RUMAH HEBAT INDONESIA : BERBAGI ILMU TANPA SEKAT FORMALITAS



Berawal dari ajang diskusi dan aktivitas di berbagai kegiatan sosial, empat sahabat Anis, Eka, Penny, dan Novel menginisiasi gerakan sosial berbasis masyarakat, Rumah Hebat Indonesia (RHI). RHI, yang bertempat di Jalan Rejosari RT 03 RW 15, Ngemplak, Banjarsari, Surakarta, ini melahirkan berbagai kegiatan sosial. Tak melulu fokus pada dunia pendidikan anak, RHI juga memberdayakan masyarakat sekitar. Awalnya, Anis dan Novel yang sama-sama lulusan Fakultas Psikologi Universitas Negeri Surakarta (UNS) mengikuti kegiatan sosial Authisme Care Indonesia di kawasan Rejosari, Surakarta. Keduanya juga ikut turun tangan memberikan terapi kepada anak-anak berkebutuhan khusus dari keluarga kurang mampu. Tak dinyana, di sana mereka bertemu Peny dan Eka, sarjana Pendidikan Luar Biasa, yang juga terlibat dalam kegiatan sosial tersebut.

Setelah ngobrol sana-sini, ternyata keempat perempuan muda hebat ini memiliki visi dan misi yang sama, yakni tekad memberdayakan masyarakat. Dengan merogoh kocek pribadi, keempatnya kemudian sepakat membuat berbagai program yang bisa memberikan solusi bagi lingkungan. Mereka memulainya dengan mendirikan taman bacaan agar anak-anak di wilayah Rejosari bisa memperoleh sumber bacaan yang berkualitas. Mereka pun menyewa rumah dengan harga sewa Rp 5,5 juta per tahun. Rumah inilah yang kemudian menjadi rumah kedua bagi masyarakat Rejosari. Dari taman bacaan, lantas keempat sahabat ini sepakat mendirikan RHI. Mereka juga menyusun struktur organisasi dan rencana program pemberdayaan untuk menunjukkan bahwa apa yang mereka lakukan bukanlah main-main.

Mereka lantas membuka program bimbingan belajar untuk membantu para pelajar sekitar, usai pulang sekolah. Kegiatan ini dimulai pukul 13.00 hingga malam. Awalnya hanya mereka berempat yang menggawangi program ini. Perlahan, mereka lalu mengajak teman kos, teman main, serta kenalan lain untuk melihat RHI sekaligus mengajak menjadi relawan. Bersyukur, semakin lama banyak yang bersedia terlibat dan bergabung bersama mereka. Tepat bulan Agustus 2013, RHI memproklamirkan diri dan menjadi wadah bagi masyarakat Rejosari. Ternyata respons yang diterima, baik dari masyarakat maupun para relawan cukup besar sehingga mereka kemudian membuat program-program lain berdasarkan kebutuhan masyarakat sekitar. Salah satu contohnya adalah, kelas minat dan bakat yang dibuka untuk anak-anak peserta bimbingan belajar. Materi yang diberikan mulai dari menari, menulis, yang semuanya diberikan secara cuma-cuma.


Kepengurusan RHI juga akhirnya dibentuk. Kini, RHI digerakkan oleh 20 anggota pengurus dan 30 relawan. Relawan terus datang dari berbagai latar belakang profesi. Aktivitas juga bertambah karena ada beberapa program yang dikembangkan. Namun, mereka akui masih ada tantangan yang dihadapi RHI, salah satunya soal dana. Untuk sewa rumah yang menjadi markas RHI, bila dulu mereka masih membayar dengan harga Rp 5,5 juta, tapi sekarang sudah naik menjadi Rp 7 juta. Itupun hasil dari negosiasi, setelah mereka menjelaskan bahwa rumah tersebut dipakai untuk kegiatan sosial. Tantangan itu menjadi cambuk bagi mereka. Memang sampai saat ini donasi masih berasal dari teman-teman dan relasi, belum memiliki donatur tetap. Mereka semua ikhlas menyumbangkan tenaga, pikiran, dan dana pribadi, dan berharap semoga rezeki terus diperlancar, agar bisa terus berkegiatan.

Mengenai sosialisasi program dan kegiatan, RHI aktif menggunakan media sosial, baik Facebook dengan nama akun Rumah Hebat Indonesia, Twitter di @rumahhebatindonesia, dan akun Instagram di Rumah Hebat Indo. Jadi bagi masyarakat umum yang mau bergabung, bisa melihat aktivitas RHI di lini masa mereka dahulu. Dalam website www.rumahhebatindonesia.com, juga ada beberapa paket merchandise yang ditawarkan, mulai dari mug, gantungan kunci, tote bag, kaus sampai jaket berlabel RHI. Berjualan merchandise memang menjadi salah satu cara mereka untuk mengumpulkan donasi.

Ide-ide kreatif juga bisa bermunculan dari peserta bimbingan belajar. Salah satunya program Ramadhan Inspiratif yang menggelar berbagai program seperti buka bersama dan lomba. Selain itu mereka juga ingin berbagi kepada kaum dhuafa saat sahur, melalui acara Sahur On The Road. Hingga saat ini, RHI sudah menaungi 100 peserta bimbingan belajar, bukan hanya dari lingkungan Rejosari saja, tetapi juga lingkungan lain. Mereka memang tidak pernah membatasi jangkauan area kegiatan. Karena sejak awal tugas mereka adalah sebagai fasilitator. Rencana ke depan, tak hanya anak-anak saja yang menjadi perhatian mereka, tapi juga para remaja, ibu-ibu, hingga lansia. Misalnya dengan mengajak para ibu untuk mengelola bank sampah. Dan mereka pun berharap, gerakan yang mereka inisiasi ini bisa menular kepada yang lain.  


Komentar