RAGAM : KISAH PEREMPUAN PEMBATIK DI TUBAN


Tuban, Jawa Timur, sejak lama dikenal sebagai salah satu daerah penghasil batik. Namun, selama ini kehidupan ekonomi para pembatik yang ada di desa-desa di Tuban sangat pas-pasan. Mereka hanya dibayar sangat murah dan tidak ada transfer ilmu dari para pengusaha batik tempat mereka bekerja, sehingga mereka tidak punya bekal pengetahuan untuk mandiri. Untuk mengurai persoalan ini, LSM Koalisi Perempuan Ronggolawe (KPR) membuat pelatihan membatik dari proses awal sampai akhir, bahkan kelak sampai proses memasarkan.

Pelatihan membatik ini memang sangat potensial, mengingat Tuban sudah memiliki brand di dunia perbatikan, sehingga kesempatan untuk berkembang terbuka luas. Selain itu, sumber daya manusia di Tuban juga sangat banyak, mengingat Tuban adalah sentra batik, sehingga para perempuan di sana sudah familiar. Dengan pengetahuan yang cukup, mereka diharapkan bisa mandiri dan meningkatkan taraf ekonomi. Yang tak kalah penting, Tuban memiliki kekayaan alam melimpah untuk membuat batik dengan pewarna alami yang sekarang memang sedang tren. Jadi, tak perlu membeli pewarna kimia yang mahal, sebab di sekitar rumah sudah banyak tanaman yang bisa dipakai sebagai pewarna alami.

Dan kini, di beberapa desa di Tuban, puluhan ibu rumah tangga telah mendapat pelatihan membatik hingga ke proses pemasaran. Selain untuk mengisi waktu senggang usai berladang, juga untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Pemandangan seperti itu salah satunya bisa dilihat di Desa Gaji, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban. Para perempuan di desa yang terletak sekitar 40 km dari jantung kota Tuban itu setiap hari mendapatkan pelatihan membatik dari KPR. Kegiatan tersebut sudah berlangsung sejak tahun 2012 lalu.

Dengan adanya kegiatan tersebut, aktivitas sehari-hari warga di desa ini pun jadi lebih berwarna. Dulu, sebelum ada kegiatan membatik, pekerjaan sehari-hari para ibu atau remaja putri desa setempat hanyalah mengasuh anak atau ke ladang untuk menanam jagung, menyabit rumput, beternak, atau bersih-bersih di ladang. Memang, selain meladang, sekali-kali ada juga yang ikut bekerja pada seorang produsen batik di desa. Namun, pekerjaan yang dilakukan saat itu hanya nembok atau melebur malam di bagian-bagian tertentu pada kain batik. Atau ada juga yang tugasnya hanya mewarnai sampai bertahun-tahun. Mereka tidak tahu teknik lainnya. Padahal, supaya bisa menjadi selembar kain batik yang utuh, prosesnya banyak dan butuh belajar. Mereka pun mendapat bayaran yang murah dari pekerjaan itu, satu lembar kain yang dikerjakan hanya dibayar Rp 5000.


Karena itulah, mereka sangat bersyukur ketika relawan dari KPR masuk ke desanya dan menawarkan pelatihan sekaligus menyediakan berbagai kebutuhan untuk membatik, mulai dari malam, kompor, wajan, canting, sampai kain sebagai bahannya. Mereka pun langsung bersedia, karena ini merupakan ilmu baru yang bisa jadi modal untuk ke depannya. Walaupun dalam proses belajar membatik itu butuh ketelatenan dan ketekunan. Bagian yang tersulit adalah membuat desain, yakni ketika kain batik masih berupa kain mori putih polos dan kemudian harus digambar sesuai rencana. Baru setelah menjadi gambar, tinggal pembatik menutup bagian desain atau gambar tersebut dengan canting yang diisi bahan malam cair.

