MENYUSURI PESONA BATIK PESISIRAN DI PANTAI UTARA PULAU JAWA



Sebutan batik pesisiran berasal dari era kolonial Belanda yang membuat pengelompokan batik. Yakni, antara batik dari daerah Solo dan Yogyakarta, dengan batik pesisir.  Batik pesisir adalah batik yang pembuatannya di luar kedua daerah itu, tepatnya di daerah pesisir utara Pulau Jawa.

Pola batik pesisir lebih bebas dan warnanya lebih beragam lantaran terkena pengaruh budaya dari luar. Terutama, pengaruh budaya Cina yang amat kaya dengan sejarah kedatangan para pedagang dari Tiongkok di daerah utara Jawa. Selain itu, pengaruh masuknya agama Islam pada abad ke-16. Puncak kemajuan batik pesisir terjadi sekitar abad ke-19 saat pengusaha Indo-Belanda hadir, yang berperan pada usaha pembatikan.

BATIK INDRAMAYU

Sebuah perkampungan nelayan di pesisir Indramayu itu terlihat sepi. Pertengahan 1967, warga di sana masih didominasi perempuan. Sebagian perempuan di sana telah terbiasa, sebagian lainnya berseliut kesedihan lantaran mungkin karena pasangan muda. Sedih, sebab sang suami pergi melaut selama dua pekan, 40 hari, hingga empat bulan lamanya.

Teringat kebiasaan nenek moyang dulu. Ibu-ibu itu, tua-muda, memilih berkumpul di salah satu rumah sesepuh. Mereka membatik bersama. Satu wadah lilin bisa digunakan tujuh hingga delapan orang. Membatik, saat itu dianggap sebagai obat ampuh penghilang rasa rindu. Dari sinilah cikal bakal kebangkitan usaha batik di Kampung Paoman, Kabupaten Indramayu. Hingga kemudian, aktivitas ini menginspirasi beberapa kaum hawa lainnya di kampung lain Indramayu, seperti Brabadan, Penganjang, dan Terusan.


pengrajin batik di Paoman
Paoman kini memang telah menjadi salah satu sentra batik pesisir di Indramayu. Pamornya tak hanya sampai hingga seluruh bibir Pulau Jawa. Kebesaran namanya tercium hingga jauh ke mancanegara.

Di Kampung Poman, batik Indramayu meretas jejak sejarah panjangnya. Batik Indramayu yang kemudian dikenal dengan batik dermayon, memang sangat erat kaitannya dengan batik paoman. Batik paoman diambil dari sebuah perkampungan yang jaraknya lima kilometer dari pusat kota Indramayu.

Batik paoman mempunyai ciri khas pesisir, seperti gambar burung-burung pantai, tanaman laut, karang, ikan, udang, cumi, dan perahu nelayan. Setidaknya, ini mewakili ekspresi sang pembuat yang memang berdomisili dan menggantungkan hidup dari kekayaan laut.

salah satu motif batik Indramayu

Berdasarkan catatan sejarah. Batik di Indramayu diperkirakan memasuki periode perdananya pada abad ke-13 sampai 14. Saat itu, Pelabuhan Cimanuk di Indramayu menjadi pelabuhan terbesar di Pulau Jawa dan Asia. Hingga kemudian, kebesarannya menjadi pintu gerbang para saudagar batik dari Lasem. Maka dari itu, batik paoman identik dengan motif batik lasem yang banyak dipengaruhi batik cina.

Dalam hal motif dan warna, batik Indramayu memang memiliki perbedaan yang sangat jauh dari tetangganya, Cirebon. Batik Cirebon dikayakan melalui cerita keraton dan pengaruh dari Solo.

