PEREMPUAN DAN KISAH : HARLIA HASYIM, Ibu Rumah Tangga Yang Jago Buat Komik




Panel-panel gambar itu begitu menarik. Seorang ibu muda dengan perut buncit, tengah menantikan kelahiran anak pertamanya. Ketika ia hamil tua, ia bahagia sang suami menunggu dengan penuh cinta. Sampai akhirnya putra pertama lahir sehat. Itulah bagian kisah komik yang digarap oleh Harlia Hasyim, pekomik kelahiran Jakarta yang kini tinggal di Bandung. Komik ini salah satu komik pendek dalam kompilasi Momomics, Curhatan Emak Emak dalam Komik 2, dalam tajuk 9 Bulan Menanti Keajaiban. Ini merupakan komik kedua karya Harlia bersama pekomik emak-emak lainnya. Di komik ini, mereka menceritakan pengalaman saat melahirkan. Di komik sebelumnya, mereka bercerita tentang anak-anak. Sebelum membuat komik, mereka sering saling curhat yang kemudian keterusan menjadi curhat dalam komik.

Ibu dua anak ini memang suka ngomik (membuat komik) sejak masih kuliah. Dari dulu, ia tidak ingin kerja kantoran. Ia membayangkan rasanya asyik saja kalau bekerja membuat komik yang bisa dikerjakan dari rumah. Harlia yang memang pada dasarnya suka komik ini pun bersyukur mendapatkan jalannya. Minat pertamanya pada komik datang saat ia masih kecil ketika berkenalan dengan komik Tintin. Setelah pulang sekolah, ia suka membuat komik dengan corat-coret di buku tulis.



Ia mulai larut membuat komik ketika bersama kawan-kawannya di Sastra UI (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) membuat event di kampus yang bernama Pekan Komik Nasional (PKN) tahun 1997. Awalnya, di kampus Harlia bertemu dengan teman-teman yang sama-sama menyukai komik, bahkan mereka sempat berencana membuat komik bersama. Lalu mereka mendengar ada studio QN di Bandung yang biasa membuat komik. Setelah sempat main ke sana, mereka pun jadi sadar, ternyata industri komik belum ada lagi di Indonesia. Sepulangnya dari Bandung itulah, mereka merancang acara komik dengan harapan bakal lebih banyak lagi yang mau ikut membuat komik. Harapannya secara pelan-pelan industri komik di Indonesia bisa terbentuk kembali.

Di acara itu, Harlia dan teman-temannya membentuk MKI (Masyarakat Komik Indonesia) pada 15 Maret 1997 yang diketuai Wahyu Sugianto. Di situ mereka mengumpulkan orang-orang yang peduli terhadap komik. Mereka yang terlibat semuanya adalah mahasiswa D3 UI, plus satu teman dari Seni Rupa, ITB. Saat itu kebanyakan mereka lebih sering membuat komik foto kopian.

Sekitar dua tahun menjadi pengurus di MKI, Harlia kemudian berganti jalur dengan bergabung pada studio Komik Karpet Biru (Kokabi). Di situ ia jadi lebih sering membuat komik, dan terlibat mulai dari membuat cerita, menggambar, edit, letter, lay out, produksi sampai menjual komiknya. Dulu gerakan mereka masih bersifat indie atau komik foto kopian. Salah satunya membuat komik Masa Indah Ceria. Kokabi terbit secara berkala, di kala pembuatnya sempat dan mempunyai waktu luang untuk mengerjakan.

Kokabi terbit sampai volume 12. Selain itu mereka juga menerbitkannya secara online. Bisa dibilang, dulu kegiatan membuat komik hanya untuk bersenang-senang, sekedar menyalurkan hobi. Waktu itu juga belum banyak orang yang membuat komik, jadi hubungan antara satu studio dengan yang lain sangat akrab. Bila pekomik asal Jakarta mengikuti acara di Bandung, pasti mereka menginap di studio milik kawan yang ada di sana. Demikian pula ketika mengikuti pameran, misalnya ketika satu kelompok sudah selesai men-display, mereka akan ikut membantu teman-teman yang belum kelar.

Bersama teman dari studio lain, mereka juga pernah membuat kompilasi komik bersama tiga studio. Dan kalau boleh dibilang, saat itu Kokabi termasuk studio komik yang banyak mengeluarkan komik di masa itu. Dari situ, pernah pula mereka mendapat beberapa proyek komersial, yaitu membuat ilustrasi. Misalnya saja pada buklet yang menjelaskan tentang saham. Pernah juga mendapat order untuk membuat cover majalah internal perusahaan. Kemudian bersama rekannya, Dyotami Febriani, Harlia juga pernah ikut terlibat dalam kompilasi komik Sibuk Fesbuk dan Ngabuburit. Di komik itu, Dyo yang bertugas menggambar, sementara Harlia yang membuat cerita dan stoy board-nya.

Harlia sempat absen ngomik setelah menikah dengan Imansyah Lubis tahun 2001 dan diboyong ke Batam. Ia bergeser dengan menjadi penulis buku cerita anak. Setelah tujuh tahun tinggal di Batam dan dikaruniai dua anak lelaki, Harlia lalu pindah ke Bandung. Sang suami yang juga pemerhati komik saat itu mendapat tawaran menjadi dosen di Universitas Telkom, Bandung. Dan sekarang setelah anak-anaknya sudah besar, Harlia pun mulai membuat komik lagi. Bersama ibu-ibu lain yang juga suka komik dan kartun, Harlia ingin terus membuat komik. Menariknya, di sini mereka bisa curhat lewat komik, dan mencari satu tema untuk terbitan berikutnya.



Harlia menambahkan, suaminya yang juga dikenal sebagai pemerhati komik, juga sering memberikan masukan atas karyanya. Tidak hanya sekedar mengkritik, bahkan menurut Harlia suaminya cenderung ‘kejam’ dengan tidak rahu-ragu mengatakan karyanya jelek kalau memang kurang bagus, sampai-sampai sering membuatnya menangis. Namun, lepas dari semua itu Harlia senang, sekarang komik Indonesia terus menggeliat. Dan ia pun ingin terus ikut meramaikannya.   

Komentar