Persoalannya adalah, mereka cukup merasa kesulitan untuk menggambar, mengingat sudah puluhan tahun tidak pernah memegang pensil. Wajar saja, jika pertama kali menggambar, hasilnya masih tidak karu-karuan, karena sehari-hari mereka biasa membawa sabit untuk merumput. Kendati demikian, mereka tidak putus asa. Di sela-sela belajar yang jadwalnya ditentukan seminggu tiga kali itu, setiap harinya di rumah mereka belajar mencoret-coret di atas kertas kosong agar tangan bisa luwes kembali memegang pensil. 

Untuk memunculkan imajinasi membuat motif gambar, oleh pendamping sekaligus instrusktur dari KPR, mereka diajak berjalan-jalan ke ladang. Di sana, mereka diminta melihat apa saja yang ada di alam sekitar yang sekiranya menarik. Setelah tertarik pada satu obyek, lantas diminta untuk menjadikannya model atau desain gambar pada lembaran kain batik. Kalau senang pada satu jenis daun, maka mereka diminta menuangkannya dalam bentuk gambar di kain. Begitu juga kalau tertarik pada burung, bisa langsung dijadikan model untuk batik. Walau harus melalui proses yang panjang, namun mereka sangat gembira ketika sudah berhasil membuat batik sendiri.

Bahkan kini, mereka juga mendapat pelajaran tambahan membuat batik cap. Sebagai orang baru yang terjun di dunia batik, tentu mereka tidak bisa secekatan atau kalah cepat dibandingkan perajin yang sudah lama. Karena itulah, agar tidak keteteran dan bisa segera menghasilkan karya, mereka mulai diajari membuat batik cap. Batik cap secara bahan dan hasilnya sebenarnya sama. Hanya saja, para perajin tidak perlu membuat desain atau gambar, karena semua diganti dengan cap yang sudah ada cetakan desainnya. Jadi, sekarang kalau ada pesanan batik dalam jumlah bantak, mereka bisa cepat melayaninya.

Untuk pewarnaan, mereka juga tidak kesulitan dan tak perlu mengeluarkan biaya tambahan karena memanfaatkan berbagai tumbuhan liar yang ada di sekitar rumah mereka sebagai pewarna alami. Seperti kulit tanaman jolowawe, mauni, jaranan, bahkan daun jambu monyet. Meski saat ini, hasil karya batik mereka belum begitu banyak pembelinya, namun pengetahuan yang mereka miliki bisa dijadikan modal untuk ke depannya. Hasil dari membatik tersebut kadang dijual langsung atau dititipkan di KPR untuk dijual di luar. 

Saat ini, selembar kain batik yang mereka hasilkan minimal laku seharga Rp 200 ribu, sementara jika coraknya lebih rumit bisa laku Rp 400 ribu per lembar. Tentu bagi mereka itu hasil yang lumayan, apalagi pekerjaan itu bisa dilakukan di sela-sela meladang, serta menyelesaikan pekerjaan di rumah. Mereka pun yakin, bila nanti  sudah lancar membatik, penghasilan mereka tentu akan lebih besar dibanding ketika menerima borongan pekerjaan seperti dulu. 

Komentar

  1. SAMBAL ROA JUDES adalah salah satu sambal dengan citarasa terbaik di Indonesia. Kehebatan rasa sambal ini pun bahkan sudah melanglang dunia karena digemari pula oleh masyarakat luar negeri. Terbuat dari bahan-bahan berkualitas dengan bahan utama ikan Roa yang khusus didatangkan dari Manado, Sulawesi Utara. Sambal siap saji ini dibuat dengan kemasan food grade (135 gram), tahan lama, cocok untuk teman bepergian atau oleh-oleh. Nikmat disantap dengan jenis lauk apa pun, yang pastinya akan menambah nafsu selera makan anda. Pemesanan Sambal ROA JUDES untuk wilayah Jakarta, hubungi Delivery SAMBAL ROA JUDES, melalui sms/whats app 085695138867. atau BBM 5F3EF4E3

    BalasHapus
  2. PROMO BAGI MODAL 10 RIBU UNTUK KALIAN SEMUA HANYA DI S1288POKERHOKI KAMU ADA DISINI BURUAN !!!

    BalasHapus

Posting Komentar