BATIK CIREBON

Cirebon mengingatkan kita pada batik trusmi. Lokasi Trusmi tepatnya berada di Kampung Trusmi, Desa Plered. Jaraknya hanya delapan kilometer dari pusat kota Cirebon ke arah barat. Sejak abad ke 14, Trusmi telah mempopulerkan batik yang tak kalah pamor dengan saudara tuanya, Indramayu. Desa ini, lebih dari 90 persen penduduknya disibukkan dengan aktivitas membatik. Maka, jangan heran desa ini kemudian dikenal dengan sentra batik Cirebon.

Aktivitas membatik di Cirebon ini berawal dari abad ke-14. Trusmi dulu merupakan daerah ilalang dan hutan tidak terawat. Satu ketika, beberapa warga menebang tumbuhan tersebut, tapi kemudian tumbuhan ilalang itu tumbuh (bersemi) kembali. Tanah tersebut kemudian dinamakan Desa Trusmi yang berasal dari kata “terus bersemi”. Beberapa warga kemudian diperintahkan sultan Cirebon untuk membangun industri kecil batik di tempat ini.

pengrajin batik di Lasem
Untuk ragam motif, ciri khas batik Cirebon adalah pesisir yang terilhami dengan panorama laut dan beberapa karya yang lahir dari kehidupan keraton. Memang, ada dua kiblat batik khas Cirebon, yakni pesisir dam keraton. Cirebon sendiri terbagi dalam beberapa periode keraton, seperti Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman.

Satu motif yang populer di Cirebon adalah mega mendung yang menggambarkan sebuah awan sejuk lantaran dalam kondisi akan hujan. Selain mega mendung, pangaruh kuat batik Cirebon diperkaya cerita keraton dalam beragam motif lain, seperti paksinaga liman, patran keris, patran kangkung, singa payung, singa barong, banjar balong, ayam alas, sawat penganten, dan katewono. Sementara pada motif pesisir tertuang melalui motif ganggang laut, ikan, dan suket.

motif mega mendung batik cirebon
Ciri khas batik Cirebon dibandingkan batik pesisir lainnya terletak pada warna dasar kain yang selalu lebih muda ketimbang motif utamanya. Hal ini untuk mengedepankan pesan apa yang pertama kali disampaikan. Seperti megamendung yang mengartikan keteduhan hati, tidak emosi, dan tidak ada amarah.

Selain itu, garis motif pada batik Cirebon dibuat tunggal dan tegas meski hanya berupa garis tipis. Ini yang membedakannya dengan motif batik tetangganya, Indramayu, yang lebih cenderung dalam garis putus-putus.

BATIK TEGAL

Batik Tegal merupakan satu kerajinan yang ingin mengibarkan namanya di tengah kemajua sentra batik yang mengimpitnya, Cirebon dan Pekalongan. Batik ini ternyata membentuk kelas-kelas tertentu di dalam lapisan masyarakatnya. Kastanisasi, mungkin begitu bahasa ekstremnya.

Di Tegal, terdapat beberapa motif khas yang lahir dari Desa Bengle, Kabupaten Tegal, 10 kilometer dari pusat Kota Tegal ke arah Slawi. Batik Tegal diklaim sebagai batik pesisir lantaran memang wilayah Tegal yang berada di utara lintasan jalur pantai utara. Dari desa ini, motof batik Tegal lahir, seperti motif sidomukti, batu pecah, kawung, beras mawur, dan krikilan.
salah satu contoh motif batik tegalan

Tiga motif yang disebutkan pertama adalah batiknya pejabat kelas atas, sedangkan yang lain dikhususkan untuk selera masyarakat kelas bawah. Pembedaan kelas terjadi lantaran motif tiga teratas merupakan batik yang memiliki motif lebih rumit. Proses pembuatannya juga dijaga, baik kualitas maupun kuantitas.  Batik Tegal yang khusus, juga dibuat di atas kain yang telah diminyaki berturut-turut selama seminggu penuh. Hal itu dilakukan guna memecah serat kain agar warna kain lebih cerah. Cara seperti ini, sudah tidak dilakukan lagi di wilayah batik pesisir lainnya.

