MOORISSA TJOKRO : PEREMPUAN INDONESIA DI BALIK KEAMANAN MOBIL TESLA.

Moorissa Tjokro


Bagaimana perasaan anda bila menjadi sosok penting di perusahaan dunia ? Mungkin bisa tanyakan pada Moorissa Tjokro. Perempuan asal Indonesia ini sempat membuat heboh ketika memberitakan tengah berkarier sebagai salah satu insinyur di Tesla, sebuah perusahaan mobil listrik paling populer di dunia. Moorisa bertugas di bagian perangkat lunak untuk sistem keamanan mobil yang bermarkas di Palo Alto, California, Amerika Serikat itu.

Kiprah Moorissa di bidang otomotif tentu dianggap cukup membanggakan, karena selama ini bidang tersebut didominasi oleh kaum laki-laki. Dia berperan penting menjaga keamanan autopilot Tesla. Bersama rekannya dalam satu tim, dia harus mampu membuat pengemudi mobil listrik ini merasa aman berkendara. Tentu saja, ini bukan pekerjaan yang mudah.

Diakui Moorissa, pekerjaannya ini memang penuh resiko dan tantangan. Tapi hal itu sudah disadarinya sejak memutuskan berkecimpung di dunia Science, Technology, Engineering, and Mathemathics (STEM). Moorissa pun tak gentar dengan tantangan pekerjaan yang dihadapi. Dia justru ingin menunjukkan jika dirinya mampu dan bisa menginspirasi perempuan lain untuk mengikuti jejaknya.

Kesukaan Moorissa di dunia STEM sudah dimulai sejak kecil. Moorissa mengaku, dia sangat terinpirasi oleh ayahnya yang berprofesi sebagai insinyur listrik. Lalu suatu hari, dia tertarik untuk mencoba pekerjaan yang biasa dilakukan sang ayah, dan ternyata jadi ketagihan. Bahkan, saat kecil Moorissa seolah tak pernah absen mengikuti lomba sains di sekolah. Alhasil, usai lulus dari SMA Pelita Harapan, Tangerang, dia mendapatkan beasiswa jenjang D3 untuk kuliah di Seattle Central College, Amerika Serikat, pada 2011.

Begitu lulus, Moorissa pun memutuskan melanjutkan kuliahnya di negeri Paman Sam itu. Dia melanjutkan pendidikan S1-nya di Jurusan Teknik Industri dan Statistik, Georgia Institute of Technology di Atlanta. Lalu lanjut ke jenjang S2 Data Science di Columbia University, New York. Setelah lulus dari S2, karier perempuan kelahiran 1994 ini mulai bersinar. Suatu kali, seorang temannya yang bekerja di Tesla mengaku mereferensikannya ke tim Tesla. Tak lama kemudian, Moorissa pun mendapat panggilan untuk bekerja.

Awal bergabung di Tesla, perempuan berambut panjang dan murah senyum ini bekerja di bagian Data Science pada 2018. Tapi karena kinerjanya dianggap membaik, dia dipilih menjadi salah satu dari enam teknisi perangkat lunak autopilot Tesla. Sebagai Autopilot Software Engineer, bagian pekerjaan yang dia lakukan mencakup computer vision, seperti bagaimana mobil itu melihat dan mendeteksi lingkungan di sekitar. Juga bagaimana bisa bergerak atau control and behavior planning.

Secara berkala Moorissa mengevaluasi performa keamanan mobil Tesla. Tak jarang dia terjun sendiri mencoba sistem keamanan autopilot mobil tersebut. Pekerjaan itu tentu sangat menyibukkannya. Bahkan Moorissa mengaku rela kurang tidur demi bisa menghasilkan perangkat lunak yang aman di dalam mobil Tesla yang harganya sangat mahal.

Moorissa juga bercerita, selama bekerja di perusahaan milik Elon Musk itu, dia tidak pernah mendapatkan perilaku diskriminatif dari karyawan laki-laki lain. Namun diakui Moorissa, dia juga sempat merasa kurang percaya diri begitu memulai karier di Tesla, karena keberadaannya masih minoritas. Tapi akhirnya, perempuan yang pernah meraih President's Undergraduate Research Award dan nominasi Helen Grenga ini mengaku dirinya cukup berhasil melewati tantangan itu. Jadi menurutnya, perempuan lain pun juga mulai harus percaya diri bekerja di dunia STEM.

Komentar