KULINER : PESONA BELUT LOMBOK IJO IBU SRI MURNI, GODEAN-YOGYAKARTA. Tawarkan Rasa Yang Tidak Terlalu Pedas
Adalah Sri Murni, salah satu pedagang belut basah dalam bentuk sayur mangut yang awalnya berjualan di Jl. Godean, tak jauh dari Pasar Godean, Yogyakarta. Namun menurut perempuan asli Gunung Kidul ini saat itu warungnya tidak begitu ramai. Setelah 2,5 tahun, ia pun memindahkan warungnya di Desa Pasekan, Balecatur, Gamping, atau Jl. Wates KM 7. Di warung barunya itu ia tidak lagi mengolah mangut belut, tetapi berubah menjadi olahan khas Gunung Kidul, Lombok Ijo. Dan ternyata, belut lombok ijo malah banyak diminati.
Sri mengaku
beruntung menempati lokasi yang cukup strategis. Warungnya berada persis di
pinggir jalan raya, yang merupakan jalan utama lintasan orang-orang yang hendak
pergi dari arah barat ke ke timur, dan juga sebaliknya. Pesona kenikmatan belut
lombok ijo khas Gunung Kidul jadi sasaran buruan pencinta kuliner. Siapa saja
yang kangen dengan nasi merah plus belut lombok ijo, pasti akan mampir ke
warungnya. Kini pelanggan warungnya sudah banyak dan sering berganti-ganti.
Per hari, Sri
bisa mengolah tak kurang dari 15 kg belut. Untuk mendapatkan bahan baku belut,
ia tinggal mengambil belut siap olah ke pengepul. Sri membuka warung
sederhananya setiap hari mulai jam 09.00 WIB. Bahkan di hari lebaran juga tetap
buka. Warung ini mampu menampung 50-100 orang sekaligus. Itu sebabnya, Sri tak
hanya melayani pelanggan perseorangan. Kerap pula ia mendapat tamu yang datang
berombongan. Mereka ingin sekedar makan, atau menyelenggarakan acara rapat
kantor dan juga arisan.
Untuk semakin
memperkenalkan masakan olahannya, Sri juga rajin mengikuti kegiatan bazar
kuliner, misalnya pada Festival Kesenian Yogyakarta atau yang diselenggarakan
oleh grup sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta. Sri menceritakan, setiap mengikuti
even bazar seperti itu, pegunjung yang datang ke lapaknya luar biasa ramai. Di
hari pertama saja ia bisa mengantongi Rp 2,5 juta. Dan pada hari kedua malah
bisa mendapat dua kali lipatnya. Yang membuatnya lebih senang, saat mengikuti
bazar tersebut, ia juga tidak perlu menutup warungnya di Jl. Wates. Jadi
efeknya, selain penghasilannya yang dobel, pelanggan pun bertambah banyak.
Untuk kegiatan-kegiatan di berbagai instansi, ibu tiga anak ini sudah menyediakan paket boks tergantung menu. Harganya mulai dari Rp 10.000 untuk nasi merah, plus lauk oseng lombok ijo, oseng daun pepaya, dan wader/teri. Sementara kalau memakai belut, harganya Rp 15.000. Pesanan baru bisa diantar bila jumlahnya minimal 25 boks. Biaya pengiriman pun Sri katakan tidak mahal, yakni cukup dengan menambah Rp 1000 per boks. Selain belut, Sri juga menyediakan ayam, tempe, tahu bacem. Untuk minuman, ia menyajikan menu khas Yogya seperti wedang teh gula batu, dan wedang uwuh.
Belut lombok
ijo olahan Sri rasanya tidak terlalu pedas. Begitu pula dengan sayur pelengkap
seperti daun pepaya, rasaya tidak terlalu pahit. Banyak pembeli yang awalnya
hanya sekedar icip-icip, tapi akhirnya sering datang kembali. Sri yang mengaku
mengolah sendiri hasil masakannya ini, menceritakan, sejak remaja dirinya
memang sudah pandai mengolah masakan. Itu sebabnya, ia mengakui sedikit
terlambat mengelola warung makan. Ia baru memulai membuka usaha warung ini
setelah suaminya pensiun dari PNS. Sang suami adalah warga asli Godean yang
bekerja sebagai PNS di Gunung Kidul. Setelah suaminya pensiun, Sri pun diajak
pulang ke Godean. Berikutnya, gantian dirinya yang mencari uang, sementara
suami dan anak-anaknya turut membantu. Karyawannya kini berjumlah 4 orang.
Namun bila sedang ramai sekali, ia perlu menambah karyawan dadakan hingga
berjumlah 9 orang. Sri mengatakan, penghasilannya dari berjualan masakan belut
ini cukup lumayan, setidaknya bisa untuk membiayai kuliah anaknya.
Komentar
Posting Komentar