Selain di Desa Bengle, aktivitas dan usaha batik tulis tegalan di Kota Tegal juga mengelompok dalam industry kecil-menengah di Kelurahan Kalinyamat Wetan, Bandung, Tunon, dan Keturen. Hampir semua kegiatan membatik ini berada di wilayah Kecamatan Tegal Selatan.

BATIK PEKALONGAN

Pekalongan. Kota di Jawa Tengah ini menjadi pusat segala aktivitas membatik.  Di kota berjarak 400 kilometer dari Jakarta ini, banyak ditemukan beragam motif batik dari berbagai daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur. Pekalongan memang telah menjelma menjadi industri kecil, menengah, dan besar yang banyak mendapat permintaan besar pesanan batik dari berbagai daerah.

Hampir puluhan hingga ratusan ribu kain batik dikirimkan untuk memenuhi permintaan pesanan dari luar kota ini. Pesanan tak hanya dari seputar Pulau Jawa. Batik karya anak daerah ini juga dipasarkan hingga ke Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Minahasa, hingga Makassar.

Namun sayangnya, hampir jarang ditemui pengrajin batik pekalongan yang melahirkan karya sendiri yang merupakan cerminan kekayaan intelektual Pekalongan. Sepertinya para pengrajin batik di Pekalongan berada pada dua pilihan. Antara idealisme dan kepentingan ekonomi. Kendati begitu, setidaknya masih ada dua motif yang memang tidak bisa dimungkiri lahir dari tanah Pekalongan, yakni motif jamprang dan buketan.

Dua motif ini lahir pada periode abad ke-17 dan 18 seiring banyaknya pemukim yang datang dan menetap di Pekalongan. Pemukim yang dimaksud, yakni pendatang dari Cina, India, serta Arab.

Pengaruh Cina, memang menjadi faktor dominan motif yang kemudian lahir dalam selembar kain Pekalongan. Ragam motif bunga yang hadir konon merupakan buah kebudayaan leluhur Cina yang tertuang dari beragam hiasan keramik Cina yang mampir ke Pekalongan pada abad ke-17. Beragam motif bunga hias yang hadir antara lain bunga persik, bunga mawar, sulur daun, sulur pandan, dan teratai. Selain motif bunga, ada pula motif fauna berupa burung merak, pipit, ular, naga, dan kupu-kupu.

motif batik pekalongan

Pekalongan pun terus berinovasi dalam kreasi motif batik di tiap periodenya. Di era penjajahan Belanda, motif batik sedikit terkena sentuhan Eropa. Meski masih menghadirkan motif ragam bunga, wujud yang digambarkan adalah rangkaian bunga yang banyak dikoleksi pejabat-pejabat Belanda kala itu. Pada saat pendudukan Jepang, lahir juga sebuah batik yang bernama batik hokokai.

Ciri lain dalam batik Pekalongan, adalah motif batiknya yang sangat bebas, menarik, meskipun hampir tak jauh berbeda temuan motifnya dengan batik Solo ataupun Yogyakarta. Bedanya, batik pekalongan memiliki keberanian menampilkan hingga delapan warna yang serasi dalam selembar kainnya. Namun, ada dua warna yang menjadi warna tradisi, yakni putih dan biru. Seperti halnya warna keramik Cina anad ke-17, dua warna itu dalam filsafat Cina menyimbolkan arti keaktifan, keperkasaan, dan kejantanan.

Batik Pekalongan banyak dikerjakan di rumah-rumah. Satu rumah memungkinkan untuk diisi kegiatan lima sampai enam pengrajin batik. Dua kampung yang terkenal dengan kreasi batiknya, yaitu Kampung Kauman dan Pesindon. Kendati begitu, dua kampung yang tak jauh dari alun-alun Pekalongan ini sejatinya berbeda. Kampung Kauman merupakan kampungnya para pengrajin batik. Sementara kampung Pesindon adalah kampung etalase bagi seluruh hasil karya batik yang lahir dari Kampung Kauman. Dua perkampungan ini pun telah ditasbihkan sebagai Kampung Wisata Batik.

suasana kampung wisata batik Kauman
Selain batik khas Pekalongan, di Kampung Kauman juga terdapat ragam kerasi batik yang memadukan berbagai batik daerah. Misalnya, paduan batik antara motif buketan ataupun motif megamendung yang dipadukan dengan motif jamprang. Paduan dua motif batik itu tentu saja dibuat atas permintaan dari si pemesan. Justru, kreasi modern inilah yang banyak laku di pasar.

