Para perempuan dari dua
organisasi dan satu gerakan ini begitu besar perannya di Indonesia. Yuk, simak
kiprah para Kartini masa kini ini :
JALASENASTRI
Pernahkan anda berada dalam
situasi sulit sementara suami tengah berlayar berbulan-bulan dan tidak bisa
setiap saat dihubungi ? Itulah yang biasa dialami para Jalasenastri yang saat
ini diketuai oleh Penny Marsetio. Saat suami berdinas, istri tak hanya harus
mandiri, sehat, dan bermental kuat, tapi juga dituntut bisa mengurus anak dan
rumah tangga. Bila suaminya adalah pimpinan, maka tugas sang istri bertambah
dengan bersilaturahmi ke anak buah, barangkali mereka atau keluarganya sakit
atau perlu dibesarkan hatinya.
Urusan genteng bocor, saluran
air mampet, anak sakit, atau melahirkan tanpa didampingi suami tentu harus bisa
dihadapi sendiri oleh anggota Jalasenastri. Tak heran, ikatan antar anggotanya
sejak awal sudah terbentuk dengan sendirinya secara erat dan tulus karena
mereka saling mendukung. Tak hanya urusan domestik, anggota Jalasenastri juga
harus mendampingi dan memotivasi dalam pengabdian suami terhadap negara, dan
meningkatkan rasa persaudaraan dan kekeluargaan antar anggota, serta
berkoordinasi dengan organisasi unsur Dharma Pertiwi dan bekerjasama dengan
organisasi wanita lainnya yang seaspirasi.
Jadi, tidak ada ceritanya
istri anggota TNI AL protes saat suaminya harus pergi berlayar berbulan-bulan.
Karena dia sudah mengerti dan memahami tugas suaminya. Ini adalah harga mati
bagi Jalasenastri. Selain itu, mereka juga harus turut membantu dinas dalam
meningkatkan kesejahteraan anggota dan keluarganya, meningkatkan peranan wanita
Indonesia melalui pengembangan SDM dan kemandirian untuk keluarga, masyarakat,
bangsa, dan negara.
Itulah tujuan dan tugas pokok
Jalasenastri, yang lalu secara garis besar dijabarkan dalam tiga program kerja,
yaitu bidang sosial, budaya, dan pendidikan. Untuk bidang sosial antara lain
bantuan untuk pengungsi Gunung Sinabung, donor darah, urusan kesehatan dan KB,
Women Crisis Center di RS AL, pengajian, dan bantuan pada anak yatim, panti
asuhan, anak cacat, penyakit kronis, dan Warakauri. Memasak makanan sehat,
mengelola manajemen ekonomi rumah tangga,
membuat lubang biopori, mendaur ulang sampah, dan membina posyandu juga
penjabaran dari tujuan dan tugas pokok Jalasenastri.
Untuk bidang pendidikan,
bekerjasama dengan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB),
Jalasenastri memiliki Kapal Pintar, kapal yang berkeliling ke pulau-pulau
terpencil di wilayah Barat dan Timur Indonesia. Anak-anak di sana sangat
antusias saat kapal yang membawa buku-buku itu datang. Selain itu Jalasenastri
juga memiliki Rumah Pintar, di mana para anggotanya bisa belajar berbagai
keterampilan seperti menyulam, kerajinan dari clay, dan sebagainya. Dalam waktu dekat, Jalasenastri yang memiliki
60 ribu anggota akan mendirikan panti werdha, menggelar ajang penghargaan
Wanita Inspirasi Jalasenastri Tahun 2014 yang berperan ganda sebagai wan
TNI/Polwan dan anggota yang berprestasi di berbagai bidang.
