MENIKMATI LIBURAN ALA PEDESAAN DI KLATEN



Klaten, tekesan hanya sebuah kota persinggahan yang terletak di jalur utama Yogyakarta-Solo. Kota ini bisa ditempuh sekitar satu jam berkendara dari kota Yogyakarta. Salah satu wilayah tua di provinsi Jawa Tengah ini terletak di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, serta menjadi tempat berdirinya Candi Prambanan dan beberapa candi lain. Di sepanjang jalan utama Klaten, kita bisa menemui tempat-tempat penjualan kerajinan bambu, mebel kayu, dan sebagainya. Klaten memang menjadi daerah yang menarik dengan industri-industri rumah tangga yang berkembang di desa-desa. Masing-masing desa mempunyai andalan industri tersendiri. Kita pun bisa berkunjung dan bermalam di desa-desa wisata itu, sambil mengikuti proses produksi para warganya. 


BERMALAM DI DESA WISATA

Desa Duwet tak jauh beda dengan desa-desa pada umumnya. Namun kondisi fisik dan lingkungan sosial, desa yang terletak di kecamatan Karangnongko, Kabupaten Klaten ini menyimpan daya tarik bagi orang kota atau wisatawan asing yang ingin kembali menikmati kehidupan alam pedesaan sejatinya.

Desa Duwet diisi 6 dusun, yakni Dusun Josuman, Kopek, Soran, Mangsuran, Duwet, dan Salamrejo, yang kesemuanya dikoordinasi oleh dua kepala dusun. Luas keseluruhan area Desa Dawet 94,18 ha, terbagi oleh lahan sawah 61,5 Ha, tegalan 2,5 Ha, dan selebihnya untuk pemukiman dan fasilitas umum. Sebagai lahan pertanian, wilayah ini didukung sumber mata air dari sejumlah sumber. Yang terbesar ada di wilayah Kroman, berupa bendungan yang dibuat pada zaman penjajahan Belanda, yang sampai saat ini masih terawat dengan baik oleh kelompok tani Dusun Soran.

80 persen penduduk Desa Duwet mengandalkan sumber ekonomi keluarga dari sektor pertanian tanaman pangan sawah. Selain itu industri rumah tangga pembuatan batu bata merah juga menjadi andalan. Lokasi kegiatan usaha ini berada pada lahan pertanian pangan. Ada pula warga yang aktif dalam pembuatan telur asin, pembuatan sulak (kemoceng), serta rengginang dari ketela pohon, sebagai industry kecil rumahan yang dikerjakan per keluarga.

Di Dusun Soran ada kegiatan seni pedalangan, yang bahkan menjadi cerminan pedalangan Surakarta. Di sini juga dikembangkan seni ukir wayang kulit, lalu merember ke seni ukir kayu. Juga ada kelompok seni campur sari yang diisi oleh gabungan pemuda kampung. Dusun Soran memang menjadi daerah tujuan pelajar, mahasiswa, bahkan orang asing yang ingin berwisata ke Desa Duwet. Pengunjung yang datang ke dusun ini tidak selayaknya seorang wisatawan. Mereka hidup berhari-hari membaur bersama warga. Ada yang ikut membuat batu bata, membajak sawah, menanam padi, hingga bermain dan bermandikan lumpur sawah.

Ada pula yang belajar seni tradisional, melihat orang membuat ukiran, dan wayang kulit. Untuk pelajar banyak yang suka terlibat bermain dolanan anak-anak tempo dulu, yang membuat mereka semakin betah berhari-hari tinggal di sana.

Warga pun juga dilatih cara menjamu tamu, menyuguhkan hidangan cara desa, hingga menyediakan penginapan yang sehat dan bersih. Tak heran kalau rumah warga di sana mempunyai ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi dan WC yang bersih dan rapih.




