NOSTALGIA DI KEDAI KOPI ES TAK KIE




Menyisir kawasan Pecinan, tepatnya di kawasan Glodok, Jakarta Barat yang sudah ramai sejak abad 19 ini, kita akan menjumpai sebuah kedai kopi es yang boleh dibilang paling tua di daerah ini. Kedai Kopi Es Tak Kie namanya, telah berdiri sejak tahun 1927. Artinya, kedai ini sudah melewati masa penjajahan Belanda, Jepang, hingga sampai saat ini masih bertahan di tengah kawasan Glodok yang semakin padat. Kedai Kopi Es Tak Kie, letak persisnya berada di Gang Gloria atau yang kini berubah nama menjadi Jalan Pintu Besar Selatan III, di pinggiran Jalan Gajah Mada.
 

Sebelum sampai di Kedai Kopi Es Tak Kie, terlebih dulu kita akan melewati pasar basah Glodok yang juga menjual berbagai macam penganan khas Tionghoa. Posisi Kedai Kopi Es Tak Kie berada di kepadatan gang yang dijadikan pasar mini ini. Kedai Kopi Es Tak Kie berada dalam sebuah ruko. Memasuki ke dalam ruangan kedai, warung kopi ini benar-benar menyediakan suasana Cina tempo dulu. Para pengunjung telah disediakan kursi jati yang memang sudah ada dari puluhan tahun. Di tiap-tiap dinding sisi kedai, dipampang foto-foto perjalanan Kedai Kopi Es Tak Kie yang diawal merintis usahanya hanya berupa warung kopi gerobak.

Sebelum tahun 1970, Kedai Kopi Es Tak Kie selalu mangkal di kawasan Petak Sembilan, tak jauh dari kedai yang berdiri saat ini.  Di kedai ini kita bisa memesan segelas es kopi hitam seharga Rp 10 ribu. Tak sampai sepuluh menit, pesanan sudah bisa diantarkan. Taka da tampilan yang ‘wah’ dalam segelas es kopi hitam yang dijual di sini. Hanya air kopi hitam yang dicampur dengan es batu di dalam gelas bening. Untuk mencicipinya disediakan sedotan di dalam gelas. Lazimnya, minum lopi itu memang tanpa sedotan. Tapi cara mencicipi es kopi hitam dengan sedotan ini ternyata sama sekali tidak mengurangi kenikmatan dan cita rasa es kopi itu.



Kedai Kopi Es Tak Kie kini dikelola oleh cucu dari Liong Kwie Tjong, orang yang pertama kali merintis Kedai Kopi Es Tak Kie pada 1927. Racikan kopi es di kedai ini menghasilkan sensasi rasa pahit disertai asam, yang ramuannya terbuat dari pencampuran berbagai biji kopi dari banyak daerah. Kopi Lampung, Toraja, sampai Sidikalang (Medan), semuanya diambil dari jenis robusta dan arabika.

Tak ada menu kopi yang macam-macam di kedai ini. Hanya ada dua pilihan, kopi hitam atau kopi susu, pakai atau tanpa es. Jenis sajian ini yang tetap dipertahankan dari awal kedai kopi ini berdiri hingga sekarang. Pemilik kedai kopi tidak pernah berpikir untuk membuat cappuccino, menambah kayu manis, atau meniru warung kopi lain yang ada di mal-mal.

Menu yang ada di Kedai Kopi Es Tak Kie merupakan warisan leluhur. Lebih dari itu, Kedai Kopi Es Tak Kie pun sudah memiliki pelanggan setia. Biasanya, para pengunjung tidak hanya memesan kopi di tempat. Di kedai ini, kopi bubuk juga dijual dan menjadi buruan. Satu bungkunya berisi satu kilogram, dijual seharga Rp 150 ribu.

Nama Tak Kie sendiri berasal dari kata ‘tak’ yang asrtinya orang yang bijaksana, sederhana, dan apa adanya. Sementara itu, kata ‘kie’ sendiri memiliki arti mudah diingat banyak orang. Nama ini tidak berubah sejak pertama kali didirikan. Maksud dari semua itu adalah, bahwa pendiri kedai kopi ini ingin mengajarkan untuk selalu tampil sederhana dan kerja keras kepada para penerusnya. Jangan terlalu sore jika ingin berkunjung ke kedai ini, sebab Kedai Kopi Es Tak Kie hanya beroperasi mulai dari jam tujuh pagi hingga pukul dua siang.

Komentar