Istilah Jalasenastri sendiri
mulai dipakai sejak 27 Agustus 1957. Kata yang berarti istri prajurit laut ini
berasal dari bahasa Sansekerta, dan terdiri dari kata Jala yang berarti laut,
Sena berarti prajurit, dan Stri yang berarti istri. Namun, cikal bakal organisasi
istri personel TNI AL ini sebetulnya sudah sejak 1946. Hanya saja, saat itu
keberadaannya masih sporadis, antara lain di Surabaya, di Jakarta, Pariaman,
Lawang, dan Tanjung Pinang. Saat konferensi tahun 1957, semua melebur menjadi
satu wadah bernama Jalasenastri. Di kemudian hari, Jalasenastri yang berbentuk
ormas dan berbadan hukum ini menjadi satu-satunya organisasi bagi istri anggota
TNI AL.
DHARMA WANITA PERSATUAN PUSAT
Dharma Wanita didirikan pada
1974 untuk mewadahi seluruh kegiatan istri-istri PNS di Indonesia. Dengan
berbentuk organisasi, ide-ide mereka akan lebih terdengar gaungnya di
masyarakat. Seiring dengan terjadinya perubahan reformasi pemerintahan
Indonesia dan berlakunya paradigma baru, tantangan Dharma Wanita menjadi makin
berat.
Dharma Wanita yang sebelumnya
jadi primadona organisasi perempuan, jadi punya banyak saingan karena
bermunculannya organisasi perempuan. Dharma Wanita pun ‘dipaksa’ untuk mengubah
prinsip-prinsipnya. Kalau dulu Dharma Wanit sebagai alat pemerintah, sekarang
Dharma Wanita menjadi organisasi yang independen, nonpartisan, dan tidak
berpihak pada partai mana pun.
Tujuan utama Dharma Wanita
kini adalah mensejahterakan anggotanya, yang notabene istri PNS dan
keluarganya. Pada tahun ke 10 atau sekitar 2009, tujuan tersebut ditambah
dengan mensejahterakan masyarakat. Praktis, kegiatan Dharma Wanita yang
sebelumnya bersifat homogen dan internal, bertambah dengan membantu pemerintah
melaksanakan program-program kemasyarakatan di akar rumput.
Meski memposisikan diri
sebagai mitra pemerintah dan para anggotanya harus jadi partner suaminya
menjadi abdi negara, anggota Dharma Wanita memiliki hak penuh untuk bisa
mengaktualisasikan diri, meningkatkan kualitas diri baik sebagai profesional di
tempat kerja, rumah tangga, atau sebagai anggota partai. Hanya saja, yang
menjadi anggota partai politik tak boleh jadi pengurus inti organisasi, untuk
menegah conflict of interest.
Bila istri PNS memiliki
kualitas, dia akan menjadi istri yang bagus, ibu yang bagus, dan akan melahirkan
generasi penerus yang bagus. Dharma Wanita tidak boleh membiarkan perempuan
pada umumnya menjadi perempuan yang
bodoh dan tertinggal. Inilah cita-cita Dharma Wanita yang kini diketuai oleh
Prof. Nila Moeloek. Diharapkan, kualitas PNS pun akan jadi lebih bagus dan
didampingi istri PNS yang juga lebih bagus, sehingga akan menjadikan
pemerintahan di Indonesia bisa bersaing dengan pegawai swasta.
Guna meningkatkan kualitas
anggota, Dharma Wanita memiliki tiga bidang kerja, yaitu pendidikan, ekonomi, dan
sosial budaya. Dalam bidang pendidikan, Dharma Wanita bekerja sama dengan
berbagai lembaga. Sedangkan untuk masyarakat, Dharma Wanita yang beranggotakan
sekitar 3,7 juta orang ini bekerja sama dengan Kemendiknas dan
mensosialisasikan program pendidikan menengah universal di 26 propinsi.
Di bidang ekonomi, Dharma
Wanita juga bekerja sama dengan kementrian terkait untuk melatih anggotanya
menjadi pelaku ekonomi keluarga. Untuk sosial budaya, Dharma Wanita memberikan
bantuan pada anak-anak PNS yang tak mampu, atau bekerja sama dengan Kemenkes.