Anda yang ingin mengenal lebih jauh lagi tentang batik Pekalongan, bisa pula singgah ke Museum Batik Pekalongan. Museum ini berada di komplek lama Jatayu, dua kilometer dari pusat kota. Di museum yang diresmikan pada 2006 ini, terhampar berbagai koleksi klasik batik pekalongan. Di sini pengunjung akan dipuaskan seluruh keingintahuannya akan batik khas Pekalongan.
 
bagian dalam museum batik Pekalongan



BATIK SEMARANGAN

Lokasi Kampung Batik di ibu kota Jawa Tengah ini berada di Kampung Gedong, Bubakan, Semarang. Dahulu ceritanya, kampung tersebut merupakan pusat terbesar dan sentral pengrajin batik yang cukup terkenal. Karya pembatik di kampung ini, bahkan menembus pasar ke Eropa lantaran dikuasai lebih dari 800 pengrajin aktif. Namun, kejayaan itu sirna pada pertengahan abad ke 20. Matinya bisnis batik lantaran penjajahan Jepang yang mampir ke Semarang. Kampung Gedong dibakar habis tak bersisa. Kampung itu pun menjadi mati, karena semua penduduknya mengungsi. Hingga saat ini, belum ada alasan yang jelas tentang pembakaran itu.

Baru pada akhirnya, sejak tahun 2010 geliat industri batik di kampung ini bangkit kembali. Saat itu, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Semarang di bawah pimpinan Sinto Sukawi, berusaha ingin mengembangkan kembali batik khas Semarangan. Sinto yang juga istri wali kota Semarang saat itu, mengajak semua masyarakat Semarang untuk kembali meraih kejayaan yang pernah didapat batik Semarang pada abad ke-19. Dekranasda menggelar pelatihan bagi calon pengrajin batik semarangan.

Hanya saja, tidak semuanya kemudian mampu menguasai teknik membatik Semarang yang sempat populer itu. Selain kesibukan peserta saat itu, trauma berbisnis dan keterbatasan finansial menjadi alasannya. Hingga saat ini, hanya ada sekitar delapan pengusaha batik yang tercatat di Kota Semarang.

Batik semarangan hampir sama dengan batik pekalongan yang menonjolkan flora dan fauna sebagai motif utama. Motif klask itu berupa motif warak, kupu, bangau, bunga cempaka dan merak smawis. Kemudian, lahir juga motif modern dengan inspirasi simbol-simbol kota, seperti gedung lawing sewu, tugu muda, dan kota lama. Perbandingannya saat ini, 80-20 antara motif pesisiran dan simbol Semarang.

batik semarangan motif  Asem Tugu

Hal yang khas dari batik semarangan adalah penggunaan warna. Perbedaan ini tidak terlepas dari air yang ada di kota Semarang. Meski menggunakan warna yang relatif sama dengan batik pesisir lainnya, namun hasil akhirnya terlihat jelas berbeda. Sederhananya, warna batik semarangan lebih matang dibandingkan batik pekalongan yang soft. Namun, warnanya lebih tua dibandingkan batik lasem. Dan juga lebih muda warnanya dari batik Cirebon.

