WANITA DAN KARIER : Dr. Ir. H.R. Sabrina,- Sekda Perempuan Pertama di Provinsi Sumatera Utara, Menghargai Sesama Tanpa Melihat Latar Belakang



Menjabat sebagai Pelaksana Harian (Plh) Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara, ia dikenal sebagai pribadi yang ramah dan mudah bergaul. Lahir dan dibesarkan dari keluarga kerajaan yang hidup dengan banyak aturan ternyata tak membuat Dr. Ir. H.R. Sabrina menjadi pribadi yang kaku. Bahkan wartawan yang bertugas di kantor Gubernur Sumatera Utara mengakui bahwa Sabrina adalah pejabat yang paling ‘welcome’ ditemui dan dimintai komentar. Sikap enjoy, diakuinya, sangat membantu dalam menjalankan tugas sehari-hari. Sikap ini didapat saat kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB). Baginya, IPB bukan hanya tempat menimba ilmu, namun juga pengalaman hidup yang luar biasa. Lingkungan kampus IPB yang dipenuhi oleh beragam kalangan telah membuka mata Sabrina. Di kampus ini sikap toleransi dan saling menghormati sangat terjaga.

Meskipun di sana banyak orang hebat, kaya, dan pintar, tapi mereka tidak sombong. Bahkan seorang profesor saja tidak malu naik angkot. Di situlah Sabrina jadi berpikir, kalau mereka yang hebat saja bisa begitu, apalagi dirinya yang tidak ada apa-apanya. Sebenarnya, sikap untuk menghargai sesama, tanpa melihat latar belakang seseorang, telah diajarkan orangtuanya sejak kecil. Ayahnya yang seorang raja, tak pernah membeda-bedakan status sosial seseorang. Bahkan, rumah tempat tinggalnya seringkali jadi tumpangan banyak orang.

Sabrina menceritakan, rumahnya pernah dihuni 26 orang. Bahkan pengemis pun juga pernah ikut tinggal, karena ayahnya yang terlalu baik. Kebiasaan sang ayah menampung orang di rumah diteruskan Sabrina. Menurutnya, ia tak pernah merasa dirugikan dengan kehadiran banyak orang di rumahnya. Sebaliknya ia justru terbantu dengan kehadiran mereka. Sabrina yakin, rezeki sudah ada yang mengatur. Makin banyak kita memberi, makin banyak pula rezeki yang kita dapat. Paling tidak, kehadiran mereka bisa membantu Sabrina mengawasi anak-anaknya di rumah.

Perempuan pertama yang menjabat sebagai Sekretaris Daerah di Sumatera Utara itu mengenyam pendidikan mulai dari SD sampai SMA di Rantau Prapat, Sumatera Utara. Cita-citanya dulu ingin menjadi arsitek. Namun, saat SMA ia terpilih sebagai salah satu siswa undangan di IPB. Awalnya ia tak ingin kuliah di IPB. Tapi karena sang ayah melarangnya masuk jurusan Arsitektur dan memintanya tak menyia-nyiakan kesempatan. Kata Sabrina, saat itu ayahnya khawatir, kalau ia mengikuti tes masuk di jurusan arsitektur malah tidak diterima sementara yang di IPB sudah terlanjur dilepas. Maka Sabrina pun mengalah dan memupuskan cita-citanya menjadi arsitek. Setamat IPB, Sabrina diterima bekerja sebagai karyawan bank, meski tak lama. Tidak ingin berlama-lama menganggur, Sabrina memutuskan mengikuti tes Calon Pegawai Negeri Sipil.

Berbekal otak encer, ia akhirnya diterima menjadi staf di Biro Pengembangan Produksi Daerah yang sekarang dikenal dengan Biro Perekonomian Propinsi Sumatera Utara. Seiring berjalannya waktu, karier Sabrina di birokrasi terus menanjak. Ia pernah dipercaya menjadi Pelaksana Harian (Plh) Bupati Labuhan Batu Selatan. Saat ini,  selain menjabat sebagai Asisten II Ekonomi dan Litbang, Sabrina juga menjabat sebagai Plh. Sekda Propinsi Sumatera Utara.

Bekerja sebagai PNS dan memegang sejumlah jabatan strategis sudah pasti menyita banyak waktu. Sabrina mengakui terkadang harus mengorbankan waktu untuk keluarga. Ketika anak-anaknya masih kecil, Sabrina sering kucing-kucingan kalau harus berangkat bekerja. Perasaannya sangat tidak enak bila meninggalkan anak dalam keadaan menangis. Maka, ia pun harus mengalihkan perhatian mereka, dengan membawanya dulu keliling kompleks. Protes dari anak-anaknya biasanya karena ia tak menepati janji untuk menghabiskan waktu bersama, apalagi di hari libur. Kadang-kadang agar bisa kumpul, ia juga kerap mengajak anak-anaknya ke kantor. Di kantor, mereka diberi kesibukan, misalnya bermain mesin ketik atau ia titipkan pada petugas.

Menurut Sabrina, perempuan yang diberikan Tuhan kesempatan untuk berkeluarga adalah perempuan yang sangat beruntung. Karena di situlah letak kebahagiaannya. Jadi, sangat disayangkan jika akhirnya ada perempuan yang mengabaikan keluarganya demi mengejar karier atau hal lainnya. Memang bukan perkara mudah untuk melakoni dua peran sekaligus. Namun sebagai perempuan kita tidak boleh menyerah. Jika ada niat dan ketulusan, keduanya bisa dijalani berbarengan. Meskipun ada beberapa konsekuensi yang harus dihadapi.

Masa-masa sulit itu telah berlalu. Kini, anak-anak Sabrina mulai tumbuh besar dan bisa memahami kondisi sang ibu. Selain menyibukkan anak-anak dengan urusan sekolah, Sabrina juga menanamkan pendidikan agama dan bahasa asing, terutama bahasa Inggris pada anak-anaknya sejak dini. Ia juga mengharuskan anak-anaknya bisa menamatkan Al-Quran sebelum masuk SMP. Baginya, agama tetap nomor satu. Itu adalah landasan untuk anak-anaknya.

Ternyata apa yang dilakukan Sabrina tidak sia-sia. Meski tak bisa menghabiskan banyak waktu bersama anak-anak, namun anak-anaknya masih berjalan di koridor yang seharusnya. Selain rajin menjalankan ibadah, ketiga anaknya termasuk anak-anak yang berprestasi. Kini anaknya yang paling besar sudah bekerja di Jakarta. Yang nomor dua sedang pendidikan beasiswa di Jepang, dan yang ketiga sudah menamatkan pendidikan dokter gigi. Saat ini ketiga anak Sabrina memang tinggal jauh dari kedua orangtua mereka. Tapi Sabrina tidak pernah merasa jauh dari anak-anaknya. Mereka selalu berkomunikasi lewat Whatsapp dan Line.

Karena sudah tak lagi direpotkan dengan urusan anak-anak, Sabrina dan sang suami, Koko Pramedya, kini lebih banyak punya waktu luang. Kadang-kadang ia memanfaatkannya untuk berkumpul dengan teman-teman SMA. Kebetulan Sabrina dengan sang suami berasal dari SMA yang sama. Perempuan yang hobi membaca ini punya obsesi yang ingin ia wujudkan saat pensiun kelak. Ia ingin menulis buku ilmiah, namun ditulis dengan bahasa yang mudah dimengerti.

Komentar