Selain itu anggota juga diajari bela negara. Namun bukan berarti mereka harus
angkat senjata, melainkan mereka harus punya rasa nasionalisme, dengan
mencintai produk Indonesia dan aware terhadap
kondisi perekonomian bangsa.
PKK
Disadari atau tidak, hidup
kita terbantu oleh para Kartini yang satu ini. Merekalah yang turun mengurus
posyandu untuk kesehatan balita, memberikan penyuluhan kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat lewat bebagai program yang dijalankan. Yang menarik,
mereka melakukan pekerjaan yang seringkali tak mudah karena terkadang berisiko
tinggi itu tanpa pamrih alias cuma-cuma.
Ya, mereka adalah Tim
Penggerak dan kader Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Di tingkat
pusat, Tim Penggerak PKK diketuai oleh istri Menteri Dalam Negeri, yang kini
dijabat oleh Vita Gamawan Fauzi. Sementara, di tingkat propinsi, kota, dan
kabupaten dipimpin oleh istri masing-masing kepala daerah. Begitu pula di
tingkat kelurahan. Sedangkan anggotanya, terbuka untuk siapa saja. Sebagai
sebuah gerakan, PKK memiliki jumlah anggota yang sangat besar, yaitu sekitar 8
juta orang.
Uniknya, meski selama ini PKK
identik dengan para perempuan, ternyata tak sedikit pula pria yang menjadi
anggotanya. Siapa saja memang boleh menjadi anggota PKK, tidak terikat usia
atau jenis kelamin. Yang penting, mau, punya keinginan dan ikhlas melaksanakan
program PKK dan fisiknya kuat karena banyak berkeliling. Dia bisa langsung
masuk ke tengah masyarakat untuk memberikan penyuluhan.
Ada 10 Program PKK yang
didalamnya termasuk gotong royong, sandang, pangan, pendidikan dan
keterampilan, perencanaan sehat, dan lain-lain, yang sebetulnya juga ada di
kementrian dan di lintas sekotor terkait. Jadi, PKK tidak bisa bekerja
sendirian. Ke-10 program yang dibagi dalam 4 Kelompok Kerja ini dilaksanakan
dengan bermitra dengan pihak lain.
Misalnya, untuk kegiatan
pemanfaatan pekarangan dengan tanaman obat keluarga dan program tanam sayur,
PKK bekerja sama dengan Kementrian Pertanian. Hampir semua kementrian membuat
MOU dengan PKK karena mereka tahu, program PKK dijalankan sampai ke tingkat
paling bawah. Para kadernya pun sangat tergerak hati untuk berbagi waktu, ilmu,
pikiran demi meningkatkan kesejahteraan lingkungan sekitarnya. Apa pun yang
dilakukan para kader PKK, sebetulnya sudah merupakan pejuang penerus cita-cita
Kartini.
Latar belakang berdirinya PKK
sendiri bermula di Jawa Tengah, ketika Fatimah Moenadi, istri gubernur Jawa
Tengah Moenadi tengah mendampingi suaminya bertugas ke Wonosobo dan menemukan
banyak penderita busung lapar di sana. Merasa prihatin, Fatimah lalu mendirikan
Pendirikan Pelatihan Kleuarga, yang kemudian dinamakan PKK. Ia lalu
mengumpulkan kepala daerah se-Jawa Tengah untuk merealisasikan idenya tersebut.
Gerakan ini lalu dibesarkan oleh Kardinah Soepardjo Roestam, istri Soepardjo
Roestam. Tahun 1982, PKK Pusat pun terbentuk. Untuk menghargai para kader di
seluruh Indonesia yang sudah mengabdi minimal 15 tahun tanpa terputus, PKK
memberikan pin perak dan pin emas untuk kader minimal 25 tahun. Setelah
diseleksi, mereka diundang untuk ikut puncak acara Hari Kesatuan Gerak PKK dan
Bulan Bakti Gotong Royong.
Komentar
Posting Komentar