KULINER : SAMBAL BELUT PAK SABAR - YOGYAKARTA, Tetap Dicari Meski Lokasi Tersembunyi




Berkat sambal belut, Sabar Subarno yang semula berprofesi sebagai buruh bangunan menjadi pengusaha kuliner sukses. Awalnya sekitar tahun 1993, Sabar membuka warung nasi angkringan dengan harga per bungkus Rp 1000 yang berlokasi di sejengkal tanah pinggir jalan Tamanan, Desa Dokaran, Banguntapan, Bantul. Pagi harinya, ia tetap bekerja sebagai tukang batu, baru malamnya berjualan nasi angkringan. Warungnya itu berdekatan dengan rumah mungilnya yang berada di samping Masjid Tamanan, dan berdampingan dengan kuburan.

Ihwal ia jual nasi sambal belut yang kini mencuatkan namanya di jajaran kuliner di Bantul bermula di tahun 1996. Sabar menceritakan, saat itu ada temannya yang suka berburu belut di sawah. Lalu, si teman tersebut suka menumpang mengolah belut di warung angkringannya. Ternyata setelah ia ikut mencoba, rasanya enak. Hari berikutnya Sabar pun juga mencoba membuat sambal belut. Lalu ia menjualnya bersama menu nasi Rp 1000, yang ternyata laku keras. Sejak saat itu, Sabar pun memutuskan untuk berjualan nasi sambal belut bungkusan.


Hingga tahun 2000-an, Sabar terus berkreasi dengan membuat belut goreng dan menjualnya dalam kemasan plastik. Sayang, di tahun 2006, gempa bumi memporak-porandakan usahanya. Rumahnya roboh, dan bantuan yang datang juga tidak cukup untuk membiayai hidup. Sabar mengenang, bahkan untuk menyekolahkan anaknya saja ia harus menjual gawang-gawang rumahnya yang roboh itu. Ia merasakan hidupnya saat itu sangat perih sekali. Namun, Sabar tak mau selamanya meratapi musibah. Ia pun mencoba bangkit lagi. Dengan modal seadanya, ia kembali berjualan sambal belut. Kali ini tidak lagi disajikan dalam nasi bungkus. Tapi sambal belut itu disajikan dalam piring. Pelan tapi pasti, usahanya kembali berjalan lancar. Banyak orang datang kala Bantul kebanjiran relawan untuk menolong korban gempa. Sabar pun berani hutang Rp 3 juta ke bank untuk mengembangkan usahanya. Ternyata usahanya itu memang terus berkembang. Hasilnya bisa ia pakai untuk mendirikan rumah kecilnya lagi.

Kesabaran Sabar berbuah. Kini tak hanya rumah kecilnya yang dibangun. Beberapa petak tanah telah ia beli. Bahkan gang kecil dari depan masjid yang menuju ke rumahnya juga sudah dibeli agar pengunjung warungnya bisa parkir kendaraan. Kini warung makan Pak Sabar sudah mulai banyak dikenal orang. Untuk mencapainya, tidak terlalu sulit. Cukup dari ring road selatan, tepatnya jalan Imogiri Barat ke selatan. Di KM6, ada jembatan kedua, lalu langsung ke kiri masuk Desa Dokaran, Tamanan. Setelah bertemu masjid, di belakang masjid itulah rumah sekaligus rumah makannya.


Memang lokasinya agak tersembunyi. Tapi, pembelinya sudah banyak. Sabar tidak bisa menghitung seberapa banyak dan siapa saja pembelinya. Yang jelas rumah makannya memang selalu ramai, apalagi pada Sabtu-Minggu dan tanggal merah. Bahkan Sabar mengaku ia punya pelanggan yang berasal dari Afrika dan Belanda. Sambal belut yang diolah keluarga Sabar, terasa sambal bawang yang dibumbui sedikit kencur. Harum dan gurih, paduan antara gurihnya belut dan garam serta bawang. Padanan menyantap nasi sambal belut ini adalah lalap kemangi, timun dan bayam/daun singkong rebus. Sabar juga melengkapinya dengan ikan gabus, tempe goreng atau wader (semcam baby fish). Rasa pedas cabe rawit merahnya teramat klop dipadukan dengan bawang, membuat penyantapnya berkeringat. Sebagai pengusir rasa pedas, tersedia minuman yang sangat cocok, yakni teh panas kental dengan gula batu.

Sayangnya, kata Sabar, di musim kemarau belut amat sulit diperoleh. Ia pun sampai harus mencari belut kemana-mana. Berapa pun jumlah belut yang ada, ia siap menampung. Ia merasa kasihan kalau ada pembeli yang datang ke rumah makannya, tapi stok belut sedang kosong. Padahal tujuan mereka datang untuk menikmati santapan belut. Selain menyajikan sambal belut goreng, Sabar juga mengolah kerupuk belut dengan merek namanya sendiri. Ia menjualnya dalam kemasan plastik. Imbas keberhasilan Sabar mengelola rumah makannya yang terkesan ndeso, Dirjen Kelautan pernah datang dan mencicipi kuliner belut di tempatnya. Bahkan Dirjen turut memberikan bantuan modal untuk membesarkan usahanya. Banyak juga pihak bank yang menawarkan kredit usaha. Padahal saat ia mengelola usaha ini di awal, pengajuan kreditnya kerap ditolak. Ke depan, Sabar berencana membuka cabang rumah makannya di depan kantor PLN Bantul, yang akan dikelola anaknya yang kebetulan Sarjana Tata Boga.



Warung Sambal Belut Pak Sabar : 


 JL. Imogiri Barat, Km. 6, Tamanan, Bantul, Jawa Tengah 55782, Indonesia

+62 828-2753-770


Komentar