Deretan rumah berlantai dua dengan warna sama yaitu abu-abu dan kuning, terlihat rapih tertata. Penataan rumah disertai dengan fasilitas taman, merupakan salah satu program Pemprov DKI yang sudah terlihat hasilnya. Begitulah sepintas gambaran, Kampung Deret Petogogan, yang baru saja diresmikan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo pada April 2014 lalu. Di lokasi itu terdapat 123 rumah yang diikutkan program Kampung Deret.
Hanya saja
sayangnya, hampir semua rumah tidak sempurna seratus persen. Walau bagian depan
nampak sudah bagus, tapi di dalam ruangan terlihat belum rapih betul. Misalnya
terlihat pada dinding tembok yang belum dihaluskan. Menurut warga, hal itu
dikarenakan dana yang dipakai dalam program ini terlanjur habis di tengah
jalan. Dan akhirnya warga sendiri yang diminta untuk merapihkannya. Warga tentu
senang kalau menerima bantuan dana lagi, tapi kalaupun tidak ada, mereka tetap
bisa menerimanya. Karena dengan keadaan lingkungan tempat tinggal yang sudah
berubah demikian, mereka sudah sangat berterima kasih dengan Pemprov DKI.
Mereka seperti bermimpi ketika mendapatkan bantuan untuk merenovasi rumah.
Kampung Deret merupakan program Pemprov DKI untuk melakukan penataan pemukiman di kawasan kumuh Jakarta. Total ada belasan titik lokasi di berbagai tempat di Jakarta. Dalam program ini, tiap rumah menerima bantuan renovasi maksimal Rp 54 juta. Pemprov DKI menetapkan untuk 1 meter persegi, biaya bantuannya Rp 1,5 juta dan maksimal luas tanah 36 meter persegi.
Kampung Deret Petogogan semula adalah kawasan lingkungan tempat tinggal yang tak tertata. Bahkan, dari ratusan rumah yang ada, hanya beberapa yang punya kamar mandi sendiri. Hanya ada beberapa MCK umum di dekat kali, sehingga banyak warga yang susah kalau ingin ke kamar mandi, karena harus mengantri. Lebih parah lagi adalah ketika memasuki musim hujan. Walaupun rumah mereka tidak kebanjiran, tapi air sungai yang meluap, membuat bangunan MCK itu tidak dapat digunakan. Warga yang ingin memakai kamar mandi pun, dipaksa harus menumpang di pasar terdekat.
Kini, setelah kawasan itu berubah menjadi kampung deret, warga pun sudah memiliki kamar mandi sendiri di setiap rumah. Selain itu, lingkungan juga lebih segar, apalagi ditambah dengan fasilitas taman yang membuat pemandangan semakin apik.
Kondisi beberapa perkampungan di Jakarta yang masih kumuh, rupanya mengundang keprihatinan gubernur Jokowi. Jokowi sendiri yang pertama kali mensosialisasikan program kampung deret. Untuk sosialisasi berikutnya, warga yang lingkungannya terkena program ini diundang ke kelurahan. Di sana warga akan mendapatkan penjelasan bahwa kampungnya akan ditata. Untuk kampung Petogogan sendiri, ada dua model penataan, yaitu peremajaan dan renovasi. Yang dimaksud peremajaan adalah rumah warga dibongkar habis, kemudian baru dibangun kembali. Rumah yang diremajakan ini kondisinya memang sangat sederhana. Dindingnya dari papan dan beratap seng. Sementara untuk yang model renovasi, rumahnya sudah dianggap relatif bagus tapi perlu ditata lagi agar menjadi rumah sehat.
Sebagian warga juga mesti merelakan tanah miliknya diambil untuk pembuatan gorong-gorong dan pelebaran jalan. Juga untuk menambah ruang hijau, dengan membangun taman, yang rencananya juga akan dilengkapi dengan fasilitas perpustakaan. Proyek sendiri ditargetkan selesai dalam 4 bulan. Sementara selama proses pembangunan kampung deret berlangsung, warga diminta mengontrak di rumah lain.
Memang semula ada saja warga yang menolak penataan kampung ini. Mereka khawatir sekedar menjadi korban penggusuran, setelah rumah dibongkar lalu tidak dibangun kembali. Setelah waktu proyek selesai pun masih ada warga yang tidak puas karena pengerjaannya yang tidak tuntas. Namun sebagian besar warga menjadi senang karena rumahnya sudah berubah menjadi lebih bagus, tidak kalah dengan hunian yang ada di perumahan.
Selain di Petogogan, penataan kampung deret di Jakarta juga digarap di Kelurahan Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat. Seperti di Petogogan, warga yang rumahnya masuk program kampung deret ini mendapat bantuan renovasi dengan jatah maksimal sebesar Rp 54 juta. Sebelumnya, kawasan ini juga merupakan pemukiman padat yang akses jalannya begitu sempit, sampai-sampai kendaraan motor saja sulit berpapasan. Sementara saat ini kondisi jalan sudah diperlebar. Karena syarat kampung deret, selain harus memiliki selokan, akses jalan juga harus mencukupi, hingga tercipta lingkungan yang sehat.
Selama proses renovasi rumah, ada tim yang ditunjuk oleh Pemprov DKI untuk mengawasi. Selebihnya, warga diperbolehkan mempunyai inisiatif sendiri sesuai kebutuhan, namun tetap harus dilakukan dengan pengawasan. Sepanjang menuruti nasihat pengawas, hasilnya pasti akan bagus. Penerimaan uang bantuan sendiri dibagi dalam tiga sesi. Hal ini agar pengeluaran lebih terkontrol. Bahkan, tiap warga juga diminta untuk melaporkan belanja bangunan dan bukti pembayarannya wajib diserahkan ke Pemprov DKI.
Warga juga
diwajibkan untuk memasang lisplang dengan ornamen Betawi. Setiap rumah harus
ada gigi balangnya, salah satu ornamen khas rumah Betawi. Dengan bentuk tiap-tiap
rumah yang seragam, tentu akan semakin bagus dilihat. Kini hasil dari renovasi
itu memang sudah terlihat hasilnya. Wajah kampung yang dulunya kumuh, sekarang
sudah bersinar kembali. Rumah tertata rapih bahkan sedikit lebih mewah.
Pengerjaan kampung deret di Kelurahan Kapuk sendiri berlangsung mulai
Januari-April 2014.
Komentar
Posting Komentar