WANITA DAN PROFESI : MELIANA CHRISTANTY, Memperkenalkan Masakan Khas Kalimantan




Tak cuma jago memasak, ibu dari tiga anak ini juga hobi mendokumentasikan masakan daerah, khususnya Kalimantan dan di-share ke dunia maya. Ratusan jenis makanan daerah warisan budaya itu pun telah dicetak dalam bentuk buku bersama penulis lain.

Meski nampak begitu menguasai masakan Kalimantan, Meliana sendiri bukanlah orang yang lahir dan besar di sana. Ia berasal dari Jawa Tengah. Lahir di Temanggung dan menempuh pendidikan SD sampai SMP juga di kota itu. Baru setelah lulus SMP  ia masuk SMA di Salatiga sampai lulus, kemudian melanjutkan kuliah ke Fakultas Ekonomi salah satu PTS di Yogyakarta. Setelah tamat kuliah, ia menikah dengan Chandra Halim yang berasal dari Pontianak, lalu tinggal di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Saat ia pindah ke sana di tahun 2003, saat itu kondisinya masih sangat sepi. Apalagi ia tinggal di dekat pelabuhan Kumai, yang berdekatan dengan tempat usaha suaminya. Di sekitar rumahnya masih banyak berkeliaran monyet.

Meliana mengaku, ia sempat mengalami gegar budaya. Setelah tinggal di kota besar seperti Yogyakarta yang begitu ramai, tiba-tiba harus pindah ke lingkungan yang sangat sepi. Akhirnya, ia mencoba mencari kesibukan. Selain berselancar di dunia maya, ia juga sering ke pasar tradisional untuk melihat bahan masakan berupa sayur atau buah khas Kalimantan. Bila mendapatkan suatu bahan, ia langsung tanyakan kepada penjualnya atau masyarakat setempat, apa nama sayur atau buah itu, lalu enaknya dimasak apa, dan bagaimana cara membuat sekaligus resep bumbunya apa saja ? Bila sudah jelas, sesampai di rumah bahan itu ia coba praktikkan di dapur, kemudian hasilnya diunggah ke internet. Masakan itu lalu ia nikmati bersama keluarga, begitu seterusnya.


Bahan-bahan asli Kalimantan yang ia temui antara lain daun kelakai. Daun yang masuk jenis paku-pakuan ini selintas mirip pakis yang hidup liar di semak-semak pinggir sungai. Tanaman ini sangat bermanfaat untuk kesehatan, karena bisa menambah sel sel darah dengan cepat sekaligus untuk anti aging atau penuaan dini. Lalu, ada lagi buah dengan nama terung asam rimbang. Buah ini pohonnya hanya ada di hutan Kalimantan. Oleh karena itu, dengan banyaknya hutan yang dibabat, buah ini pun jadi agak langka. Asam rimbang ini enak sekali dipakai untuk bahan sayur asam atau campuran bumbu asam pedas khas Kalimantan.

Selain itu ada lagi buah payang. Buah ini mirip jeruk bali tapi aromanya sangat kuat, mirip mangga kweni sehingga cocok untuk rujak atau sambal terasi. Hanya syaratnya kalau mengupas harus tebal, karena kalau dikupas tipis, getahnya bila terkena bibir bisa membuat bengkak. Sebisa mungkin, Meliana juga menjelaskan khasiat bahan-bahan itu ketika men-share-nya di internet. Misalnya, perut ikan remang atau ikan otek, harus dijemur dulu baru digoreng dengan api kecil. Rasanya sangat enak seperti krecek dan sangat bermanfaat bagi kesehatan karena kadar kolagen yang tinggi membuat kulit bagus, menyehatkan paru-paru, dan sebagainya.

Awalnya, resep-resep tersebut cukup ia hafal di luar kepala saja. Tetapi sekarang semuanya sudah didokumentasikan untuk kepentingan pembuatan buku. Apalagi bahan-bahan tersebut jumlahnya mencapai ratusan jenis sehingga perlu pendokumentasian yang baik. Saat ia unggah di internet, biasanya ia sertakan pula bahasa latin dari tanaman tersebut yang ia peroleh dari internet juga. Dari kegemaranya mengunggah itu, ia pun akhirnya dikenal oleh beberapa ahli kuliner ternama, misalnya William Wongso, serta editor penulis makanan Arie Parikesit. Oleh Arie Parikesit, Meliana sempat diseleksi, dan setelah dianggap memenuhi syarat, diminta untuk bergabung dalam buku Warisan Kuliner Nusantara yang ditulis oleh delapan penulis. Meliana sendiri adalah penulis khusus untuk makanan Kalimantan.


Meliana menjelaskan makanan khas Kalimantan itu sangat kaya. Kalau didata, ada ratusan jenis makanan. Salah satu contoh,  beberapa saat lalu selama dua bulan lebih ia keliling Kalimantan Timur, Utara, Tengah, Barat, dan Selatan untuk mendata makanan khasnya. Ternyata waktu dua bulan itu tidak cukup. Artinya masih ada beberapa makanan daerah yang belum bisa tercatat. Dalam sehari saja, misalnya di Kabupaten Tenggarong, ada 20 jenis makanan yang perlu ia cicipi. Masing-masing masyarakat Dayak di Kalimantan Timur dan Tengah sudah berbeda sekali jenis makanan khasnya. Itu belum termasuk Banjarmasin dan kawasan lain yang tidak termasuk suku Dayak.

