Bagi yang
ingin berkunjung ke kota Purwokerto, ibukota Kabupaten Banyumas, wajib
menyempatkan diri mendatangi kawasan Sokaraja. Kota kecamatan di wilayah
Banyumas ini, sejak lama dikenal sebagai surganya oleh-oleh khas Banyumasan.
Mulai dari tempe mendoan, getuk goreng, soto Sokaraja, sampai batik corak
Banyumasan.
Getuk
goreng/ Weton Skaraja sing neak rasane/ Gurih aromane tur murah regane... Pra
konco, pra mitro/ Yo ayo pada pada nyoba/ Mundhut getuk goreng Sokaraja/ Kang
kondhang kawenang-wenang.
(Getuk
goreng, asal Sokaraja yang enak rasanya/ Aromanya menggairahkan dan harganya
murah ? Para sahabat, ayo silahkan coba/ Membeli getuk goreng Sokaraja, yang
amat terkenal).
GETUK GORENG
Memasuki
Sokaraja, tak jauh dari pusat kota Purwokerto arah timur, lirik lagu langgam
Jawa Getuk Goreng yang dinyanyikan
penyanyi legendaris Waljinah tadi, langsung membayang. Pada masanya, lagu yang
diedarkan PT Lokananta, Solo, itu memang sangat populer. Lagu ini diciptakan
untuk mengapresiasi keberadaan getuk goreng Sokaraja yang ‘berkarakter’ dan
legendaris itu. Nah, di Sokaraja terdapat begitu banyak kios yang menjajakan
getuk goreng yang masih bangga dengan kemasan tradisionalnya, yakni menggunakan
besek atau kotak terbuat dari anyaman bambu. Selain itu, Sokaraja yang terkenal
sebagai pusat oleh-oleh juga menghadirkan tempe mendoan, soto dan aneka camilan
lainnya. Di sepanjang jalan pula, pedagang menawarkan penganan yang sama.
Salah satu pusat getuk goreng yang ramai dan membuat pengunjung semringah adalah Tela Asli milik Drs. Prasetyo Budhi Haryanto. Pria yang akrab dipanggil Budhi ini sudah menekuni usaha ini sejak tahun 1992. Ia memulai usahanya sejak muda, saat umurnya masih 21 tahun. Budhi merintis usahanya dari yang semula produksi hanya 10 kilogram, sampai sekarang yang sudah semakin besar. Dikisahkan Budhi, getuk goreng memang jajanan legendaris yang sudah turun temurun. Bahkan, sudah ada sejak zama kolonial Belanda. Semula, getuk goreng original berbalut manis gula merah. Namun, sejak 2011, Budhi mencoba berinovasi soal rasa dengan menambahkan rasa buah pada getuk goreng olahannya. Ada rasa cokelat, durian, dan nangka. Ternyata responsya bagus. Oleh karena itu, di tokonya yang beralamat di Jalan Jenderal Soedirman ini tertulis jelas, getuk goreng Tela Asli pelopor untuk getuk yang punya banyak rasa.
Menurut Budhi, Sokaraja yang terkenal dengan getuk goreng memang membuat para pendatang terus berdatangan ke tokonya untuk membeli oleh-oleh. Harga yang ditawarkan cukup murah, mulai dari Rp 15.000. Dijelaskan Budhi, ia memang mesti memberikan harga yang mampu bersaing karena di sekitarnya banyak terdapat pembuat getuk goreng. Namun ia cukup bangga sebagai pelopor getuk goreng aneka rasa. Budhi pun berpromosi bahwa getuk olahannya juga lebih empuk dan kenyal. Sedikit membocorkan rahasia, Budhi mengaku menggunakan dua metode untuk mengolah getuk goreng kaya rasa miliknya. Pertama, ia menggunakan mesin. Kemudian agar lebih halus, ia juga memprosesnya secara manual agar lebih empuk.
Budhi mengaku mendapatkan keuntungan banyak saat musim liburan dan Lebaran. Dalam sehari ia bisa memproduksi sampai 100 kilogram. Pada saat Lebaran atau liburan itu bisa empat kali lipat permintaan yang datang. Jadi memang, ramai tokonya pada saat musim tertentu saja. Soal kemasan, wadah besek menjadi ciri khas. Namun, Budhi juga mengemas produknya dengan lebih baik. Bila dulu merek yang ditempel dibesek hanya memakai kertas fotokopian saja, sekarang ini di beseknya sudah dicetak dan full warna. Jadi nampak lebih bagus untuk dijadikan oleh-oleh.
Budhi pun cukup bangga karena getuk goreng miliknya sudah sampai luar kota. Pengiriman hingga ke Kalimantan, Sumatera, dan Papua. Beberapa TKI yang pulang, kemudian kembali lagi ke tempat kerjanya, juga kerap membawa sebagai oleh-oleh. Jadi, getuk gorengnya boleh dibilang sudah sampai luar negeri juga. Budhi juga melengkapi tokonya dengan berbagai camilan kering lain khas Banyumasan. Ia juga berjualan tempe mendoan, bahkan sekarang di salah satu sudut tokonya ia menyediakan kaus. Ia berharap, nantinya apa yang diinginkan pelancong untuk oleh-oleh, semuanya bisa didapatkan di tokonya. Tidak perlu repot lagi harus pergi kemana-mana kalau ingin membeli oleh-oleh.
