Desas-desus tentang keberadaan 'durian hantu' membuat Karim Aristides penasaran. Informasi itu ia dapatkan dari seorang tukang sapu asal Sorong, Papua Barat, pada sekitar tahun 2010. Karim mendapatkan informasi tersebut tidak utuh sehingga memunculkan keraguan. Arsitek lulusan Jerman ini hanya tahu, ada durian berdarah di Manokwari yang tidak satu pun orang berani memakannya. Karim kemudian mencoba menghubungi beberapa koleganya. Ia pun mendapatkan informasi tambahan, 'durian hantu' itu berada di Kampung Ransiki atau masih sekitar tiga jam perjalanan dari Manokwari.
Tak menunggu lama, Karim bergegas menuju Manokwari dari Jayapura. Seakan sudah berjodoh, baru setengah perjalanan dari Manokwari menuju Ransiki, Karim langsung bertemu dengan durian tersebut. Ia mendapatkannya dari warga setempat yang mengaku sulit menjual buah itu. Ketika dibuka, daging durian dengan kombinasi warna merah, kuning, jingga, dan sedikit keunguan langsung menyambutnya. Tak hanya penampilan, daging 'durian hantu' itu ternyata tebal dan manis. Jatuh terpesona, Karim langsung memberinya nama Durian Pelangi dan mengunggah foto durian itu ke jaringan pertemanan media sosial. Ahli-ahli durian pun langsung dibuat geger seketika.
Karim menjelaskan, durian pelangi memiliki daya tahan tinggi yakni kuat empat hingga lima hari setelah matang. Hal ini tentu sangat baik untuk pedagang durian. Karim membandingkan dengan durian Malaysia dan Thailand yang biasanya dipetik dalam kematangan 85 persen. Oleh karena itu, rasa durian tersebut kurang nikmat karena belum benar-benar matang. Kecintaan Karim pada durian sudah tertanam sejak kecil. Pria yang tumbuh besar di Palembang, Sumatera Selatan ini sering berpesta durian bersama keluarga ketika sedang musim panen. Bahkan, ia pernah berkunjung ke Singapura pada 1976 untuk mencicipi durian-durian yang dihargai jauh lebih mahal dibandingkan di Indonesia. Saat itulah Karim berpikir, sebenarnya di Indonesia ada banyak sekali durian, tapi mengapa tidak bisa dijual mahal.
Keinginan Karim untuk mencari durian-durian Indonesia berkelas dunia membuatnya intens berkelana mulai 2003. Ia menjelajah beberapa daerah di Sumatera dan Sulawesi namun belum mendapatkan kualitas durian spesial. Baru, ketika ia menemukan durian pelangi, ia semakin yakin durian Indonesia berpotensi besar untuk berjaya di dunia.
Sementara itu, pakar buah tropis Mohammad Reza Tirtawinata mengatakan, durian pelangi pernah dipamerkan dalam Simposium Dunia Durian 2015 di Thailand. Durian itu sempat mencengangkan dunia internasional. Doktor lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini mengaku, perlu terus ada penelusuran jenis-jenis durian berkualitas yang bisa dijadikan alat bersaing terutama dengan Thailand dan Malaysia.
Ketika masih bekerja di Taman Buah Mekarsari, Reza pernah menyodorkan 30 jenis buah ke pengunjung untuk dinilai. Kala itu, ia ingin mengetahui buah yang menjadi favorit para pengunjung. Hasilnya, lebih dari 80 persen pengunjung memilih durian. Menurut Reza, durian adalah buah paling mahal dan sangat digemari masyarakat Indonesia. Itulah yang menjadi alasannya serius berkecimpung di dunia durian. Reza melihat, minat tinggi untuk menikmati si Raja Buah ini belum bisa terakomodasi karena stok durian lokal belum memenuhi kebutuhan nasional. Alhasil, Indonesia pun harus mengimpor durian monthong dari Thailand dan musangking dari Malaysia. Padahal, durian Indonesia banyak yang lebih bagus. Jadi, Reza berkeinginan memperkenalkan dan mengangkat jenis-jenis durian dari setiap daerah.
Reza mengakui untuk mengeksplorasi durian di setiap daerah satu per satu akan memakan biaya besar. Alternatinya, kontes durian bisa disemarakkan. Peserta kontes akan mengumpulkan durian terbaik dari masing-masing daerah dan akhirnya bisa ditemukan bibit unggul. Meski begitu, untuk menggelar kontes yang terpusat di Jakarta ada kendala proses pengiriman. Durian yang akan berkompetisi pun sudah tidak dalam kondisi prima. Akhirnya, jalan keluar diambil, kontes tetap digelar namun dilakukan di sekitar sentra-sentra durian di Indonesia.
Reza sendiri sudah berpertualang mencari durian ke seluruh Indonesia. Durian unggul kerap ia temukan di hutan. Durian tersebut merupakan hasil persilangan alami dari berbagai jenis durian yang tumbuh di Indonesia. Menurut Reza, terdapat beberapa kriteria durian unggul. Hal itu mulai dari rasa, bentuk daging, kulit, aroma, dan daya simpan. Semakin tinggi masing-masing komponen, maka akan semakin baik kualitas durian tersebut.
Reza menyebut pencarian durian unggul tidak akan ada habisnya. Saat ini, terdapat Komunitas Maniak Durian dengan anggota mencapai 14 ribu orang di seluruh Indonesia. Komunitas itu kemudian menjadi wadah bertukar informasi sesama penggila durian dan juga menggelar kontes. Pada Desember 2016 lalu misalnya, terdapat panen durian di Sanggau, Kalimantan Barat. Reza dan rekan-rekan pun membuat kontes dadakan yang menghasilkan pemenang durian ilok dengan kualitas istimewa. Reza menjelaskan, durian asal salah satu desa di Sanggau itu rata-rata beratnya tidak lebih dari satu kilogram. Ia mengibaratkan durian itu memang didesain untuk porsi satu orang. Selain itu, durian tersebut memiliki daging kuning, berbiji kempes, dan rasanya manis serta gurih. Akhirnya juri pun bersepakat durian dari Balai Karangan itu menjadi juara. Setelah pemenang di dapatkan, bukan berarti tidak ada lagi petualangan mencari durian. Justru, durian juara harus diverifikasi dengan melihat wujud pohon aslinya. Tim juri pun harus masuk ke dalam hutan sekitar satu setengah jam berjalan kaki untuk melihat pohonnya.
Pecinta durian yang juga peneliti di Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Solok, Panca Jarot Santoso mengatakan, hampir setiap tempat memiliki durian yang khas. Itu karena variasi durian di Indonesia sangat beragam. Ia menjelaskan, durian di Indonesia banyak ditanam dari biji. Oleh karena itu bisa disebut dari setiap biji itu bisa muncul varian yang berbeda pula. Jarot mengatakan, luas kebun durian di Indonesia tercatat seluas 70 ribu hektare. Dari sana, terdapat sekitar lima juta pohon durian liar. Itu sebabnya, kita sering menemukan sensasi berbeda-beda dari buah durian. Ada yang manis, gurih, dan creamy.
Untuk mendapatkan durian dengan kualitas terbaik, konsumen bisa mencari tahu masa musim panen durian di suatu daerah. Jarot mencontohkan, jika berdomisili di Jakarta bisa membeli durian di saat yang paling dekat dengan masa panen di daerah aslinya. Mengetahui masa panen juga berguna jika ingin mengunjungi sentra produksi durian tersebut. Tentunya akan lebih bagus hasilnya jika bisa berburu langsung ke petaninya.
Komentar
Posting Komentar