DESA TEMPAT MANUSIA TERAMPIL

Payung Juwiring

Juwiring adalah salah satu kota kecamatan di Kabupaten Klaten yang keberadaannya mnenarik. Daerah ini dikenal banyak orang lantaran mejadi sentra pengrajin payung. Dulu, bahan baku payung terbuat dari kertas sak semen, benang, bambu, dan kayu sengon. Agar awet, bagian atasnya dipernis, sehingga terasa kalis, dan tidak berkarat bila kena curah air hujan. Juga tidak cepat sbek kalau dikembang-tutupkan setiap saat. Sebelum era 1980-an, masih banyak orang menggunakan payung model ini. Kini orang memilih payung dengan bahan sintetis.

Sebagian pengrajin payung Juwiring cerdas membaca pasar. Sentra pengrajin di Desa Kewarasan, Tanjung, dan Kenaiban, Kecamatan Juwiring, mulai baning setir. Mereka tak hanya membuat payung untuk upacara tradisonal, tapi juga untuk kebutuhan industri pariwisata.

Sulak Bulu Ayam

Ingin mencari sulak alias kemoceng yang tak mudah rontok ? Belilah sulak buatan Klaten. Sulak adalah pembersih debu yang terbuat dari bulu ayam atau bahan sintetis seperti rafia. Bahan ini dirangkai dan disusun menempel pada tangkai rotan. Industri sulak bulu ayam di Klaten bisa ditemui di desa Ngriman,Karanglo, Kecamatan Klaten Selatan.

Dari desa kecil yang terletak sekitar lima kilometer dari kota Klaten ini, sulak, sapu, hingga keset diproduksi warganya hingga menyebar ke seluruh darah di Indonesia. Ada tiga macam sulak dari desa ini, yaitu sulak jago yang terbuat dari bulu ayam jago, sulak warna-warni yang terbuat dari bulu ayam petelur dan harganya lebih murah, dan sulak mini yang berukuran lebih pendek.

Kerajinan Bambu

Anyaman bambu dan aneka produk dari bambu bisa dicari di Desa Puluhan, Sumber, Bero, Palar, Kecamatan Trucuk. Di desa ini kita bisa mendapatkan peralatan rumah tangga, seperti tampah, kerucut, tapisan, tenong, besek, dan berbagai bentuk hiasan. Daerah ini sekitar 15 km dari pusat kota Klaten. Produk bambu itu juga telah menyebar ke daerah-daerah lain di Indonesia.  

Lurik Klaten

Tenun lurik ATBM ( Alat Tenun Bukan Mesin ) Kabupaten Klaten dibuat dengan alat tradisional secara turun-temurun. Lurik beraal dari Jawa kuno, yaitu lorek yang berarti lajur atau garis, belang, atau dapat pula berarti corak. Awalnya, kain lurik hanya dibuat dalam dua warna, hitam dan putih, dengan corak garis atau kotak. Namun kini, telah banyak ragam dan warnanya. Yang membedakan motof-motif lurik adalah susunan warnanya. Kabupaten Klaten sendiri tercatat memiliki ribuan pengrajin lurik ATBM yang tersebar di Kecamatan Peden, Cawas, Trucuk, Bayat, Karangdowo, Juwiring, dan Delanggu.

Kerajinan Logam

Datanglah ke daerah Batur, Kecamatan Ceper. Kaupaten Klaten, Jawa Tengah. Di sana banyak ditemukan hamparan bangunan besar yang berfungsi sebagai pabrik cor logam. Tak heran jika Batur dijuluki daerah sentra industri kerajinan tembaga cor logam. Apa saja produk unggulan dari pusat industri kerajinan cor logam ini ? Produk yang sangat terkenal ialah tiang lampu hias antik jalan, aneka lampu hias antik, dan masih banyak lagi. Tentu saja semua berhubungan dengan bahan logam. Karena merupakan pusat sentra kerajinan tembaga cor logam, maka aneka bentuk apa saja bisa dibuat dari logam.

