HOBBY : DRONE, Menyajikan Perspektif Yang Beda Dari Mata Biasa.


Teknologi drone, pesawat tanpa awak, kini semakin dekat dengan masyarakat, bahkan begitu menjamur terhitung sejak awal 2015. Drone memang menarik karena bisa melakukan hal fantastis, serta bisa menyajikan perspektif yang berbeda tidak seperti mata biasa. Hal inilah, yang lantas menarik banyak kalangan seperti fotografer dan arsitek untuk bisa mendapatkan gambar dari udara dengan mudah dan relatif murah. Sementara bagi kalangan nonprofesional, ada juga dorongan ingin melihat pemandangan dari udara atau menerbangkan sesuatu ke udara. Teknologi drone berhasil memikat kalangan tertama usia 20 hingga awal 40 tahun. Untuk kalangan usia 30 tahun ke atas, menerbangkan drone seperti nostalgia ketika dulu menerbangkan layang-layang. Sedangkan untuk kalangan usia 20 hingga 30 tahun perasaan itu seperti menerbangkan pesawat remote control. Dengan demikian, sebenarnya drone bukanlah sesuatu yang baru,  melainkan hanya sebuah perubahan alamiah dari perkembangan teknologi.

Drone juga memiliki perbedaan signifikan dengan dunia aeromodelling. Drone memiliki flight control system sehingga memiliki kegunaan tertentu selain terbang. Kegunaan itu misalnya mengambil gambar, video, atau sekedar kemampuan membawa benda dari satu titik ke titik lain. Drone terbagi atas beberapa kelas seperti militer, industri, dan pasaran. Untuk kelas militer dan industri, harga drone bisa mencapai miliaran rupiah. Untuk kelas pasaran, drone kini semakin mudah didapatkan. Dengan uang sekitar 500 dolar AS atau Rp 6 juta ke atas, seseorang sudah bisa mendapatkan drone dengan standar yang baik. Standar itu artinya drone tersebut mampu terbang dan mengambil foto dengan baik. Drone untuk umum memiliki durasi terbang sekitar 7 hingga 20 menit.


Menerbangkan drone juga tidak sulit. Teknologi yang ada dalam sebuah drone seperti Global Positioning System (GPS) dan perangkat gyro axis dapat memudahkan sang pilot. Misalnya, dengan adanya fitur GPS, drone yang mengalami kendala sinyal bisa kembali ke posisi semula. Kemudian, gyro axis berfungsi membuat drone menjadi stabil. Jadi ketika akan memotret atau merekam, drone tidak akan condong ke depan, kiri, kanan, atau belakang. Drone juga semakin menunjukkan manfaat dengan membantu tanggap bencana ketika terjadi bencana alam, yakni dapat memberikan citra lengkap dari lokasi bencana.

Kini di Indonesia, sudah ada wadah khusus bagi para pecinta teknologi drone. Asosiasi Pilot Drone Indonesia (APDI) kini anggotanya sudah berjumlah sekitar 700 orang di seluruh Indonesia. Mereka pun juga turut mempromosikan pariwisata Indonesia. Kegiatan menerbangkan drone secara rutin di wilayah masing-masing dimanfaatkan untuk memotret dan merekam objek-objek wisata. Hasilnya, kemudian akan diunggah ke sosial media masing-masing anggota. Tak hanya itu, APDI juga bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata untuk mengorganisasi kompetisi foto drone.


Namun yang juga perlu diperhatikan, drone yang semakin menjamur ini juga menimbulkan respons beragam di masyarakat. Ada yang bisa mendapat manfaat, tapi ada pula yang justru terganggu dengan kehadiran drone. Penggunaan drone memang berkaitan erat dengan unsur keselamatan umum bahkan hingga keamanan negara. Namun tidak tertutup kemungkinan teknologi ini juga dimanfaatkan untuk tindakan paling keji sekalipun. Maka setiap anggota APDI dituntut untuk patuh terhadap aturan dalam menerbangkan drone, sesuai dengan visi APDI, yakni ingin mewujudkan penerbangan drone yang aman, bertanggung jawab, dan bermartabat. Aturan-aturan itu misalnya, tidak boleh menerbangkan drone dalam radius lima kilo meter di sekitar bandara. Ada pula larangan menerbangkan drone lebih dari ketinggian 150 meter. Meski drone sebenarnya bisa melampaui batas itu, hal ini sengaja diatur agar tidak terjadi singgungan dengan lalu lintas penerbangan. Bagi masyarakat yang ingin menerbangkan drone lebih dari ketinggian itu harus bisa menunjukkan sertifikat penerbang drone resmi.



Komentar