POTRET KEHIDUPAN : GELIAT EKONOMI DARI KAMPUNG NELAYAN KENJERAN - SURABAYA, JAWA TIMUR




Sebagai kota yang berada di wilayah pesisir pantai utara pulau Jawa, Surabaya dikenal dengan aneka hasil lautnya. Berbagai jenis makanan hasil kekayaan laut diproduksi dan dijual. Nelayan yang berada di kawasan Kenjeran, yang letaknya berhadapan dengan selat Madura, adalah salah satu penghasil makanan yang memiliki kandungan protein tinggi tersebut. Laut memang menjadi sumber perekonomian keluarga masyarakat Kenjeran sejak dulu. Warga pria biasanya melaut dengan perahu untuk mencari hasil tangkapan. Sedang para ibu di rumah mengolah hasil tangkapan menjadi berbagai jenis produk olahan makanan yang nikmat dan berdaya jual.

Aneka makanan sari laut tersebut, selain dipasok ke berbagai toko di kota Surabaya, juga dijual di sepanjang jalan raya Sukolilo, Kenjeran. Tentu, harga di kawasan Kenjeran lebih murah ketimbang di toko oleh-oleh di kota Surabaya. Yang membedakan, di toko oleh-oleh, aneka makanan sari laut tersebut dikemas menarik. Sedangkan di Kenjeran sebagian besar dijual secara kiloan dengan wadah kantong-kantong plastik. Beragam hasil dari laut yang diolah warga setempat, antara lain mulai dari kulit ikan kakap, teripang, udang rebon, berbagai jenis ikan laut dan masih banyak lagi.


Setiap hari nelayan di sini berangkat melaut sekitar pukul 03.00 dinihari dan baru balik ke rumah sekitar pukul 12.00. Wilayah tangkapan mereka berada di sekitar  selat Madura, bahkan terkadang sampai ke tengah ke arah jembatan Suramadu. Namun, pekerjaan sebagai nelayan memang selalu berhubungan dengan alam, sehingga sedikit banyaknya penghasilan mereka ditentukan oleh keadaan alam juga, Jika alam sedang bersahabat, saat mendarat di siang hari biasanya mereka bisa mendapat terung mentah 70 kilogram, dan teripang sekitar 30 kilogram. Jumlah tangkapan itu akan berkurang bahkan terkadang nyaris tanpa hasil pada saat ombak laut besar. Bila ombaknya tinggi, nelayan memang akan kesulitan memasang perangkap ikan. Selain itu, penghasilan juga tergantung pada arus bawah laut. Semakin kencang arusnya, semakin bagus. Karena perahu nelayan yang dipakai berjalan mengikuti arus.

Terung, adalah salah satu hasil laut yang diolah oleh mereka. Biasanya, isi perut binatang berbentuk bulat seukuran kepalan tangan orang dewasa ini akan dikeluarkan dan diproses secara terpisah dengan kulitnya. Kulit dan isi terung ini kalau sudah matang harganya akan berbeda. Isi terung atau warga setempat biasa menyebutnya dengan istilah kerokan, harganya lebih mahal daripada kerupuk kulit terung. Setelah diproses, terung mentah akan mengalami penyusutan. Dari berat awal saat ditangkap sekitar 70 kilogram, setelah diolah menjadi kerupuk hanya tinggal sekitar 2 kilogram. Sementara teripang yang beratnya 30 kilogram, menyusut menjadi 7 kilogram.


Proses pengolahan terung sendiri cukup panjang. Setelah turun dari laut, terung maupun teripang dibersihkan. Bagian dalam terung dikeluarkan satu persatu, sementara kulitnya dibersihkan dan kemudian dijemur di atas lembaran anyaman bambu sampai kering. Setelah kering, terung digoreng dengan pasir. Setelah itu baru digoreng kedua kalinya dengan minyak. Dari terung mentah sampai menjadi kerupuk terung paling tidak butuh waktu sekitar tiga sampai lima hari, tergantung ada panas matahari atau tidak. Kalau sudah menjadi kerupuk, rasanya memang sangat enak. Selain renyah, gurih, kerupuk terung ini juga diolah tanpa bahan pengawet sama sekali. Kerupuk terung ini dijual seharga Rp 175.000 per kilonya.