Dalam hal motif, satu-satunya pengaruh luar untuk batik semarangan adalah budaya Cina. Ini juga yang makin menegaskan perbedaan dengan batik pekalongan yang kini dipengaruhi budaya Eropa. Tapi secara keseluruhan, batik semarangan mash terus mencari proses jati diri. Ini disebabkan banyaknya jejak batik semarangan tempo dulu yang habis dalam peristiwa pembakaran massal. Sangat diharapkan, setidaknya nanti Semarang memiliki batik yang dapat dibanggakan seluruh masyarakatnya. Sebab, hingga saat ini belum ada satu pun batik semarangan yang mencirikan kota tersebut, seperti mega mendung yang tersohor dari Cirebon.



BATIK DEMAK

Para leluhur dan penggawa Kerajaan Demak diklaim memiliki pengaruh besar dalam perkembangan batik di pesisir Pulau Jawa. Kendati demikian, tak ada satu jejak catatan gemilang pun yang menunjukkan kota ini memiliki batik karya sendiri.

Di Demak ada satu perkampungan yang kini mulai merintis batik khas Demak. Desa itu berada di Kampung Karang Pandan, Desa Karang Mlati, Jalan Demak-Bonang, Kabupaten Demak. Sampai saat ini, pegiat usaha batik di sana masih dalam pencarian bagaimana batik demak mampu dipopulerkan dan memiliki pakem tersendiri.

Motif Batik Khas Demak "Karangmlati".

Cikal bakal batik demak ini bermotifkan klasik yang diambil dari beberapa landmark kota Demak, semisal Masjid Agung ataupun buah belimbing dan hasil pertanian Demak lainnya. Ada juga aktivitas masyarakat Demak seperti bertani yang tertuang dalam motif bintoro. Adapun ciri khususnya, batik demak ini berwarna dasar hijau yang melambangkan warna simbol keislaman. 



BATIK LASEM

Motif sekar jagat merupakan satu motif batik klasik yang abadi di Lasem. Meski dibombardir beberapa motif lain, sekar jagat masih terlalu tangguh untuk digeser dari motif andalan di Lasem. Motif ini diduga kuat telah ada sejak pengaruh Cina mulai datang pada penghujung abad ke-15.

Sekar jagat memiliki makna taman yang luas dan penuh dengan aneka bunga. Motif ini diilhami dari keindahan alam. Ragam bunga yang dibuat dalam motif tersebut menandakan kecantikan dan hal-hal lain yang masuk kategori mempesona. Motif ini dibuat melalui perpaduan tiga warna yang begitu menawan : merah darah ayam, hijau botol, dan warna biru tua. Ketiga warna ini memang warna klasik batik lasem.

Motif Batik Sekar Jagat Oranye

Sekar jagat hanyalah satu motif di tengah sederet motif batik lasem lainnya. Di kecamatan yang masuk kabupaten Rembang ini, beragam motif lain juga bermunculan. Ada motif latohan, gunung ringgit, kricakan, atau watu pecah. Motif latohan misalnya, diambil dari sebentuk rupa latohan (rumput laut) yang banyak tumbuh subur di daerah pesisir Lasem. Motif ini bisa terlihat dari hampir semua batik lasem yang memiliki corak bintik-bintik bulat putih. Sedangkan, motif kricakan atau watu pecah merupakan simbol penderitaan yang dialami masyarakat Lasem saat proyek Anyer-Panarukan Daendels pada 1808. Pecahan-pecahan batu itu menceritakan bagaimana masyarakat memecah bebatuan cadas demi bahan pengeras jalan.

Secara keseluruhan, motif batik lasem berbentuk melingkar, memberi kesan yang begitu abstrak. Batik lasem juga dikenal akan keunikan motif dan coraknya yang banyak dipengaruhi kebudayaan Cina. Lasem sejak abad ke-15 merupakan tempat transit dan pusara bisnis orang-orang Cina di Jawa Tengah. Menyeret lebih jauh dari sejarah batik lasem, batik ini konon berasal dari seorang anak buah kapal Laksamana Cheng Ho yang bernama Bi Nang Un dengan istri bernama Na Li Ni. Nama yang disebutkan terakhir adalah sosok yang dipercaya memberi keterampilan bagi masyarakat Lasem untuk membatik. Dari catatan itu pula, batik Lasem tidak terbantahkan merupakan perpaduan dua unsur yang berbeda, Cina dan Jawa yang saat itu masih menganut Hindu-Buddha.


