INDONESIAN PEOPLE : EKA SHANTY, Penggagas Acara World Muslimah Award Yang Berstandar Dunia




Ibu dua anak ini menggagas acara World Muslimah Award yang bahkan bergaung di manca negara. Ia bahagia karyanya mulai diapresiasi dunia. Selain itu, ia juga membentuk founding untuk memberdayakan kaum muda perempuan.

Munculnya motivasi untuk membuat World Muslimah Award dimulai ketika pada 2008, ia pergi ibadah umrah. Di sana ia melihat perjalanan hidup dan sejarah perjuangan para syuhada (orang-orang yang gugur syahid). Di sana pulalah, Eka tak lupa mengadukan nasib bangsanya. Ia bertanya, mengapa banyak orang yang miskin, banyak orang yang korupsi, dan banyak orang yang hidupnya menyimpang dari Al Quran ? Di tengah kegalauan itulah, ia menulis ‘surat’ kepada Baginda Rasulullah SAW di sampul Al Quran yang dimilikinya. Selanjutnya, tanpa diduga ia mengalami pengalaman spiritual yang luar biasa. Semula, dirinya yang belum memakai hijab, bahkan pernah menghina hijab,-dengan menyatakan ketidak mungkinannya berhijab karena dirinya adalah seorang anchor di televisi, akhirnya bisa tiba-tiba memutuskan berhijab di tahun 2010. Saat itulah ia tersadar untuk membuat suatu apresiasi kepada muslimah yang berhijab, yang tidak mendapat kesempatan untuk mengikuti ajang kontes kecantikan. Selain itu, tak jarang perempuan berhijab juga mendapatkan diskriminasi dalam pekerjaan. Padahal, potensi dan prestasi mereka tak kalah.

Dan pada akhirnya, di tahun 2011 World Muslimah Award mulai terselenggara. Namun ketika itu namanya masih World Muslimah Beauty. Acara yang sebagian besar ia biayai sendiri ini berlangsung sukses, namun belum mengundang perhatian dunia. Bahkan, setelah menyelenggarakan acara World Muslimah Beauty itu, ia dan suami mendapatkan ujian. Bisnis yang mereka geluti bangkrut, hingga perusahaan harus ditutup. Sementara di tahun 2012, ia harus menyelenggarakan World Muslimah Award kembali karena sudah kontrak dengan Wardah Cosmetics sebagai sponsor utama, hingga tahun 2015. Meskipun terasa berat, Eka harus tetap bisa menyelenggarakan World Muslimah Beauty yang ke-2. Karena kalau tidak diselenggarakan, ia bisa terkena penalti yang berbuntut tuntutan pidana. Eka pun bersyukur masih mendapatkan kepercayaan dari sponsor, bahkan pihak sponsor mau meningkatkan hadiahnya. Bila sebelumnya, ia hanya mampu memberi hadiah uang Rp 7,5 juta untuk juara pertama, namun ketika kondisinya sudah bangkrut, ia justru bisa memberikan hadiah sebesar Rp 25 juta.





Selain itu, pemenang juga mendapatkan hadiah jalan-jalan ke luar negeri. Juara pertama mendapat hadiah pergi ke Eropa, sedangkan juara kedua ke Turki, serta juara tiga ke Malaysia. Bahkan, ada 15 orang yang diberangkatkan umrah, termasuk anak yatim. Pengalaman ini menunjukkan, bahwa sudah tidak perlu ada lagi yang harus ia ragukan. Usai acara, Eka juga berangkat umrah bersama ibunya yang saat itu sedang sakit lumpuh. Kondisi keuangannya kala itu masih tidak memungkinkannya menyewa tenaga. Oleh karena itu, ia sendiri yang harus mendorong ibunya, berjalan antara bukit Safa dan Marwah. Dan, pada saat sampai di putaran terakhir Safa-Marwah, ia seolah mendapatkan satu kekuatan besar. Dirinya meyakini ada kekuatan Allah yang akan membantunya. Saat itu ia belum terpikir bagaimana menyelenggarakan World Muslimah Beauty selanjutnya.

Yang terjadi kemudian, sepulang dari umrah di bulan Juni, ia malah menderita lumpuh akibat terkena semacam virus flu yang menyerang tulang. Dirinya tidak bisa bangun selama dua minggu. Namun pada saat itu, ia tidak ingin dijenguk oleh siapa pun. Namun ternyata, Allah punya rencana lain untuknya. Teman-temannya yang dulu pergi meninggalkannya, datang kembali sampai terjalin silaturahmi. Dan juga, mereka mau untuk membantu penyelenggaraan World Muslimah Beauty. Lalu, ia juga mendapat telepon dari Kompas.com, yang mengajaknya membuat World Muslimah Beauty kembali. Bukan itu saja, tiba-tiba juga sahabatnya dari India datang dan ingin ikut membantu menyelenggarakan World Muslimah Award. Tak sampai di situ, Eka juga mendapatkan mukjizat sembuh dari penyakitnya dan bisa berjalan kembali. Acara World Muslimah Award 2013 pun akhirnya berjalan lancar. Dan di tahun 2013 inilah World Muslimah Beauty berubah menjadi World Muslimah Award.