SENTRA KERAJINAN GERABAH

Bagi pengguna jalan jalur Klaten, Bayat, Wedi, Cawas, hingga Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pasti sering menemukan berbagai produk kerajinan gerabah yang ditata rapih, berjajar ala etalase di sepanjang jalan. Aneka hasil kerajinan tangan terampil yang terbuat dari bahan baku tanah liat itu merupakan produk asli Desa Melikan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Terletak sekitar 11 km sebelah selatan Klaten menuju objek wisata religius Makam Sunan Pandanaran, Melikan merupakan desa wisata sentra gerabah. Pengrajin Melikan menekuni aktivitas membuat keamik secara turun temurun dari ennek moyang, yang konon lebih daritiga abad lamanya. Tak kurang ada sekitar 200 kepala keluarga yang menggeluti kerajinan gerabah Melikan.

Produk keramik di sini terkenal lantaran tekniknya, yakni teknik cetakan atau putaran miring. Tehnik cetakan miring merupakan teknih langka dan unik, dan diklaim sebagai tekni satu-satunya di dunia. Teknik yang umurnya sudah ratusan tahun ini pula yang membedakan gerabah Melikan dengan seni cetak gerabah dari wilayah lain. Dilihat dari sejarahnya, kelahiran tehnik gerabah cetak putaran miring ini tak lepas dari kultur dan etika. Dulunya, teknik putaran miring muncul untuk menghargai perempuan berkain pembuat gerabah. Teknik ini memudahkan pekerjaan mereka. Memang, pembuatan gerabah kebanyakan dilakukan oleh kaum perempuan. Sedangkan, kaum laki-laki bertugas mengolah tanah liat yang memang lebih membutuhkan tenaga. Nah, ketika bekerja membuat gerabah, wanita duduk dalam posisi menyamping alias miring. Karena kalau mengangkang dianggap kurang sopan, bisa memperlihatkan celana dalamnya.

Di luar posisi duduknya yang khas, rupanya teknik ini memiliki kelebihan lain, yaitu bisa menciptakan hasil gerabah berbentuk tipis dan kecil. Biasanya teknik tersebut menghasilkan produk kendi, piring, dan wajan. Di luar teknik dan pembuatannya, gerabah Melikan juga punya kekhasan lain, yakni warna cokelat polos kehitaman. Aneka kerainan gerabah dari Bayat memang jarang yang mendapat sentuhan warna-warna lainnya.

Bila berkunjung ke Melikan, anda juga bisa mempraktekkan teknik pembuatan gerabah putaran miring ini. Cukup menyiapkan biaya Rp 10 ribu – Rp 12 ribu per orang, anda bisa merasakan sensasi teknik cetakan miring ala Melikan. Di sini memang sudah terdapat laboratorium keramik dan gerabah yang menyiapkan alat beserta tim pengajar untuk wisatawan yang datang. Setelah selesai, anda bisa membawa pulang hasil karya anda sebagai oleh-oleh dan souvenir. Tentu saja tak ketinggalan anda pun bisa berbelanja berbagai jenis dan ebntuk gerabah yang dijual pengrajin di desa tersebut.

Tak hanya bisa belajar membuat gerabah atau berbelanja, anda pun bisa melihat aktivitas warga memproses gerabah. Mulai dari penyiapan tanah liat, gerabah mentah, penjemuran, hingga proses pembakaran dan finishing. Terdapat sekitar 70 pengrajin gerabah dan keramik yang menggantungkan mata pencahariannya dari aneka kerajinan berbahan dasar tanah liat tersebut.