BATIK BAKARAN
Sebelum sampai ke Lasem, silahkan mampir ke Bakaran. Bakaran merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati. Di lokasi yang masuk ke kategori pesisir ini, terdapat sebuah perkampungan batik yang cukup bersejarah. Batik bakaran mewarnai pesona batik pesisir sejak abad ke-15.

Ada dua jenis motif batik bakaran, yakni motif klasik dan modern. Motif klasik adalah batik yang motifnya abstrak dan berupa symbol-simbol yang mempunyai cerita unik dalam sejarah panjang Majapahit. Sedangkan modern, berangkat dari inovasi masyarakat berupa motif bunga, ikan, air dan udara. Warna batik klasik bakaran adalah hitam, putih, dan cokelat.

Batik Bakaran Motif Blebak

Yang menjadi khas batik bakaran adalah motif “retak atau remek”. Motif ini dibuat melalui teknik dan proses yang rumit : nggirah, nyimplong, ngering, nerusi, nembok, medel, mbironi, nyogo, dan nglorod. Selain itu, ada 17 motif bakaran yang telah dipatenkan, di antaranya motif blebak kopik, rawan, liris, kopi pecah, truntum, gringsing, sidomukti, sidorukun, limaran, dan lain sebagainya. Mendukung keberadaan batik tersebut, semua pegawai pemerintah di Pati mengenakan batik bakaran pada hari-hari tertentu.



BATIK PROBOLINGGO 

Sebuah kota di ujung Jawa Timur ini juga tidak ingin ketinggalan memamerkan satu produk batik pesisirnya. Kota Probolinggo mulai merintis kembali kerajinan batiknya sejak 2007. Tidak seperti di daerah pesisir lain pada umumnya, batik khas kota Probolinggo bercorak mangga dan anggur. Manggur, begitu motif batik ini mulai harum namanya. Selain motif manggur, ada motif ikan, seribu taman, dan motif angin. Untuk motif angin, biasa disebut juga motif angin gendeng. Angin gendeng merupakan fenomena rutin dalam waktu tertentu di Probolinggo. Musim angin kencang di kota pesisir ini biasanya ditandai saat masuk musim penghujan.

Motif Batik Manggur Sumeh

Batik khas kota Probolinggo tak memiliki pakem khusus dalam soal warna. Hanya saja, relatif banyak ditemukan warna dasar cerah. Hal ini memungkinkan untuk paduan warna motif utama mangga dan anggur yang dipilih dengan warna gelap. Motifnya terkesan alami. Satu lembar kain yang telah dibatik bisa mencapai proses pembuatan hingga sebulan lamanya.

BATIK TUBAN

Alun-alun Tuban merupakan etalase terbesar bagi siapa saja yang ingin menikmati pesona batik Tuban. Di berbagai toko di alun-alun terluas sepulau Jawa ini, batik Tuban dipamerkan dalam berbagai merek dan harga. Batik di daerah ini dikenal dengan nama batik gedog. Disebut demikian lantaran kain yang akan dibatikkan itu melalui proses dari awal, yakni memintal bahan kain langsung dari kapas. Setelah menjadi benang, kemudian ditenun dan menjadi selembar kain untuk mulai dibatik.

Motif Batik Gedog Tuban

Secara motif dan warna, batik Tuban memiliki kesamaan dengan batik Cirebon klasik yang lebih memilih warna terang namun aman di kulit. Motifnya, kebanyakan terilhami dengan pesona pesisir pantai, seperti motif rumput laut dan unyeng. Pusat kerajinan dan warisan turun temurun itu diduga telah ada dan bergeliat sejak abad ke-18. Para pengrajin batik di kota Tuban banyak dijumpai di Desa Kedungrejo, Kecamatan Kerek, Tuban.




               
 


               

Komentar