Sejak ramai dibicarakan di berbagai media sosial, keberadaan Pasar Santa tak lagi dipandang sebelah mata. Berbagai kalangan sosial dan umur kini dapat ditemui berseliweran di pasar yang terletak di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan ini. Menurut kepala Pasar Santa, Bambang Sugiarto, pemandangan ini bisa dibilang tidak biasa di sebuah pasar tradisional. Dijelaskan Bambang, sejak dirinya mendapat tugas mengepalai Pasar Santa tahun 2012, pasar ini bisa dibilang kondisinya ‘hidup segan mati tak mau’. Minimnya pengunjung memaksa ratusan pedagang meninggalkan kiosnya. Hal ini diduga akibat kalah bersaing dengan mal, minimarket, dan supermarket di seputar kawasan ini. Selain itu, juga karena menjamurnya pedagang kaki lima yang muncul di sekitar pasar.
Sebenarnya,
sejak dipugar pada 15 Mei 2007, Pasar Santa sudah tampil lebih modern. Ada
lantai basement, lantai dasar, dan
lantai satu. Namun, selama 7 tahun lantai satu vakum dan tidak berpenghuni,
sampai pengunjung mau naik saja takut. Total dari 1.151 kios yang disediakan,
yang aktif sejak tahun 2012 hanya 300 tempat usaha. Bambang pun mencoba
menghidupkan pasar dengan cara menjemput bola. Ia mengajak satu per satu
pedagang untuk meramaikan Pasar Santa. Akhirnya sepanjang 2012 hingga 2013 kios
yang disewa pun meningkat menjadi 459. Dan memasuki Juli 2014, seluruh kios di lantai
satu sudah penuh terisi.
Di antaranya
dua kios kopi, A Bunch of Caffeine Dealers (ABCD) dan Kopi Toraja di Pasar. Keduanya
memiliki komunitas dan pembeli dari kalangan anak-anak muda. Bambang merasa
bersyukur, ketika ia menawarkan untuk menyewa kios di lantai satu Pasar Santa,
respons mereka sangat bagus. Untuk menggaet anak-anak muda, Bambang pun harus
pulang lewat dari jam kerjanya. Pasalnya, kios-kios ini buka pada sore hingga
malam hari. Karena perubahan suasana pasar ini masih tahap awal, maka ada beban
moral yang ia pegang, sehingga perlu terus didampingi. Bambang optimis dan akan
terus bekerja keras serta cerdas agar pasar ini dapat terus aktif dan hidup. Ke
depannya, akan ada beberapa perbaikan, misalnya bentuk toilet yang akan diubah
dari jongkok menjadi duduk, semuanya berdasarkan masukan dari teman-teman dan
pengunjung.
Berbeda dengan
pasar lainnya, salah satu keunggulan Pasar Santa adalah lokasinya yang sangat
strategis. Menurut Bambang, pada dasarnya semua pasar memiliki kekuatan dan
kelemahannya masing-masing. Dan Pasar Santa menawarkan tempat yang nyaman,
bersih, serta aman. Walau tidak ber-AC, tapi di sekeliling bangunan pasar
banyak pohon yang rindang, hingga suasananya tetap sejuk. Selain diisi oleh
penjual makanan dan minuman, ada pula yang membuka jasa potong rambut, menjual
buku, piringan hitam, baju, dan barang kebutuhan lain. Harganya pun sangat
bersaing dan barang yang dijual juga berkualitas. Keberadaan kios-kios ini juga
saling menguntungkan satu sama lain. Misalnya ada pengunjung yang membutuhkan
sayuran atau bahan makanan, bisa membelinya di lantai basement. Dan pelanggan yang ingin menjahitkan baju bisa ke lantai
dasar. Bambang menegaskan, satu hal yang tidak boleh dijual di pasar ini adalah
minuman beralkohol.
Perubahan yang
terjadi di Pasar Santa tak lepas dari keberadaan kios penjual kopi bernama
ABCD. Adalah Hendri Kurniawan dan Ve Handojo yang memulai untuk membuka kios
kopi ini sejak 2012. Awalnya, tempat yang mereka gunakan hanya dimanfaatkan
sebagai ajang latihan membuat kopi bersama rekan-rekan mereka. Satu hal yang
unik, kios kopi ini tidak menetapkan harga kepada para pelanggannya. Mereka
hanya meletakkan sebuah toples di etalase agar pengunjung bisa menaruh uang secara
sukarela.
Komentar
Posting Komentar