangkalan minyak, bahan yang digunakan untuk memadamkan akan beda. Memadamkan minyak tak bisa menggunakan air saja, tapi ada campuran bahan kimia lainnya.

Tugas lainnya sebagai penyedia tendon air juga tak kalah penting. Ketika ada kebakaran di suatu tempat, tugas pertama petugas supporting adalah menuju lokasi tendon air di beberapa titik terdekat yang memang sudah disediakan pemerintah kota. Tendon air berfungsi sebagai penyuplai air apabila mobil pemadam kehabisan air. Jika jarak antara tendon air dengan lokasi kejadian jauh, bisa dicarikan alternatif lain, misalnya sungai atau lainnya.

Suka dan duka sebagai petugas pemadam kebakaran memang sangat banyak. Yang hampir selalu terjadi adalah bersinggungan dengan masyarakat. Warga yang kawasannya terjadi kebakaran tak jarang ketika pasukan petugas pemadam kebakaran datang, bukan diterima dengan baik tapi malah dimaki-maki dengan ucapan kotor. Mereka marah karena kedatangan petugas pemadam kebakaran dianggap terlambat sehingga kebakaran sampai meluas.

Mereka, para korban yang panik tak mau mengerti kendala teknis di lapangan. Mereka tak mau tahu soal kemacetan kota, bahkan lambatnya laporan warga kepada petugas pemadam kebakaran pun menjadi salah satu penyebab. Namun, terlepas dari itu semua, para anggota Srikandi Baruna tetap merasa bangga dengan pekerjaannya menjadi petugas pemadam kebakaran, apalagi bila berhasil cepat memadamkan api tanpa menimbulkan banyak kerugian, baik materi apalagi manusia.

Kendati sebagai anggota petugas pemadam kebakaran memiliki risiko, namun tak mengurangi semangat mereka untuk mengabdi kepada sesama.

  

Komentar