Sedang daging terung atau kerokan, setelah dikeluarkan kemudian dicuci bersih dan direbus, lalu dijemur. Setelah kering baru digoreng. Satu kilogram kerupuk kerokan dijual seharga Rp 200.000. Sedangkan untuk teripang harganya lebih murah, yaitu Rp 125.000 per kilo. Yang mahal adalah urat teripang. Bentuknya memanjang seperti benang yang menempel di tubuh. Mengambilnya setelah teripang direbus dahulu. Proses selanjutnya direbus dan digoreng, biasanya laku Rp 200.000 per kilo. Tapi karena bentuknya mirip benang memanjang, untuk menghasilkan satu kilogram paling tidak harus terkumpul satu bak urat. Rasa urat teripang ini sangat gurih.

Sayangnya, sekarang yang menjadi masalah bagi para nelayan ini adalah makin parahnya sampah yang masuk ke laut. Sampah-sampah itu menjadi salah satu penyebab hasil tangkapan nelayan makin lama makin menyusut. Sering ketika para nelayan itu mengangkat alat pengeruk ikan dari dasar laut, banyak sekali sampah plastik yang ikut terangkat. Biasanya di bulan Mei hingga November, penghasilan nelayan meningkat. Saat itu air laut berubah suhu dan menjadi hangat sehingga ikan berdatangan. Berbagai jenis ikan segar pun bisa didapat, mulai dari kerapu, kakap merah, kakap putih, udang rebon, dan masih banyak lagi. Bila sedang ramai, mereka bisa mendapat Rp 1 juta per hari. Atau paling tidak hasil bersihnya bisa mencapai Rp 300 ribu per hari. Sementara di luar bulan itu adalah masa paceklik bagi nelayan Kenjeran, karena yang bisa didapat dari laut hanya terung dan teripang. Hasil bersihnya per hari rata-rata Rp 100.000. Saat ini ada sekitar 320 nelayan Kenjeran yang setiap hari melaut. Sekali melaut paling tidak menghabiskan bensin 5 liter untuk mesin perahunya.

BERBELANJA PRODUK SARI LAUT DI KENJERAN
Sepanjang jalan Sukolilo sampai Kenjeran, Surabaya, Jawa Timur, terdapat banyak toko-toko yang menjual hasil laut nelayan setempat. Toko-toko tersebut menjual berbagai macam sari laut siap santap maupun yang mentah. Salah satu toko yang cukup lengkap jualannya adalah Toko Fahil. Toko milik Choiriyah tersebut menyediakan puluhan jenis sari laut yang ditempatkan di kantung-kantung plastik

Choiriyah mengaku, ia sudah 16 tahun berjualan di sana, meneruskan usaha ibu dan neneknya. Karena Kenjeran merupakan sentra hasil laut Surabaya, maka ibu tiga orang anak ini sendiri yang mengambil hasil laut secara langsung dari nelayan di sekitarnya, sehingga secara kualitas lebih terjaga. Bahan yang ia ambil adalah yang masih mentah, yang kemudian digoreng sendiri, lalu dijual. Berbagai jenis olahan hasil laut yang ia jual di antaranya terung, teripang, lorjuk, kulit ikan kakap, rambak ikan pe, lambung ikan, jamur laut, dan masih banyak lagi.

Dari sekian banyak makanan tersebut, yang paling mahal adalah jamur laut. Per kilonya bisa mencapai Rp 500.000. Rasa jamur laut memang istimewa, gurih, dan renyah. Adapun yang membuat harganya jadi mahal adalah karena mencarinya cukup sulit. Jamur laut tumbuh menempel di antara karang-karang sehingga untuk mencarinya harus menyelam.

Komentar