RUMAH SINGGAH SEDEKAH ROMBONGAN : Melayani Dan Mendampingi Pasien Kanker Duafa



Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) berada di Jalan Desa Bumen Wetan, Mantup, Yogyakarta, dan merupakan rumah singgah kedua Sedekah Rombongan di Yogyakarta setelah rumah singgah di kawasan Blok O, Adisucipto, Yogyakarta. Rumah singgah bagi para duafa penderita kanker itu dibangun dari dana para donator yang terhimpun dalam Sedekah Rombongan, yang dimotori Sapturi Sugiharto pada Oktober 2011.  Rumah Singgah Sedekah Rombongan sebetulnya tidak cuma ada di Yogyakarta, melainkan juga di beberapa kota lain seperti Jakarta, Semarang, Solo, Malang, Surabaya, Jember, Purwokerto, dan Bandung. Total ada 10 rumah singgah dan 15 mobil ambulans. Karena itu para pasien yang ditolong Sedekah Rombongan tak perlu semuanya dibawa ke Yogyakarta, karena Sedekah Rombongan juga bekerja sama dengan beberapa rumah sakit setempat.



Rumah Singgah Sedekah Rombongan ada karena tuntutan kebutuhan. Pasalnya, para penderita kanker dan hidrosefalus yang ditolong Sedekah Rombongan banyak yang tinggal di luar kota atau membutuhkan pendampingan khusus. Ada dua klasisifikasi pasien Rumah Singgah Sedekah Rombongan, yakni yang mandiri dan tidak mandiri. Yang tidak mandiri misalnya pasien memiliki keterbatasan fisik sehingga butuh bantuan orang lain untuk mendorong kursi roda atau menuntun jalan, misalnya. Ada juga yang fisiknya sempurna tapi ‘buta’ soal tata cara dan proses pengobatan, sehingga harus ditemani dan dilayani para pendamping Sedekah Rombongan yang disebut ‘kurir’.

Rumah Singgah Sedekah Rombongan benar-benar hanya ditujukan bagi golongan tak mampu. Para pasien ini bisa sampai ke Rumah Singgah Sedekah Rombongan lantaran adanya informasi dari masyarakat. Rumah Singgah Sedekah Rombongan memiliki banyak informan yang member tahu keberadaan kaum duafa penderita kanker yang butuh pertolongan. Berbekal info itu, Tim Sedekah Rombongan lalu meluncur ke tempat yang diinformasikan. Setelah kondisi ekonomi pasien disurvei, pasien pun dibawa dengan ambulans milik Sedekah Rombongan. Pasien yang rumahnya jauh mereka bawa ke rumah singgah terlebih dahulu sebelum dibawa berobat ke rumah sakit. Pasien yang rumahnya dekat akan dikembalikan ke rumah masing-masing setelah dibawa berobat ke rumah sakit.


Cepatnya kerja para kurir dimungkinkan lantaran penyebaran informasi memanfaatkan media social seperti WhatsApp. Mereka membuat sebuah grup, jadi setiap saat ada info baru tentang pasien bisa cepat tersebar dan ditindaklanjuti, meski mereka tidak saling bertatap muka. Memang tidak semua pasien bias tinggal di Rumah Singgah Sedekah Rombongan. Biasanya hanya pasien yang tinggal di luar kota, tidak ada keluarga yang menemani ke rumah sakit, atau harus menunggu jadwal berobat yang dibawa ke Rumah Singgah Sedekah Rombongan. Ada pasien mandiri yang bias jalan sendiri ke rumah sakit, tetapi tetap ada kurir yang menemani selama pengobatan. Selain menemani,  kurir juga membantu mengurus biaya pengobatan. Rata-rata pasien sekarang memiliki Jamkesda, Jamkesnas, atau kartu BPJS. Kelebihan biaya yang tidak bias diklaim melalui jaminan kesehatan itulah yang ditanggung Rumah Singgah Sedekah Rombongan.

Tidak sekedar dilayani dan dibawa berobat, para penderita kanker yang tinggal di Rumah Singgah Sedekah Rombongan juga diberi uang saku untuk makan sehari-hari selama tinggal di sana. Mereka juga diberi edukasi tentang kesehatan, seperti bagaimana harus cuci tangan, jenis makanan apa saja yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi, dan sebagainya. Bahkan ada yang diajari membaca dari nol. Mereka juga diberi edukasi tentang proses pengobatan di rumah sakit. Para pasien pun merasa senang dan percaya diri saat ditemani selama berobat. Dari pancaran mata mereka, terlihat amat membutuhkan pertolongan tim Sedekah Rombongan. Itulah yang membuat tim Sedekah Rombongan merasa bahwa eksistensi mereka sangat dibutuhkan.


Para kurir yang bekerja untuk Sedekah Rombongan juga tidak merasa terganggu saat dihubungi keluarga pasien yang minta pertolongan, sekalipun saat itu sedang tidak bertugas. Bahkan pernah saat Lebaran, mereka dimintai tolong untuk melayani, pun tidak masalah. Kalau beberapa hari tidak bertemu pasien, mereka justru sering kangen. Tak hanya memberi harapan kesembuhan, Rumah Singgah Sedekah Rombongan juga menjadi keluarga-keluarga baru bagi pasien, kurir, serta pengelola Sedekah Rombongan lainnya.

Komentar