Terletak sekitar 175 kilometer selatan kota Medan, Kabupaten Batubara menyimpan beragam tujuan wisata seperti religi, tradisi, sejarah, kuliner, hutan, pantai dan laut. Kabupaten pemekaran daerah tahun 2007 ini layak dikunjungi sebagai tujuan baru untuk berlibur.
Nama Batubara
sempat disebut dalam buku “Mission To The East Coast Of Sumatra” karya John
Anderson, seorang utusan Pemerintah Inggris dan Penang yang mengunjungi
Batubara pada tahun 1823. Pasalnya sejak abad ke-18, Batubara menjadi pangkalan
pedagang untuk membawa beragam hasil bumi Sumatera ke Penang (Malaysia) dan
Singapura. Tak heran jika penduduk yang bermukim di Kabupaten Batubara ini
terdiri dari beragam etnis seperti Jawa, Melayu, dan Batak. Sisa-sisa kejayaan
Batubara di masa lalu masih dapat ditemui hingga kini. Salah satunya adalah
bangunan Istana Niat Lima Laras. Terletak di Lima Laras, Tanjung Tiram, istana
ini dibangun oleh Datuk Muhammad Yuda yang bertahta dari tahun 1883 hingga
1919. Istana yang dibangun pada tahun 1907 dan selesai 1912 ini menyimpan kisah
perjalanan dan perjuangan masyarakat Melayu melawan penjajahan.
Selain itu, di
beberapa titik, dapat ditemukan meriam-meriam yang digunakan untuk melawan
penjajah. Di antaranya Meriam Nanas Siam yang berada di Nanas Siam, Madang Deras.
Kemudian Meriam Bogak yang berlokasi di Tanjung Tiram, serta Meriam Simpang
Dolok yang ada di Simpang Dolok, Kecamatan Lima Puluh. Di Kabupaten ini juga
dapat ditemukan tanda-tanda masuknya tentara Jepang ke Sumatera Utara. Sekitar
tahun 1942, Jepang mendarat di pantai Perupuk kecamatan Lima Puluh, Kabupaten
Batubara. Akibatnya, pantai di tempat mendarat Jepang itu disebuh pantai
Sejarah.
Kala itu,
tentara Jepang sempat menguasai beberapa kawasan di Batubara seperti pasar
Guntung yang kini menjadi Desa Guntung dan Desa Bulan Bulan, yang sempat
dijadikan sebagai tempat latihan tentara mereka. Sisa keberadaan tentara Jepang
yang dapat dilihat hingga saat ini adalah sebuah benteng pertahanan yang
terletak di pantai Sejarah.
Selain
perkebunan, pertanian, perikanan, dan peternakan, Kabupaten Batubara yang baru
terbentuk pada taun 2007 itu juga memiliki potensi kekayaan pariwisata yang tak
kalah menawan. Berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara yang berbatasan
dengan Selat Malaka, Kabupaten Batubara memiliki banyak obyek wisata bahari.
Secara jumlah, Kabupaten Batubara memiliki 5 pantai, 2 pulau dan 1 danau,
antara lain Pantai Jono (Pantai Perjuangan) di Kecamatan Medang Deras, Pantai
Bunga di Kecamatan Talawi, Pantai Datuk Alam Indah di Kecamatan Sei Suka,
Pantai Sejarah di Kecamatan Lima Puluh dan Pantai Laksamana di Kecamatan
Tanjung Tiram.
Sementara
Pulau Pandang, Pulau Salah Nama dan Danau Laut Tador berada di Kecamatan
Tanjung Tiram. Dua pulau ini termasuk pulau terluar yang berbatasan langsung
dengan wilayah negeri jiran, Malaysia. Kedua pulau ini juga menyimpan keindahan
laut yang layak dikunjungi pecinta olahraga air seperti menyelam dan snorkling. Perjalanan menuju pulau ini
dapat ditempuh selama 1 jam dari dermaga Pelabuhan Tanjung Tiram. Dinas Budaya
Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Batubara pun kini tengah membangun dan
menata Pulau Salah Nama. Hasilnya, kini telah berdiri musala dan Puskesmas. Ke
depannya, akan disiapkan sarana transportasi khusus menuju pulau.
Karena
sebagian besar wilayah Kabupaten Batubara berada di pinggir laut, hampir
sebagian besar warganya bekerja sebagai nelayan. Tak salah kiranya untuk
berkunjung ke beberapa dermaga dan Tempat Penjualan Ikan (TPI). Salah satu dermaga
dan TPI yang patut dikunjungi adalah Tanjung Tiram. Di tempat ini banyak
penjual hasil tangkapan nelayan yang sudah diolah menjadi ikan asin. Satu lagi lokasi wisata yang tak boleh
dilewatkan adalah Danau Laut Tandor. Danau tersebut berada di kawasan Batu
Tohap, berbatasan dengan Desa Tanjung Perapat. Meski tidak seluas Danau Toba,
kondisi lingkungan seputar danau ini masih asri dan menyenangkan.
Komentar
Posting Komentar