PROFIL SRIKANDI KABINER KERJA JOKOWI



Minggu, 26 Oktober 2014, tepat pukul 17.16 WIB, Presiden Jokowi mengumumkan susunan Kabinet Kerja. Dai total 34 menteri, 8 di antaranya perempuan. Hal ini membuat jumlah keterwakilan perempuan di Kabinet Kerja Jokowi-JK lebih banyak dibanding susunan kabinet sebelumnya. Siapa saja mereka ? Mari kita berkenalan dengan delapan perempuan hebat ini.

RETNO LESTARI PRIANSARI MARSUDI – MENTERI LUAR NEGERI



Lahir di Semarang, Jawa Tengah, 27 November 1962, perempuan yang kini menjabat sebagai Menteri Luar Negeri ini pernah menjadi Duta Besar di beberapa negara. Siapa sangka, sejak duduk di kelas 3 SMA, perempuan berkacamata ini telah bercita-cita menjadi seorang diplomat. Dan demi mewujudkan cita-citanya itu, ibu dua anak ini melanjutkan pendidikan tingginya di jurusan Hubunga Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia menjadi lulusan termuda pada 1985 silam.

Lulus kuliah dalam waku 3 tahun 10 bulan, ia kemudian mengikuti pendidikan diplomat pada April 1986 selama satu tahun di Jakarta. Tahun 1990 Retno kemudian di tempatkan di Canberra, Australia sebagai staf penerangan. Saat itu, Canberra merupakan pos yang sangat keras karena masih ada masalah antara Indonesia dan Timor Timur. Akibatnya Retno kerap mendapat ancaman dan menjadi korban kekerasan. Bahkan, anak sulungnya yang saat itu masih sekolah di preschool terpaksa tidak masuk sekolah selama satu minggu.

Menlu perempuan pertama Indonesia ini merupakan salah satu sosok diplomat senior yang menapaki karier diplomatnya dari bawah. Dari tahun 1997 hingga 2001, Retno menjabat sebagai sekretaris satu bidang ekonomi di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag, Belanda. Pada tahun 2001, ia ditunjuk sebagai Direktur Eropa dan Amerika. Retno kemudian dipromosikan menjadi Direktur Eropa Barat pada tahun 2003. Ia lalu memperoleh gelar S2 Hukum Uni Eropa di Haagse Hogeschool, Belanda. Memasuki tahun 2005, Retno diangkat menjadi Duta Besar RI untuk Norwegia dan Islandia. Selama masa tugasnya, ia memperoleh penghargaan Order of Merit dari Raja Norwegia pada Desember 2011 dan menjadikannya sebagai orang Indonesia pertama yang memperoleh penghargaan ini. Di sela-sela kesibukannya, ia juga sempat mendalami studi hak asasi manusia di Universitas Oslo.

Sebelum masa baktinya selesai, Retno kembali ke Jakarta untuk menjabat sebagai Direktur Jenderal Eropa dan Amerika. Sampai kemudian di tahun 2012 lalu, Retno kembali dikirim ke luar negeri untuk menjabat sebagai Duta Besar Indonesia di Belanda. Selama kariernya, ia juga pernah terlibat sebagai Tim Pencarian Fakta dalam kasus meninggalnya aktivis HAM, Munir.

KHOFIFAH INDAR PARAWANSA -  MENTERI SOSIAL



Nama Menteri Sosial dalam Kabinet Kerja Joko Widodo dan Jusuf Kalla kelahiran Surabaya, 19 Mei 1965 ini sudah tidak asing lagi. Pasalnya, nama Mantan Kepala BKKBN periode 1999-2001 ini juga pernah muncul saat maju dalam pemilihan Gubernur Jawa Timur periode 2014-2019 lalu. Alumni Pascasarjana FISIP UI ini juga pernah menjabat sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan pada masa pemerintahan Presiden KH. Abdurrahman Wahid alias Gud Dur.

