HOBY : SERUNYA MENGOLEKSI CANGKIR TEH CANTIK.


Memori masa kecil membuat Desiree Sitompoel tak asing dengan cangkir-cangkir teh. Kala itu, orangtua Desiree senang membeli cangkir teh dan mengoleksinya. Beberapa kali Desiree kecil juga ikut membawa cangkir itu dari pasar menuju rumah. Saat dewasa, istri pengacara Hotma Sitompoel ini tak langsung ikut mengoleksi cangkir-cangkir teh cantik. Ia sempat berkecimpung di dunia lukis terlebih dahulu. Setelah berkenalan dengan lukisan, Desiree menjadi lebih peka dengan motif-motif. Ia pun teringat kembali keindahan motif-motif yang ada di cangkir porselen koleksi orangtuanya itu. Karena cangkir-cangkir itu dilukis dengan tangan, ia pun semakin terpikat.

Wanita yang akrab disapa Desi ini pertama kali membeli cangkir teh sendiri di sebuah pasar barang antik di London, Inggris, pada tahun 2006. Cangkir bermerek Wileman Foley itu adalah produk tahun 1800-an. Wileman Foley adalah perusahaan porselen asal Inggris yang kemudian menjadi cikal bakal perusahaan besar lain, seperti Shelley, Royal Doulton, dan Royal Albert. Ia lantas ketagihan membeli cangkir-cangkir teh antik. Ketika bepergian ke luar negeri, ia selalu menyempatkan mengunjungi pasar antik untuk mencari cangkir. Desi mengakui, proses pengemasan cangkir untuk dibawa dalam perjalanan cukup rumit. Tak jarang ia merasa kapok karena kerepotan itu. Tetapi, karena sudah ketagihan, kerepotan itu kemudian ia lupakan. Bahkan sekarang, kalau sedang pergi ke mana pun, ia sudah tidak tertarik lagi melihat barang-barang seperti baju atau tas. Tapi bila diajak ke pasar antik untuk mencari cangkir, Desi langsung semangat.


Kini jumlah koleksi Desi sudah lebih dari seribuan cangkir antik. Berbagai koleksi cangkir dari berbagai belahan dunia itu kini terpajang indah di lemari kaca rumahnya. Beberapa koleksi cangkir yang ia miliki lebih dari satu kemudian ia jual. Berawal dari sana, ia kemudian membuka toko sendiri. Tak hanya itu, pada tahun 2015 lalu, ia juga sudah menulis buku tentang cangkir teh berjudul Sophisteacation untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kerap disampaikan kepadanya. Desi mengaku senang mengoleksi cangkir teh, terutama yang antik. Ia menjelaskan, ada perbedaan produksi cangkir tahun 1800-an hingga awal 1900-an. Cangkir-cangkir antik itu lebih tipis dan ringan. Sementara, produk saat ini semakin berat dan lebih tahan banting.

Selain Desi, Pingkan Rizkiarto juga mengoleksi cangkir-cangkir teh karena tertarik dengan bentuk, warna, dan motif cantiknya. Menurut Pingkan, cangkir teh yang terbuat dari bahan porselen bone china itu lebih berkilau dari porselen biasa. Hal itu disebabkan terdapat abu tulang sapi dalam bahan bakunya. Cangkir teh biasanya dikelompokkan dengan istilah duo, trio, dan quatro. Duo adalah paket cangkir beserta tatakannya. Trio adalah paket duo ditambah dengan piring biskuit. Sementara quatro, adalah trio ditambah dengan satu piring biskuit ukuran besar. Sementara koleksi cangkir teh lengkap dengan ceret disebut dengan tea set. Bila cangkir biasa dijual lusinan, tapi cangkir untuk koleksi ini dijual secara satuan.


Desi mengaku kerap berburu cangkir ke berbagai belahan dunia. Bila sedang traveling, ia pun selalu mencari lokasi yang terdapat pasar antiknya. Meski begitu, Inggris masih menjadi idolanya dalam mencari cangkir-cangkir antik. Desi bahkan pernah mencari cangkir hingga ke pedesaan Inggris. Menurut Desi, Inggris menjadi negara terdepan dalam produksi cangkir teh karena didukung kebudayaan minum teh di negara tersebut. Meski begitu, kini banyak pula negara yang mulai memopulerkan cangkir teh khas. Indonesia salah satunya. Jenggala, adalah produsen cangkir asal Indonesia yang cukup terkenal dan sudah mengekspor produk ke luar negeri.

