KULINER : WAROENG KROEPOEK - SOLO : Wedangan Dengan Konsep HIK Era Kekinian.

Berdirinya Waroeng Kroepoek yang berada di bilangan Jalan Radjiman, Solo, berangkat dari sebuah ide membuat desain interior dari blek atau wadah kerupuk. Blek ini sedemikian rupa ditata di bagian depan bangunan. Bukan hanya sekedar terpasang, tetapi di dalamnya ada kerlap-kerlip lampu. Walhasil, jika malam tiba pemandangan menarik menyapa mata. Manis digunakan sebagai spot ber-swafoto. Masuk ke dalam ruangan berbentuk bangunan joglo, pengunjung disuguhi pemandangan desain interior khas vintage. Ada mural di tembok, dipadukan dengan tempelan poster peribahasa dan pepatah jawa.

Arries Yani Herwasto, pemilik Waroeng Kroepoek menuturkan, awal dari usaha kuliner yang didirikan sejak tahun 2015 ini tak lepas dari mimpinya memodifikasi konsep wedangan HIK era kekinian. Lantas, ia mengambil konsep lewat jajanan tradisional dan jenis-jenis wedang, kemudian dipadukan dengan ruang yang luas layaknya kafe. Ia ingin menyediakan tempat yang representatif bagi para karyawan. Jadi, sehabis kerja mereka bisa nongkrong dan kongkow-kongkow bersama teman atau keluarga. 

Satu hal yang membedakan Waroeng Kroepoek dengan HIK adalah soal lampu. Jika wedangan HIK penerangannya temaram dengan lampu teplok, di Waroeng Kroepoek lampunya terang. Selain itu, Waroeng Kroepoek juga melakukan inovasi makanan dan minuman. Bukan hanya terbatas pada nasi kucing atau nasi bandeng dengan beberapa gorengan plus wedang jahe atau wedang teh seperti umumnya wedangan, Waroeng Kroepoek juga menyediakan seratusan jenis sate sundukan, 12 jenis nasi, dan 60 jenis wedang. Ragam jenis makanan dan nasi ini didapatkan Arries dari supplier di Solo. Tentu saja ini menjadi kredit plus bagi wedangan urban lantaran mereka bisa menggairahkan UKM warga untuk mensuplai makanan. Arries pun menjamin rasa dari makanan supplier ini.

Waroeng Kroepoek buka dari jam 16.00 WIB sampai 24.00 WIB. Di sini pembelinya mayoritas dari kalangan anak muda dan keluarga. Untuk urusan harga, Waroeng Kroepoek mematok harga sama dengan wedangan urban lain, contohnya nasi berkisar Rp 4000, sundukan Rp 2000 hingga Rp 15.000. Sebagai pembeda, Waroeng Kroepoek juga melakukan modifikasi minuman, dengan menyediakan minuman jamu tradisional kemasan. Sementara sebagai minuman unggulan, ada wedang kawista. Wedang ini sama dengan soda gembira, tapi siropnya menggunakan buah kawista, sehingga lebih alami rasanya. Selain itu, beberapa jajanan tradisional juga ada di sini, mulai jadah blondo, pisang owol, kacang rebus, dan kolang-kaling. 

Tak hanya makanan, setiap hari Waroeng Kroepoek juga menampilkan live akustik performance, dengan jenis musik yang ditampilkan berbeda-beda setiap harinya. Meski wedangan ini buka sore hari, untuk memanfaatkan tempat, warung ini juga buka siang hari dengan menu khusus, yaitu sate kambing, es teler, dan es jus. Inilah salah satu yang membedakan wedangan Waroeng Kroepoek dengan wedangan urban lainnya. Arries mengundang Sate Pak Manto, yang terkenal dengan sate tengkleng gorengnya di Solo, untuk berjualan di siang hari di Waroeng Kroepoek.