Sejak juda, ibu empat anak ini aktif dalam beragam kegiatan organisasi sosial kemasyarakatan. Khofifah memang aktif dalam layanan lintas area. Misalnya ia pernah menyelanggarakan Training of Trainer bagi tokoh lintas agama dalam membangun perspektif multi kultur dan harmoni kehidupan antar umat beragama. Sebagai ketua umum Muslimat NU ia juga pernah menyelenggarakan Training of Trainer bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme dalam pembentukan Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme.

Perempuan berjilbab ini juga rajin berkeliling ke berbagai daerah untuk mengajarkan program kecakapan hidup. Hingga kini, secara keseluruhan lebih dari 79 kabupaten yang telah dia sambangi. Selain itu, peran aktifnya dalam menularkan menjaga lingkungan hidup dan terus menanam membuahkan penghargaan dari Menteri Kehutanan atas kontribusinya menggerakkan warga Muslimat NU dalam menanam pohon pada 2011 lalu.

Sejak 1996, Khofifah juga aktif mengajak perempuan Muslimat NU agar membangun koperasi. Hasilnya, tahun 2008, Muslimat NU telah berhasil membentuk Induk Koperasi. Khofifah sebagai inisiator Koperasi An-Nisa’ mendapatkan penghargaan dari Menteri Koperasi dan UKM. Penghargaan dari Kementerian Koperasi dan UKM juga diterima kembali pada tahun 2013.

YOHANA YEMBISE – MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK.



Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Cenderawasih Jayapura, Papua ini ditunjuk oleh Jokowi menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menggantikan Linda Amalia Sari. Hal ini menjadikan perempuan kelahiran Manokwari, 1 Oktober 1958 ini sebagai menteri perempuan pertama dari tanah Papua. Pengangkatan guru besar perempuan asal Papua pertama ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Pasalnya, mantan anggota Joint Selection Team (JST) Australian Development Scholarship beasiswa ADS/USAID tahun 2011 itu dianggap tepat menduduki jabatan ini.

Selain menjadi dosen, Yohana juga telah meraih beberapa penghargaan dari dalam dan luar negeri. Salah satu penghargaan yang pernah diterima ibu tiga anak ini adalah “Tuto Thansen and Fainting Alumni Awards 2014” dari New Castle University Australia. Penghargaan ini diberikan oleh kampus tempatnya pernah menimba ilmu menyusul pengukuhan dirinya sebagai salah satu guru besar di Universitas Cenderawasih Jayapura.

Yohana memulai pendidikan dasar di Sekolah Dasar Padang Bulan Jayapura, tahun 1971. Lalu, melanjutkan ke SMP Negeri 1 Nabire dan selesai tahun 1974. Pendidikan selanjutnya ia selesaikan di bangku SMA Negeri Persiapan Nabire.  Tahun 1985, ia melanjutkan pendidikan tingginya dengan menjadi Sarjana Bahasa Inggris, Pendidikan Bahasa dan Seni di FKIP Universitas Cenderawasih. Setelah itu dia melanjurkan di linguistik terapan dari Regional Language Center (RELC), SEAMEO Singapura, pada tahun 1992. Memasuki 1994, Yohana menyelesaikan program gelar Master di Departemen Pendidikan Simon Fraser University di Kanada. Hingga kemudian tahun 2001 silam, Yohana melanjutkan pendidikan doktoral di Universitas Newcastle dan memperoleh gelar Ph.D pada 2006.

Usai melakukan serah terima jabatan sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana mengatakan bahwa Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) masih menjadi ancaman. Di wilayah paling timur Indonesia, khususnya Papua ia masih melihat KDRT yang tinggi karena istri dianggap harus tunduk pada suami. Perempuan diperlakukan di luar batas kewajaran. Tidak hanya di Papua, di daerah lain pun juga kerap ditemui kasus yang sama. Menurut Yohana, hal ini tidak boleh terus dibiarkan.   

