KULINER : WISATA KE KAMPUNG BEBEK KARTASURA



Jika anda mengunjungi Solo, tak ada salahnya mampir ke Kampung Bebek Kartasura, kota kecamatan di wilayah Sukoharjo. Di sana, anda bisa menikmati sajian bebek goreng yang berhasil ‘menjajah’ lidah pecinta kuliner. Penggemar kuliner bebek tentu sudah tak asing saat mendengar ramainya kampung bebek di kawasan Kartasura, Jawa Tengah. Ya, menu bebek yang kini menjadi tren kuliner di berbagai kota, ternyata sudah lama berkembang di kota yang letaknya tak jauh dari jatung kota Solo ini. Sajian bebek goreng yang dikenal gurih dan empuk itu, terasa sempurna di lidah dengan kepedasan sambal koreknya. Sekitar 50 pedagang bebek goreng di Kartasura siap memanjakan lidah para penggemar wisata kuliner. Soal rasa, silahkan tanya warga setempat. Mereka akan mengatakan, menu bebek Kartasura memang menjadi jawaranya.

BEBEK GORENG PAK NDUT



Salah satu pedagang bebek yang termasuk legendaris adalah Bebek Goreng Pak Ndut. Sang pemilik, Sri Sabianti menceritakan perjuangannyanya sejak 1994 saat mulai berjualan bebek goreng. Menurutnya, dulu hanya ada tiga penjual bebek goreng di Kartasura, selain dirinya ada penjual bernama Pak Slamet dan warung Bebek Goreng Sari Asli. Ia pun juga masih berjualan di warung yang kecil. Dan Sri bersyukur, sekarang ini menu bebek goreng sudah disukai di mana-mana. Bebek goreng Pak Ndut pun sudah bisa dinikmati di berbagai kota. Bahkan di Solo, bebek goreng Pak Ndut menjadi salah satu tempat wisata kuliner yang ramai pengunjung.

Soal nama Pak Ndut, menurut ibu empat anak dan nenek 8 cucu ini, tidak ada arti khusus. Ia mengaku mendapatkannya saat berdoa. Dan saat itu seperti mendapatkan ilham untuk menamakan Pak Ndut di warungnya. Saat ditanya kelebihan bebek goreng olahan miliknya, Sri yang memang hobi memasak ini, dengan nada merendah mengatakan hanya mempertahankan resep tradisional yang meramu banyak bumbu. Ia mengaku banyak menggunakan bahan bawang agar rasanya lebih sedap. Sampai sekarang Sri masih turun langsung ke dapur untuk membagi bumbu agar tidak berubah rasanya.



Menurut Sri, ada beberapa menu favorit pelanggan. Ada bebek sambal sangan, bebek remuk sambal korek, sambal ijo, ada juga sambal tomat. Semuanya bisa dipilih sesuai selera pengunjung. Tidak main-main, tiap hari Sri menyediakan 100-150 ekor bebek. Sudah bisa dibayangkan betapa ramainya warung Pak Ndut. Sri punya cara jitu agar pelanggan tidak saling mendahului. Agar terasa adil untuk pelanggan yang membawa pulang, disediakan antrean. Semuanya jadi teratur dan tidak ada yang merasa didahulukan. Sri juga tidak membedakan pembeli. Kalau ada yang mau membeli remukan dengan harga Rp 5000 pun tetap dilayani.

Untuk mengembangkan bisnisnya, dibantu timnya, Sri mewaralabakan bebek Pak Ndut. Kini untuk waralaba totalnya sudah lebih dari 34 cabang dan tersebar di berbagai kota. Sri menjelaskan, bagian waralaba ini sudah ada yang khusus mengurusi, sementara ia hanya mengurus bagian resep saja. Salah satu anak Sri juga ada yang mengelola cabang bebek goreng Pak Ndut di Solo, yang terletak di Pasar Legi. Bebek Goreng Pak Ndut yang buka dari pagi hingga malam hari ini harganya terjangkau, yaitu Rp 16.000. Tak hanya nikmat, tempatnya yang nyaman dan fasilitas yang lengkap membuat rumah makan Pak Ndut terus dipadati pelanggan. Demi kenyamanan pengunjung yang membawa kendaraan bermotor, Sri menyediakan tempat parkir yang luas tepat di seberang rumah makan miliknya.

BEBEK GORENG SARI ASLI



Perempuan tangguh penjaja bebek goreng segenerasi dengan Sri Sabianti adalah Siti Maryunah. Bu Siti mengelola warung Bebek Goreng Sari Asli yang juga berada di kawasan Kartasura. Ia juga menjelaskan, dulu olahan bebek tidak seterkenal sekarang. Bahkan saat itu banyak yang bilang bahwa daging bebek itu amis. Namun ia dan beberapa pedagang lainnya bisa membuktikan bisa mengolah tanpa amis dan daging yang empuk. Siti mengaku tak memiliki rahasia khusus bumbu untuk olahan bebek gorengnya. Sebenarnya bumbunya sama saja, tapi pilihan bebeknyalah yang harus tepat. Bebek sawah yang umurnya tua dan jarang bertelur itu biasanya lebih enak untuk diolah. Siti pun selalu selektif memilih bebek. Karena pilihan yang tepat akan membuat bebek terasa gurih.

Kala memulai usaha, Siti belum begitu mengandalkan bebek goreng. Ia hanya menjual bebek di malam hari, sedangkan pagi harinya berjualan sayur. Tenyata olahan bebeknya juga disukai. Makin lama makin laris. Seiring waktu, makin banyak yang berjualan bebek goreng. Soal kompetitor ini, Siti sama sekali tak khawatir. Baginya rezeki sudah diatur. Selera tiap orang pun berbeda-beda. Ia justru senang makin banyak yang berjualan bebek, sampai-sampai tempatnya disebut kampung bebek. Nenek 6 cucu ini menambahkan, banyak pula pengunjung yang datang berombongan. Siti pun telah menyediakan tempat yang luas agar rombongan ini tidak terpisah. Hingga semuanya bisa kumpul dan muatnya juga banyak.

Banyak pelanggan yang menyebut bebek goreng Sari Asli terkenal karena sambel koreknya yang pedas dan nikmat. Siti memang hanya menyediakan sambal korek, tidak ada yang lain. Namun soal menu, selain bebek ia juga menyediakan ayam dan ampela ati. Pembeli tinggal memilih sesuai selera. Rata-rata per hari, Siti butuh 100 ekor bebek, sedangkan pada akhir pekan atau hari libur bisa melonjak sampai 150 ekor. Ia bersyukur pelanggannya terus datang dan mampir ke warungnya untuk menikmati olahan bebek goreng buatannya.

Soal harga, Siti juga mengungkapkan bahwa ia memberikan harga yang terjangkau dan terhitung murah. Mulai dari Rp 6000 untuk sate ampela  sampai Rp 19.000 untuk seporsi bebek. Hingga kini Siti mengaku belum berminat untuk membuka cabang di tempat lain. Ia ingin fokus dulu membesarkan Bebek Sari Asli yang ada di Kartasura. Di sini saja, ia mengaku sudah kerepotan dan mesti dibantu anak-anaknya. Menurutnya, bebek goreng sambal korek memang asli Kartasura, maka kalau mau mencarinya memang harus ke sini. Dan Siti benar, kelezatan kampung bebek goreng Kartasura memang selalu mengundang orang untuk datang. Silahkan dicoba.

Komentar

Posting Komentar