Gerabah yang dihasilkan terdiri dari beragam bentuk. Mulai dari celengan, vas bunga, kendi, meja, kursi, gentong, hingga alat dapur. Harganya beragam, tergantung dari besar kecilnya barang. Mulai dari Rp 5000, hingga Rp 800 ribu. Hebatnya saat ini produk gerabah itu sudah diekspor ke berbagai negara, seperti Kanada, Spanyol, Jepang, dan juga Belanda. Keberhasilan menembus pasar ekspor itu memang tak lepas dari nama besar gerabah Bayat, yang memang sudah terkenal dan banyak diminati oleh orang asing. Gerabah Bayat terkenal lebih bagus karena bahan dasarnya adalah tanah dari pegunungan. Sehingga lebih kuat dan tahan lama.

PRODUK PANGAN KLATEN

Beras Rojolele

Jika di Cianjur ada beras pandan wangi, maka di Klaten ada Rojolele. Rojolele merupakan padi premium khas Jawa Tengah, khususnya di kawasan Klaten dan sekitarnya. Sejak pemerintahan orde baru, para petani didorong untuk menanam padi yang berumur pendek dan tahan hama, seperti padi jenis IR, maka beras Rojolele semakin sulit ditemui di pasaran. Namun karena rasanya enak, pulen dan wangi, rojolele tetap memiliki penggemar fanatik, dan termasuk beras premium berharga mahal. Sayangnya banyak pedagang ‘nakal’ yang  memanfaatkan fanatisme penggemar beras rojolele dengan menjual rojolele oplosan, atau beras dengan merek ‘rojolele’ tapi isinya beras lain. Namun jika anda berbelanja langsung di wilayah sentranya, seperti di Delanggu, sebuah kota kecamatan di Klaten, beras rojolele asli masih mudah ditemukan. Letak daerahnya relatif mudah dijangkau, persis di tepi jalan utama Solo-Yogyakarta.

Bebek Goreng Klaten

Jika Yogyakarta dikenal dengan gudeg-nya, atau Solo dengan nasi liwetnya, Klaten dikenal dengan bebek gorengnya. Bebek goreng merupakan makanan kuliner khas Klaten. Dikenal dengan rasanya yang gurih, keset atau kering, dan tidak lengket di lidah. Biasanya bebek ini ditambahi dengan tumpukan adonan kremes renyah yang dibuat dari tepung kanji dicampur dengan bumbu rebusan ayam dan bebek, yang makin membuat nikmat disantap.  Apalagi bila ditemani sambal pedas, lalapan, dan nasi hangat mengepul.

Di Klaten anda tak perlu bersusah-susah mencarinya, karena warung bebek goreng, baik lesehan, tenda di pinggir jalan, maupun warung biasa, bertebaran di mana-mana. Selain bebek goreng, warung-warung tersebut biasanya juga menyediakan ayam goreng khas Klaten.      

OBJEK WISATA DI KLATEN

Objek Wisata Alam, Mata Air Cokro

Jika anda suka mandi-mandi dalam cuaca dingin, jangan lewatkan objek wisata alam mata air Cokro. Lokasinya berjarak sekitar 17 km ke arah utara dari kota Klaten. Persisnya terletak di desa Cokro, kecamatan Tulung. Memiliki luas sekitar 15 ribu m2, objek wisata mata air Cokro merupakan salah satu objek wisata favorit yang ada di Klaten. Kawasan objek wisata air tersebut selalu ramai karena banyak dibanjiri pengunjung. Apalagi kalau bertepatan dengan hari libur sekolah. Pada setiap hari Minggu juga banyak dikunjungi pelancong. Ini karena lokasinya yang sejuk, bermata air jernih, dan pemandangan alam alur sungai yang begitu indah. Di sini juga ada kolam renang, warung untuk santai, serta lahan untuk tempat peristirahatan yang teduh di bawah pohon tua ukuran besar yang rindang dan kicauan aneka burung. Objek wisata ini akan semakin ramai dikunjungi apabila menjelang puasa. Banyak pengunjung yang padusan di objek ini dengan kepercayaan bahwa puasanya dapat lancar tanpa halangan suatu apapun nantinya.
     



Komentar