SUSI PUDJIASTUTI – MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN



Dari 8 menteri perempuan, nama Menteri Kelautan dan Perikanan ini paling banyak dibicarakan di media sosial. Terlepas dari pro dan kontra, perempuan berambut ikal ini adalah potret keberhasilan seorang pekerja keras walau hanya menggenggam ijazah SMP. Lahir di Pangandaran, Jawa Barat, 15 Januari 1965, Susi kini tercatat sebagai pemilik PT ASI Pudjiastuti Marine Product dan PT ASI Pudjiastuti Aviation. Ibu tiga anak ini mengawali usahanya di tahun 1983, dengan modal Rp 750.000 sebagai pengepul ikan di Pantai Pangandaran. Tak disangka, bisnisnya berkembang pesat hingga lahirlah pabrik pengolahan ikan dengan nama PT ASI Pudjiastuti Marine Product di tahun 1996.

Demi melebarkan sayap usahanya, Susi kemudian membeli pesawat guna mengangkut lobster dan ikan segar tangkapan nelayan di berbagai pantai di Indonesia ke pasar Jakarta dan Jepang. Jiwa sosialnya yang tinggi membuatnya tergerak untuk membantu masyarakat Aceh saat bencana tsunami tahun 2004. Pesawat milik Susi ikut terbang dalam misi kemanusiaan. Bahkan, usahanya itu tercatat sebagai pesawat pertama yang mencapai lokasi bencana untuk mendistribusikan bantuan kepada para korban di lokasi terisolir. Seiring waktu, perusahaan penerbangannya semakin gemuk. Kini Susi Air memiliki armada dengan total 50 pesawat dan terbang ke 153 destinasi di hampir 200 rute.

Sepanjang hidupnya, Susi telah menerima banyak penghargaan. Di antaranya, APEC Award pada acara APEC Women and Economy Summit (WES) di Amerika Serikat tahun 2011, Sofyan Ilyas Award dari Kementerian Kelautan dan Perikanan pada taun 2009, Young Entrepreneur of The Year dari Ernst and Young Indonesia tahun 2005, Primaniyarta Award for Best Small & Medium Enterprise Exporter 2005 dari Presiden Republik Indonesia dan Pelopor Wisata dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat tahun 2004.

NILA DJUWITA MOELOEK – MENTERI KESEHATAN



Saat diperkenalkan sebagai Menteri Kesehatan dalam susunan Kabinet Kerja, Presiden Jokowi menyebut ibu tiga anak ini sebagai seorang yang kaya pengalaman. Lahir di Jakarta, 11 April 1949, ia menyelesaikan pendidikan tinggi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ia lalu melanjutkan pendidikan spesialis mata, serta mengikuti program sub-spesialis di International Fellowship di Orbita Centre, University of Amsterdam, Belanda dan di Kobe University, Jepang. Setelah itu ia melanjutkan pendidikan konsultan Onkologi Mata dan Program Doktor Pasca Sarjana di FKUI.

Ketua Medical Research Unit FKUI sejak 2007 ini masih aktif mengajar di program doktor pasca sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Nila juga dipercaya menjadi Utusan Khusus Presiden RI untuk Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2009-2014. Ketua Umum Dharma Wanita Persatuan Dokter Spesialis Tumor ini juga aktif dalam berbagai organisasi. Di antaranya, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami),  International Society Orbital Disorder, Oculoplastic and Lacrimal Surgery, Ketua BPK PP Perdami dan Ketua/Anggota Seminar Tumor Mata-Plastik Rekonstruksi Perdami.

Suaminya, Prof. Dr. Dr. H. Farid Anfasa Moeloek, Sp.OG, adalah mantan Menteri Kesehatan Presiden Republik Indonesia Kedua Kabinet Pembangunan VII (1966-1988), dan Kabinet Reformasi Pembangunan (Presiden Republik Indonesia Ketiga), 1998-1999.