Meliana sendiri sejak kecil saat masih tinggal di Temanggung sudah suka memasak. Biasanya ketika ibunya sedang memasak di dapur ia suka melihat-lihat. Tapi oleh ibunya ia justru sering diminta pergi dan bermain saja. Mungkin saat itu ibunya berpikir, kalau ia ikutan turun ke dapur justru akan mengganggu. Namun, kalau datang ke rumah kakeknya ia justru senang, karena di sana ia bisa bebas. Kebetulan kakeknya, Adi Susanto Setyawan, terkenal jago memasak masakan daerah. Jadi ketika sang kakek berkutat dengan bumbu, ia kerap memperhatikan dan dihafalkan baik-baik. Tapi, talenta memasak Meliana baru muncul ketika usianya sudah 17 tahun. Ceritanya, saat duduk di bangku SMA, kedua orangtuanya, Mayawati dan Indra, bercerai sehingga mengharuskannya hidup mandiri. Meliana yang bersekolah di SMA Lab School Satya Wacana, Salatiga, terpaksa harus kos dan tinggal sendiri. Di saat sendiri itulah, atas anjuran kakeknya, ia diminta memasak sendiri supaya lebih sehat. Setiap sebulan sekali kakek dan neneknya juga datang menjenguk dengan membawa banyak sekali jenis makanan.

Meliana masih ingat, pelajaran memasak pertama yang diperkenalkan kakeknya adalah membuat buntil daun talas, kemudian sup merah, bola-bola daging, opor, dan seterusnya. Ternyata makin hari, ia makin senang mencoba resep-resep baru. Sejak itu setiap hari ia belajar sedikit demi sedikit sampai sekarang ini. Meliana menganggap, kakek dan neneknya adalah orang yang sangat luar biasa. Kakeknya adalah orang yang membentuk kepribadiannya menjadi seperti sekarang. Wejangan dengan nilai-nilai kehidupan yang ditanamkan sejak kecil tetap ia pegang hingga saat ini. Sejak kecil ia memang sering bersama kakeknya, sementara ketiga adiknya yang laki-laki tinggal bersama ibunya sampai saat ini.

Secara kebetulan, hobi sang kakek di dunia kuliner memang juga luar biasa. Meliana masih ingat, ketika kecil, ia sudah diajak pelesir ke berbagai daerah, bahkan ke luar pulau. Yang pertama kali dilakukan di suatu tempat adalah mencari makanan khasnya, dan Meliana selalu diminta  untuk ikut merasakan juga masakan khas tersebut, Oleh karena itu, makanan nusantara memang sudah terpatri sejak ia masih kecil. Sayangnya, kepergian sang kakek membuatnya merasa kehilangan.

Bisa dibilang, talenta memasak Meliana justru muncul saat berada di posisi yang kurang menguntungkan. Ia memang punya kebiasaan berusaha memanfaatkan berbagai kondisi, termasuk kondisi yang kurang menguntungkan sekalipun, untuk berbuat sesuatu yang positif. Salah satu contohnya, ketika kedua orangtuanya bercerai. Tentu sebagai anak ia sangat terguncang. Akibatnya kalau malam hari ia sampai susah tidur karena memikirkan hal itu terus. Tapi, karena tidak bisa tidur itulah, malam hari ia manfaatkan untuk melakukan hal-hal yang positif. Biasanya ia meringkas buku-buku pelajaran yang tebal agar mudah dipelajari. Karena makin rajin belajar itulah, meski batinnya sedih karena perceraian orangtua, ia justru mendapat nilai tertinggi ketika lulus sekolah.

Karena saat ini ia berada di Kalimantan, maka ia pun berusaha mengembangkan potensi yang ada di sini. Dan karya-karyanya tersebut ia share ke publik melalui akun Instagram-nya @melianachristanty serta Facebook.com/chefmeliana. Untuk saat ini Meliana memang hanya fokus makanan khas Kalimantan saja, karena jumlahnya yang sangat banyak. Bila sudah tuntas, ia pun ingin mempelajari makanan khas dari daerah yang lain.

Meski tidak mengarahkan, tetapi secara kebetulan ketiga anak Meliana juga gemar memasak. Mungkin mereka terinspirasi oleh aktivitas Meliana sehari-hari yang memang berada tiga kali di dapur, hingga jai ketularan. Bahkan, sehari-hari pun ketiga anaknya senang bermain masak-masakan. Sejak dini, anak-anaknya pun ia kenalkan dengan buah dan sayur, terutama yang unik. Kebetulan di Kalimatan sangat banyak jenis buah dan sayur yang di Jawa belum tentu ada. Buah atau sayur tersebut ia jelaskan namanya, khasiatnya apa, dan lain-lain. Ketiga anaknya, Devon, Farrel, dan Gio pun sudah cukup paham.


Selain menulis dan aktif di dunia maya, sekarang pun Meliana juga kerap diminta menjadi koki pribadi. Ia menjadi juru masak profesional yang melayani permintaan masyarakat yang akan mengadakan pesta. Bisa pesta besar, bisa pula pesta privat. Tidak hanya membuat masakan khas Kalimantan saja, tapi ada pula customer yang minta masakan lain. Dan kebetulan, Meliana juga bisa memasak masakan Eropa. Tetapi, karena sudah dikenal sebagai pemerhati masakan khas Kalimantan, akhirnya customer lebih banyak yang minta masakan khas Kalimantan.

Meliana menyebut, William Wongso adalah orang yang berjasa di kariernya sebagai professional kitchen. Sementara untuk dunia tulis menulis, adalah Arie Parikesit. Lalu di dalam keluarga, tentu saja kakek dan neneknya, serta sang suami Chandra Halim. Suaminya sangat suka sekali makan dan sangat perfeksionis, sehingga dialah yang men-support sekaligus kritikus berbagai jenis masakannya.

Komentar