SOTO KHAS BANYUMASAN
Selanjutnya bagi pecinta kuliner makanan berkuah seperti soto, tidak lengkap rasanya bila belum merasakan nikmatnya soto khas Banyumasan. Salah satu rumah makan soto yang dipadati pengunjung dan direkomendasikan adalah Raja Soto Lama milik Haji Suradi. Haji Suradi menceritakan awalnya mendirikan warung soto yang terkenal dan disinggahi para artis hingga presiden RI ini. Sejak tahun 1978, ia mulai berdagang membantu orangtua yang berjuakan soto khas Banyumasan. Dikisahkan olehnya, dulu di Jalan Sokaraja yang berjualan soto baru ada 4 orang. Ia adalah generasi kedua. Dinamakan Soto Lama karena dulu masih berpindah-pindah dan mengontrak tempat. Jadi, agar pelanggan tidak bingung dan susah mencarinya, maka sengaja dinamakan Soto Lama, yang berarti karena warungnya yang memang sudah lama.
Suradi juga
mengaku, kini banyak penjual soto Sokaraja di kawasan pusat oleh-oleh belanja
ini. Namun soal pelanggan yang datang, itu tentunya kembali ke selera
masing-masing. Karena selera setiap orang memang relatif dan berbeda-beda. Nah,
untuk membedakan sotonya dengan yang lain, Suradi menggunakan bahan yang
berkualitas untuk sambal kacangnya. Tentunya ia juga mengolahnya sendiri. Selain
itu ia juga tetap mempertahankan cita rasa lama. Tak heran, dengan usahanya
yang tekun, kini Suradi bahkan telah memiliki empat cabang warung soto yang
buka di berbagai sudut kota Purwokerto. Rumah makan sotonya pun dikenal menjadi
salah satu tujuan kuliner legendaris di kotanya. Buka sejak pagi hingga malam
hari, soto yang disajikan menggunakan ketupat ini juga menawarkan beberapa
pilihan. Mulai dari soto daging, ayam, ataupun jeroan. Salah satu ciri khasnya
terletak pada sambal kacang. Namun apabila pelanggan tidak menyukai sambal
kacang, bisa menggantinya dengan sambal spesial yang lain. Agar rasanya lebih
sempurna, beberapa pelanggan menyantapnya dengan lauk mendoan.
Kini, Suradi dibantu anak-anaknya dalam mengelola semua usaha warung soto miliknya. Ia berharap usaha ini bisa terus berjalan turun temurun. Suradi juga mengaku warungnya sering disinggahi orang penting negeri ini. Misalnya saja mendiang Gus Dur, Ibu Megawati, dan Pak SBY. Suami dari Hj Siti Muhadiroh ini pun selalu berusaha memberikan pelayanan yang sama kepada siapa pun. Itu sebabnya, ketika banyak orang penting datang untuk makan di tempatnya, ia tak perlu harus membuat persiapan apa pun. Walaupun memang pada saat Presiden SBY mau mampir ke warungnya, ada tim khusus yang memastikan rumah makan harus steril. Kuah sotonya pun sebelumnya harus dicek, apakah ada formalin atau borax atau tidak.
BATIK BANYUMASAN
Ingin berburu
batik Banyumasan ? Di kawasan Sokaraja juga ada kampung batik yang dengan mudah
dicari untuk menambah koleksi batik anda. Salah satu pengrajin batik yang juga
ramai dikunjungi di kampung batik Sokaraja adalah milik Imam Purwanto yang
diberi nama merek Batik Anto Djamil. Berbagai kelebihan outlet Batik Anto
Djamil dari yang lain adalah koleksinya yang lengkap dan komplet. Harganya pun
sangat bervariasi. Mulai Rp 50.000 sampai jutaan. Variasi harga disesuaikan
dengan kantong pembeli. Motifnya pun juga inovatif, tidak monoton, apalagi
dengan warna.
Pengrajin batik Banyumasan yang bekerja sama dengan Batik Anto Djamil dituntut memiliki inovasi dan kreativitas. Maka tak heran bila ragam batik yang dimiliki di toko ini cukup banyak. Sebab, Batik Anto Djamil mempunyai ratusan pengrajin dengan 10 koordinator. Semua pelanggan pun puas karena apa yang dicari selalu ada. Soal corak, mereka mempunyai batik Banyumasan yang berciri khas warna gelap, misalnya pewarnaan sogan. Coraknya pun khas, yakni corak flora dan fauna atau rempah-rempah. Selain itu, mereka juga menawarkan batik modern kreasi.
Mengembangkan
usaha sejak 2008, Imam Purwanto sukses mengenalkan batiknya hingga ke ibukota.
Bila mengikuti pameran atau ada agenda besar, ia tidak pernah ketinggalan untuk
terlibat. Batik Anto Djamil sendiri berdiri sejak tanggal 11 Maret 2008 dan
hingga sekarang semakin dikenal. Permintaan kain batik di tokonya pun terus
berdatangan. Pesanan biasanya datang dari perusahaan, kantor, sekolah. Banyak
yang percaya dengan produk batiknya. Selain pakaian dan kain batik, tersedia
pula aksesori seperti dompet, tas, kerudung batik dari kain perca, yang juga
bisa menjadi oleh-oleh. Menariknya, Batik Anto Djamil juga menyediakan workshop membatik untuk anak-anak. Sejak
tahun 2013 mereka membuat workshop batik untuk anak-anak. Harganya pun juga
murah mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 30.000. Jadi, di sini pengunjung bisa
sekalian berwisata edukasi untuk anak-anak.
Komentar
Posting Komentar