PUAN MAHARANI – MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN



Ketua DPP PDI Perjuangan ini lahir di Jakarta, 6 September 1973 silam dengan darah keluarga politisi yang sangat kuat. Kakeknya, Soekarno, proklamator Republik Indonesia, serta ibunya Megawati Soekarnoputri, Presiden RI kelima sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan. Anak pertama pasangan Megawati Soekarnoputri dan Taufiq Kiemas ini dipercaya Presiden Jokowi untuk menduduki posisi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

Terlepas dari nama besar orangtua dan kakeknya, Puan mampu membuktikan dirinya dalam dunia politik. Sarjana Ilmu Komunikasi UI ini pernah menjabat sebagai Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPR RI untuk periode masa bakti 2009 – 2014. Saat itu, Puan berada di Komisi VI yang mengawasi BUMN, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, serta anggota Badan Kelengkapan Dewan BKSAP (Badan Kerjasama Antar Parlemen).

Sesaat setelah dirinya diumumkan menjadi menteri, Puan langsung bekerja menjalankan tugasnya. Bersama Presiden Jokowi ia meluncurkan program unggulan yaitu Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) di bulan November 2014. Sebagai Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan akan memimpin Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dan Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar, dan Menengah Anies Baswedan.

RINI MARIANI SOEMARNO SOEWANDI – MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA



Lahir di Maryland, Amerika Serikat, 9 Juni 1958, Rini ditunjuk menjadi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan pada Kabinet Gotong Royong ini adalah lulusan Sarjana Ekonomi dari Wellesley College, Massachusetts, Amerika Serikat tahun 1981. Saat membicarakan susunan kabinetnya, Presiden Jokowi menyebut perempuan ini sebagai sosok yang lincah, berasal dari kalangan profesional, kaya pengalaman sebagai CEO di perusahaan besar, pekerja keras, dan juga pernah menjadi Ketua Tim Transisi.

Perjalanan karier profesional Rini memang cukup panjang. Pada awal kariernya, Rini menjabat sebagai Pengurus Pinjaman Bank Dunia untuk Negara-negara Asia Afrika, Departemen Keuangan Amerika Serikat, AS (1979-1980). Sampai kemudian dirinya memasuki birokrasi pemerintahan dengan menjabat sebagai Wakil Kepala Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), Jakarta pada 1998.

Ibu tiga anak ini juga memiliki beragam kegiatan di luar perusahaan tempatnya bekerja. Di antaranya, pernah menjadi Ketua Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) dan Penasihat Ahli Keuangan Koperasi Pegawai Negeri khususnya pada Bank Kesejahteraan Ekonomi. Di balik deretan jabatan yang pernah ia pegang, perempuan ini dikenal selalu tampil bersahaja.

SITI NURBAYA BAKAR – MENTERI KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN HIDUP



Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup ini sudah banyak mengenyam asam garam dunia pemerintahan, baik di daerah maupun pusat. Kariernya dimulai di Bappeda Pemerintah Provinsi Lampung [ada tahun 1981. Kemudian pada tahun 1998, ia masuk ke Departemen Dalam Negeri hingga diangkat menjadi Sekretaris Jenderal (2001-2005). Tahun 2006, lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) itu direkrut menjadi Sekretaris Jenderal Dewan Perwailan Daerah (DPD) RI. Pada 2013 ia memutuskan untuk terjun secara penuh ke dunia politik. Karier politik lalu membawa dosen di IPB ini menjadi Ketua DPP Partai Nasional Demokrat (NasDem) yang menangani bidang otonomi daerah.

Ibu dua anak ini juga telah mengantongi beragam penghargaan. Antara lain Penghargaan Bintang Jasa Utama dari Presiden RI Tahun 2011, Penghargaan Bintang Jasa Satya Lencana Wirakarya Presiden RI 2004, Penghargaan Satya Lencana Karya Satya dari Presiden RI 2001, PNS Teladan Nasional dari MENPAN RI 2004, Prestasi Kerja Yang Luar Biasa dari MENDAGRI 2004 dan Penghargaan Wibawa Serodja dari Gubernur LEMHANNAS.

Lahir di Jakarta, 28 Agustus 1956, Siti pernah mengambil konsentrasi Internasional Institute for Aerospace Survey and Earth Sciences (ITC), Enschede, Belanda. Lalu meraih gelar doktor dari Fakultas Perencanaan Sumberdaya Alam IPB.

Komentar