FENOMENA GO-JEK DI IBU KOTA, Upaya Untuk Mengangkat Harkat Tukang Ojek




Di tahun 2015, warga Jakarta dan sekitarnya tengah demam Go-Jek, layanan ojek yang dikelola secara profesional. Bahkan banyak masyarakat yang tertarik ingin menjadi pengendara Go-Jek, meski harus rela antre berjam-jam. Bukan tanpa alasan Nadiem Makarim mendirikan perusahaan Go-Jek Indonesia. Meski memiliki kendaraan pribadi, sejak dulu Nadiem gemar naik ojek. Ia juga gemar nongkrong bareng dengan tukang ojek, sekedar untuk ngobrol dan minum kopi. Dari hasil obrolan dengan mereka, Nadiem sadar bahwa banyak waktu tukang ojek yang terbuang percuma hanya untuk menunggu pengguna jasa.

Kalau pun mendapatkan order, biasanya tidak jauh. Setelah itu mereka kembali ke pangkalan dan menunggu lagi. Melihat hal itu, Nadiem lalu tergerak membantu dengan mendirikan Go-Jek pada 2010. Tahun 2011, Go-Jek resmi beroperasi dengan 50-100 pengendara. Untuk merekrut tukang ojek, Nadiem memanfaatkan tukang ojek yang sudah dikenal untuk berkeliling dari satu pangkalan ke pangkalan ojek lain, membujuk tukang ojek lain untuk bergabung. Saat itu, para tukang ojek yang dikerahkan ini hanya berkeliling di wilayah Jakarta Selatan saja. Lambat laun, banyak tukang ojek yang tertarik ikut bergabung karena bisa jadi usaha sampingan, sambil menunggu order. Pesanan datang dimulai dari teman-teman Nadiem sendiri. Ternyata responsnya bagus. Makin lama, jumlah pengendara pun terus bertambah, terutama setelah pada Januari 2015 silam Go-Jek meluncurkan aplikasi di android dan iOS.

Praktis, makin mudah orang mendapatkan tukang ojek tanpa harus menunggu di pinggir jalan. Ongkos atau tarif pun langsung tertera di layar ponsel saat pemesanan sehingga pengguna tak perlu khawatir ‘diperas’ oleh tukang ojek, lantaran biaya ditentukan berdasarkan kilometer yang ditempuh. Pengendara Go-jek sendiri masih bisa memiliki lebih banyak waktu untuk keluarga dan diri sendiri, karena lebih efisien dalam bekerja. Selain itu, harkat para tukang ojek juga meningkat. Saat harus masuk ke gedung perkantoran pun mereka lebih nyaman, tak lagi dipandang sebelah mata. Tingginya respons masyarakat terhadap Go-jek juga membawa efek positif terhadap penghasilan para pengendaranya. Penghasilan mereka jauh lebih tinggi dibanding sebelumnya ketika belum bergabung bersama Go-Jek.

Mungkin itu pula sebabnya, animo masyarakat untuk menjadi pengendara Go-Jek pun meningkat pesat. Jumlah pelamar untuk menjadi pengendara Go-Jek meningkat, bahkan bisa melebihi dua kali lipat dari kuota yang ditetapkan perusahaan. Bahkan ada yang sampai menginap di depan kantor Go-Jek hanya untuk melamar menjadi pengendara Go-jek. Saat ini, meski jumlahnya mayoritas, bukan hanya tukang ojek saja yang menjadi pengendara Go-Jek, melainkan juga satpam, sarjana hukum, bahkan ibu rumahtangga, ramai-ramai menjadi pengendara Go-Jek. Memang cukup banyak pengendara perempuan di Go-jek, jumlahnya sekitar 50-an orang. Kini, untuk wilayah Jabodetabek saja, Go-Jek memiliki 10 ribu pengendara. Belum lagi di kota-kota cabangnya, seperti Bandung, Surabaya, dan Bali.

Nadiem Makarim, Pendiri Go-Jek
Nadiem sendiri mengaku senang dengan perkembangan Go-Jek yang sangat bagus. Sampai sekarang, ia tetap jadi penggemar setia Go-Jek. Dalam sehari, bisa 5-7 kali ia menggunakan Go-Jek untuk mengantarnya ke mana-mana. Tak hanya jasa pengantaran penumpang, kini Go-Jek juga berkembang dengan menyediakan jasa Go-Food. Dengan Go-Food, klien bisa memesan makanan dari berbagai restoran maupun warung tenda di pinggir jalan tanpa harus pergi ke sana karena pengendara Go-Jek yang akan menjemput makanan yang dipesan sekaligus mengantarkannya ke klien. Terkadang, ada masyarakat yang senang makan di warung tertentu di kaki lima, tapi lokasinya jauh atau tidak ada waktu untuk ke sana. Padahal, untuk pesan secara delivery juga tidak mungkin. Maka, Go-Food lah solusinya.

Di sisi lain, klien juga bisa memesan Go-Jek untuk mengantarkan barang, dokumen, atau lainnya ke tempat tujuan melalui layanan Go-Send. Layanan ini banyak dimanfaatkan oleh penjual online, seperti di Instagram. Sambutan positif terhadap Go-Jek juga terlihat di beberapa restoran. Misalnya, menyediakan parkir khusus untuk Go-Jek tanpa diminta, agar pengendara tak perlu berjalan jauh mengambil pesanan. Pada bulan Ramadhan 2015 lalu, Go-Jek memberikan penawaran khusus bagi klien, di mana untuk delivery yang jaraknya kurang dari 25 km hanya dikenakan biaya Rp 10.000. Program yang berlangsung sejak sebelum Ramadhan ini sengaja dibuat untuk memberikan tambahan penghasilan bagi para pengendara Go-Jek untuk menyambut Lebaran. Diharapkan, semakin banyak order yang datang, mereka akan semakin mendapatkan banyak uang.


Selain itu Gojek juga telah bekerja sama dengan Trans Jakarta untuk mengantarkan penumpang ke halte terdekat, sekaligus memberikan informasi jadwal kedatangan bus. Dan berlanjut ke inovasi-inovasi lain yang tujuannya memberikan kemudahan bagi masyarakat perkotaan, seperti Go Mart, layanan belanja di sejumlah toko, Go-Box, jasa angkut barang berukuran besar atau jumlah banyak, G0-Clean, layanan bersih-bersih rumah, Go-Glam, layanan salon, dan Go-Massage, layanan pijat.

Komentar