WANITA DAN PROFESI : KOMPOL JULIANI PRIHATINI, SIK, Dari Atlit Voli Menjadi Kapolsek




Tak pernah terbayangkan oleh Juliani Prihatini jika kelak ia akan menjadi seorang polisi. Maklumlah, ia berasal dari keluarga yang sangat sederhana dan sama sekali tidak ada yang bekerja di instansi pemerintah apalagi di kepolisian. Maka, begitu ia dinyatakan lulus masuk sebagai anggota polisi dengan pangkat bintara, seluruh warga di tempat tinggalnya di kawasan pinggiran Sei Rotan Tembung, Deli Serdang, Sumatera Utara menjadi gempar. Keluarganya pun bangga bukan kepalang. Kebanggaan ini bukan tanpa alasan. Karena Juliani merupakan orang pertama yang menjadi polisi di daerah itu. Juliani memang tak pernah membayangkan bakal menjadi polisi, apalagi sampai memegang jabatan Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek), karena dulunya ia hanya anak sederhana yang punya hobi bermain voli. Di benak perempuan yang kini menjadi Kapolsek Medan Timur, Sumatera Utara ini, justru terlintas kelak akan menjadi atlet voli, mengingat kegiatan ini sudah dimulainya sejak duduk di bangku SMP hingga hampir tamat SMEA.

Toh, hobi bermain voli jugalah yang membawanya mengenal dunia kepolisian. Saat itu, ketika ia mengikuti turnamen bola voli antar klub, ia melihat beberapa polisi wanita (polwan) yang juga ikut pertandingan. Dalam benak Juliani rasanya ingin seperti mereka. Karena sepertinya asyik sekali, selain bekerja sebagai polisi, mereka juga bisa menjadi atlet. Sejak saat itu, Juliani berkeinginan menjadi seorang polisi. Bertepatan dengan seleksi masuk pra PON 1994, Juliani yang baru lulus dari Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA, sekarang SMK) akhirnya memutuskan untuk mencoba masuk seleksi penerimaan bintara di Medan.

Dan tanpa disangka-sangka ia ternyata lulus meski harus melewati proses yang cukup ketat. Pertama kali berdinas, Juliani di tempatkan di Aceh. Namun, tak berselang lama, karena dinilai memiliki prestasi yang cukup baik, dia terpilih mengikuti program pendidikan Diploma III di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK). Tak puas dengan ilmu yang didapatnya di program ini, beberapa tahun kemudian Juliani kembali melanjutkan pendidikannya ke jenjang sarjana di PTIK. Sejak saat itu, Juliani selalu dipercaya memegang jabatan strategis di jajaran Kepolisian Daerah Sumatera Utara. Di antaranya pernah menjabat sebagai Kapolsek Medan Area, Kasatlantas Polres Tebing Tinggi Sumatera Utara, dan terakhir adalah Kapolsek Medan Timur.

Bagi Juliani, jabatan Kapolsek yang diembannya saat ini merupakan amanah yang harus di laksanakan sebaik-baiknya. Menurutnya, pekerjaan yang dipikulnya bukan pekerjaan yang mudah. Penuh tantangan. Risiko pekerjaan, karena setiap hari harus berurusan dengan masalah hukum masyarakat, pasti lebih besar dibandingkan dengan risiko pekerjaan yang kebanyakan dilakukan oleh kaum perempuan lainnya. Namun, Juliani tak merasa khawatir dan hal tersebut bukan menjadi penghalang bagi dirinya untuk bisa berbuat yang terbaik. Bagi Juliani, sudah bukan zamannya lagi membedakan status antara pria dan wanita dalam soal jabatan ataupun pekerjaan. Semuanya tergantung dari usaha dan kemampuan seseorang. Dan instansi tempatnya bekerja pun selalu memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anggota untuk bisa lebih maju dalam berkarier.