Sementara, Pingkan lebih suka mengoleksi cangkir bermerek Royal Albert karena cenderung mudah didapatkan. Kini perusahaan cangkir asal Inggris itu sudah memiliki pabrik di Indonesia. Pingkan kini sudah memiliki 60 cangkir dengan seri yang berbeda-beda. Sekitar empat cangkir dari total koleksinya adalah cangkir Royal Albert antik produksi tahun 1920-an.


Desi mengatakan, harga cangkir teh kini melambung tinggi seiring dengan banyaknya permintaan dari kolektor di seluruh dunia. Ia menceritakan, ketika dahulu mendapatkan cangkir Wileman Foley produksi 1800-an, harganya masih dibawah 10 dolar AS. Karena saat itu, memang belum banyak orang yang keranjingan dengan cangkir teh. Tapi sekarang harganya jadi meningkat drastis. Satu cangkir teh bahkan bisa mencapai harga ratusan juta. Desi mengaku, tidak ada patokan untuk harga cangkir antik yang akan dibelinya. Terkadang ia bisa mendapatkan harga mahal, tapi sesekali bisa juga murah. Menurutnya, semua itu sifatnya untung-untungan, karena orang yang menjual barang antik menerapkan harga sesuka hati. Harga suatu cangkir bisa meningkat karena didukung faktor kelangkaan, merek, dan usia.

Jika berburu cangkir di luar negeri, Desi mengingatkan untuk memastikan pengemasan yang aman. Cangkir perlu dibungkus dengan bubble wrap dan ditempatkan dalam kotak tebal sehingga meminimalkan kemungkina pecah atau ada bagian yang patah. Begitu juga ketika membeli cangkir melalui jual beli online. Pembeli harus mengingatkan penjual untuk membungkus cangkir dengan baik. Desi mengakui, dari total pengalamannya bertransaksi, sekitar lima persen cangkir pernah pecah. Ia mengatakan, meski penjual berasal dari Eropa, bukan jaminan mereka paham cara membungkus yang baik. Jadi, kita sebagai pembeli memang harus bawel kepada penjual. Namun, Desi menambahkan, biasanya mereka cukup bertanggung jawab dan akan mengganti barang yang rusak, apalagi kalau sudah diingatkan untuk mengemas barang dengan baik.


Pingkan mengatakan, ada beberapa merek yang menjual cangkir second grade dengan harga lebih murah dari aslinya. Cangkir tersebut adalah cangkir yang tidak lolos uji kualitas, tapi masih bisa dijual. Walaupun ada cacatnya, tapi tidak kasat mata. Biasanya yang second grade itu akan ditandai dengan mencoret cap di bagian bawah cangkir. Cangkir-cangkir teh cantik itu sering kali dimanfaatkan sebagai pajangan. Untuk menjaga kilaunya, kata Pingkan, tidak perlu ada perawatan rutin. Menurutnya, cangkir-cangkir itu minimal sebulan sekali perlu dicuci agar tidak berdebu. Ia juga menyarankan, simpan cangkir di lokasi yang aman dari jangkauan anak-anak.

Serupa dengan pingkan, Desi pun menyarankan untuk menyimpang cangkir di lemari tertutup untuk menghindari debu. Cangkir yang digunakan untuk minum teh juga perlu dicuci agar noda tidak menempel. Kalau ada noda yang tak bisa dicuci, ia menyarankan untuk menggunakan penghilang noda cangkir yang dijual di pasaran. Menurut Desi, megoleksi cangkir adalah bentuk kesenangan yang tidak bisa diukur dengan harga. Selama masih terjangkau, mengoleksi cangkir bisa jadi kegiatan yang menyenangkan. Karena cangkirnya antik, maka minum tehnya pun juga jadi lebih enak.




Komentar