Respons peserta yang mengikuti World Muslimah Award pun cukup antusias. Kabar dari Kompas.com, pendaftar World Muslimah Award berasal dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat. Total jumlah pendaftar sebanyak 850 peserta dari berbagai negara. Sebelumnya, di tahun itu pula, saat ia pulang kampung ke Banjarmasin, ia melihat di televisi tentang persiapan acara Miss World yang akan berlangsung di Bali. Acaranya dikemas begitu mewah. Dalam hati, Eka ingin acara World Muslimah Award yang digelarnya bisa seperti itu. Tapi ia sadar, dirinya tidak punya dana yang besar. Tapi tanpa disangka, sepulang dari mudik, tiba-tiba ia dihubungi sponsor yang menawarkan World Muslimah Award 2013 disiarkan secara live di ANTV. Seluruh biaya ditanggung oleh pihak sponsor. Selanjutnya, setiap hari ia harus meeting dengan ANTV. Pada saat meeting terakhir, Eka sampai menangis bahagia karena apa yang ada di kepalanya bisa diterjemahkan oleh seluruh kru. Kebetulan pula, artis-artis yang punya nama besar seperti Melly Goeslaw dan Raisa juga bisa ikut ambil bagian. Juri juga didatangkan dari berbagai negara. Dan jadilah, World Muslimah Award berstandar dunia.





Kesuksesan World Muslimah Award sempat dianggap sebagai tandingan Miss World. Padahal, Eka sudah memulainya sejak tahun 2011 dan selalu menyelenggarakan tiap 18 September.  Jadi menurutnya, kurang tepat kalau ia dikatakan membuat acara tandingan. Namun, ia tetap bahagia acara World Muslimah Award menarik perhatian pers dunia, termasuk dari koran Washington Post. Menurut Eka, ini adalah peluang untuk mempromosikan Indonesia secara berbeda. Dampak positifnya, ia mendapat undangan untuk berbicara dalam seminar dan forum internasional. Di luar dugaannya, banyak negara yang menyatakan ingin bergabung dan menjadi associates World Muslimah Award. Bahkan Yasnita (Yayasan Suara Wanita atau yang dikenal dengan Voice of Women Foundation Malaysia) tertarik ingin menyelenggarakan acara ini di tahun 2015 di Malaysia. Selain sebagai penyelenggara, Yasnita juga akan mengadaptasi program-program yang ia lakukan. Bagi Eka, ini merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa.

Syarat untuk mengikuti World Muslimah Award adalah, peserta harus kaum muslimah berusia 17 hingga 28 tahun. Tidak ada syarat tinggi dan langsing. Tapi, harus sudah memakai hijab dan bukan baru memakai hijab karena akan mengikuti World Muslimah Award. Selain itu, juga harus bisa membaca Al Quran dan menguasai bahasa Inggris. Lebih baik lagi jika sudah memiliki prestasi di bidang apa saja, baik itu olahraga, musik, atau kegiatan sosial lainnya.

Pada saat fokus mengurusi World Muslimah Award, Eka juga membuat suatu foundation bernama World Muslimah Foundation. Dan pada akhirnya World Muslimah Foundation lah yang menaungi World Muslimah Award. World Muslimah Foundation juga mengadakan kegiatan sosial dari dana CSR, yang tujuannya untuk membantu para ibu rumah tangga, khususnya kaum dhuafa untuk meningkatkan ekonomi keluarganya. Saat ini World Muslimah Foundation sedang menggarap daerah kampung muka di kawasan Ancol. Di sini, para ibu rumah tangga diajarkan berbagai keterampilan yang nantinya bisa mereka kerjakan dari rumah. Khusus di tahun 2014, World Muslimah Foundation juga memberikan beasiswa sekolah mode yang bekerja sama dengan Imelda Sparks Fashion Academy, sebuah international fashion school yang berpusat di Yunani, dan kini telah membuka cabang di Indonesia.





Yang membedakan program World Muslimah Foundation dengan yayasan sejenis adalah, programnya yang saling berkesinambungan dengan World Muslimah Award. Antara World Muslimah Foundation dengan World Muslimah Award memang saling terkait dan tidak bisa dipisahkan. Misalnya saja, pada tahapan pertama adalah mencari perempuan muslimah yang berpotensi dan minim kesempatan. Yang kedua adalah miracle, singkatan dari muslimah integrated and empowerment, sebuah gerakan atau inisiatif untuk anak muslimah berusia 12-18 tahun yang tinggal di panti asuhan atau pedesaan. Mereka mendapatkan pembekalan life skill training, bisa berupa public speaking, bahasa Inggris, atau writing. Menurut Eka, life skills amat penting pada usia tersebut, karena ketika lulus SMA mereka tidak mampu lagi melanjutkan pendidikan. Sementara kalau mereka bisa memiliki kemampuan public speaking, mungkin mereka bisa bekerja di bidang yang memang membutuhkan kemampuan itu. Ini adalah sebuah percepatan. Saat ini orang tidak lagi sekadar bicara intelektualitas, tapi bagaimana memunculkan kecerdasan emosi dan kemampuan life skills.

World Muslimah Foundation pun sudah bekerja sama dengan lembaga-lembaga bahasa Inggris sampai dengan kewirausahaan nasional. Para penerima beasiswa itu nantinya akan dibiayai untuk datang ke tempat mereka kursus. Lembaga-lembaga itu pun dibayar secara profesional. Soal dana, Eka telah berhasil menjalin kerja sama dengan program CSR dari Wardah Cosmetic. Selain itu World Muslimah Foundation juga mengadakan program home cash singkatan dari home carrier assistant and sisterhood hospitality. Ini adalah sebuah gerakan mempromosikan untuk bekerja dari rumah tapi tetap produktif, dan mampu melahirkan generasi Qurani.

Eka Shanty lahir di Banjarmasin pada 15 Maret 1973, dengan nama Eka Triyatna Shanty. Ia mempunyai dua anak, Tazqiya Mazura dan Razfa Utama, buah kasih dengan suaminya, Krisna Utama. Pada saat duduk di bangku kelas 2 SMA, ia sempat menjadi penyiar di radio Smart FM, Nusantara FM dan dBs FM Banjarmasin. Semasa tinggal di Banjarmasin pula, ia pernah mempunyai butik Babeda Fashion yang cukup dikenal mayarakat di sana.

Komentar