Sebenarnya, menurut Juliani, caranya tidak sulit. Asal bisa memenuhi persyaratan, semuanya pasti bisa. Karena untuk menjadi apa dan seperti apa, memang sudah jelas kriterianya. Yang pasti persyaratan informal dan formalnya harus bisa terpenuhi. Sebagai satu-satunya perempuan yang terjun langsung ke lapangan dan juga harus memimpin tim yang seluruh anggotanya pria, Juliani selalu mengandalkan cara berkomunikasi yang baik dengan bawahannya. Timnya terdiri dari Wakapolsek, Kanit, dan anggota. Mereka selalu bekerja sama dalam menangani masalah atau tugas yang ada. Sehingga masalah berat pun jadi ringan. Dan yang pasti akan ada solui karena menurutnya semuanya memang bisa dikomunikasikan.

Pekerjaan Juliani sudah pasti sangat menyita waktu karena jam kerja yang tak menentu. Juliani seringkali harus pulang pagi. Namun, itu sudah konsekuensi yang harus ia terima sebagai abdi negara. Selain menjabat sebagai Kapolsek Medan Timur, Juliani juga berstatus sebagai ibu dengan dua orang anak M Raihansyah dan Ning Alisa Putri, yang masih membutuhkan perhatian ekstra. Juliani sadar betul dengan kondisi itu. Namun, meskipun waktunya sangat sempit, karena lebih banyak berada diluar daripada di rumah, sedapat mungkin ia tetap berusaha menjadi ibu dan istri yang baik bagi anak-anak dan suaminya.

Di sela waktunya yang sempit itu, Juliani mengaku selalu menyempatkan diri menelepon anak dan suaminya. Minimal dua kali sehari. Menanyakan keadaan anak, sedang apa dan bagaimana kegiatan di sekolahnya. Bahkan, saat anak sulungnya yang saat ini masih sekolah dasar, ketika menghadapi ujian atau ulangan di sekolah, Juliani sedapat mungkin mendampinginya. Paling tidak hal ini akan memberikan semangat dan motivasi agar sang anak percaya diri dalam menghadapi soal ujian.

Istri dari Herman Rasyid ini sadar betul bahwa ia tak bisa menghabiskan waktu banyak dengan keluarga tercinta. Oleh karena itu, ia selalu berusaha memanfaatkan masa liburnya bersama keluarga. Saat libur Juliani mengkhususkan diri untuk memasak menu-menu istimewa kesukaan keluarganya, seperti steak daging dan salmon. Semuanya ia tangani sendiri. Selain itu, wanita yang gemar berolahraga jogging ini juga mengajak keluarganya jalan-jalan ke mal atau berenang bersama.

Perempuan kelahiran Sei Rotan, 25 Oktober 1976 ini mengatakan, dirinya tidak punya keinginan yang muluk-muluk dalam menjalani kehidupan. Prinsipnya selalu berusaha berpikir secara sederhana. Karena, apa pun yang ia lakukan semuanya berdasarkan kehendak Tuhan. Ini bukan berarti Juliani akan bersikap diam tanpa keinginan untuk mewujudkan apa yang dicita-citakannya. Sejak kecil, ia selalu berusaha untuk tidak menjadi orang yang takabur. Ia berusaha menjadi contoh yang baik bagi keluarganya.

Kemandiriannya dalam bersikap menjadi teladan bagi tiga adiknya. Kondisi keluarganya yang sangat sederhana kini telah berubah. Dua dari tiga adiknya juga mengikuti jejak Juliani menjadi polisi. Ia pun selalu berdoa semoga selalu menjadi pribadi yang baik bagi banyak orang. Bagi keluarganya dan juga masyarakat. Selain itu, ia juga ingin menjadi hamba yang selalu bersyukur. Karena Tuhan telah memberi banyak kepadanya. Setiap urusannya selalu dimudahkan, seperti saat menjalani tes masuk kepolisian dulu. Meski disibukkan banyak tugas, namun Juliani masih menyimpan keinginan untuk mengembangkan diri. Ia sangat ingin bertugas di luar negeri, bergabung dengan pasukan khusus PBB. Ia ingin membantu orang-orang, khususnya yang berada di daerah konflik.

Komentar