Suatu hari di Jakarta Gems Center (JGC), Rawa Bening, kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, suasana begitu ramai. Di lantai 1 ratusan orang memenuhi lapak dan kios yang menjajakan batu mulia. Pengunjung baik laki-laki dan perempuan, melihat dan memilih batu-batu mulia yang dijajakan. Ada batu-batuan yang masih belum ‘dirias’ tapi ada juga yang sudah siap pakai berupa perhiasan cincin. Begitulah suasana mal yang diberni nama JGC ini kalau pada hari Sabtu-Minggu, atau hari libur. Banyaknya pengunjung yang datang membuat suasana jadi penuh sesak. Hampir semua lapak dan kios laris dikerumuni orang. Bahkan antar pedagang pun tidak bisa saling mengobrol.
JGC bisa
dibilang sebagai pusat batu mulia terbesar di Jakarta, bakan mungkin terbesar
juga di Indonesia. Bayangkan saja, di sini ada lebih dari 1000 pedagang batu
mulia. Selain itu, untuk urusan batu mulia, ibarat dari hulu sampai hilir ada
di sini. Di sana memang ada semacam ‘pembagian tugas’. Ada pedagang batu mulia,
ada yang khusus jualan wadah batu itu, ada spesialis memotong bebatuan, sampai
yang khusus tukang gosok agar batu tampil kemilau. Itu masih ditambah lagi
pedagang pasar yang mencari batu mulia di tempat ini, untuk dijual lagi di
luar. Jumlahnya bisa dua kali lipat pedagang di dalam JGC.
Kesukaan masyarakat
pada batu mulia, semakin meningkat dari tahun ke tahun. Sekarang, laki-laki dan
perempuan yang menggemari batu mulia jumlahnya sudah sebanding. Karena banyak
pula batu mulia yang dipakai untuk perhiasan. Bahkan, sudah banyak pula kaum
remaja yang menyukai batu mulia.
JGC Rawa
Bening dengan luas bangunan 10.866 meter persegi itu terbagi atas tiga lantai
dan satu semi basement. Diresmikan
penggunaannya Mei 2010 oleh Fauzi Bowo, Gubernur DKI Jakarta pada masa itu. JGC
mampu menampung seribu lebih pedagang. Tapi dari tahun ke tahun, jumlah
pedagang meningkat tajam, seiring dengan semakin digemarinya batu mulia. Pengunjung
juga terus meningkat. Hingga, meski ruangan sudah ber-AC, bisa terasa gerah
karena saking banyaknya pengunjung yang datang.
Untuk urusan
batu mulia, JGC memang terbilang lengkap. Hampir semua batu mulia dari berbagai
negara tersedia. Misalnya saja batu safir dari Srilangka yang oleh pedagang
batu lebih populer dengan nama Sailon. Keberadaan batu ini konon ada
sejarahnya. Pada zaman dulu, untuk menunaikan ibadah haji perlu waktu
berbulan-bulan karena perjalanan masih menggunakan kapal laut. Dan Srilangka
adalah salah satu tempat persinggahannya. Saat itu, banyak pedagang yang
menawarkan batu mulia ke dalam kapal. Selanjutnya, batu zamrud masuk dari
Kolombia. Disusul bebatuan dari Afrika.
Sekian lama
batu impor mendominasi pasar batu mulia di tempat ini. Kadar kekerasan batu
memang bagus. Secara kualitas batu impor memang lebih baik dari batu lokal.
Namun, sejak tahun 2012, batu lokal mulai mendominasi. Ada jenis Bacan dari
Pulau Bacan, Maluku, Sungai Dareh dari Sumatera Barat, giok Aceh, Kalimaya
Banten, dan banyak lagi batu-batuan dari Garut. Kelebihan batu lokal terletak
pada corak dan warnanya. Ketika diterawang lebih dekat, ada guratan menjadi
semacam gambar. Kalau gambarnya unik, harganya bisa jadi mahal. Pernah ada batu
dengan gurat gambar seperti kepala singa, harganya bisa sampai ratusan juta rupiah.
Batu lokal juga bisa menimbulkan semacam perasaan emosional. Ketika orang sudah
suka, harga sudah tidak menjadi masalah. Dalam hal ini, sudah tidak ada
urusannya dengan kadar kekerasan batu mulia.
Sebenarnya
pada pedagang di sini menjual batu mulia dari harga puluhan ribu sampai
maksimal Rp 10 juta. Tapi bila suatu saat bisa mendapatkan batu yang bagus, ada
pembeli yang bersedia membelinya dengan harga lebih mahal, bahkan bisa sampai
10 kali lipat. Dan hampir semua pedagang pernah memiliki pengalaman seperti
itu. Biasanya pembeli dari golongan pengusaha, tidak mau membeli langsung di
tempat ini, karena mungkin tempatnya yang kurang nyaman. Dan pedagang di sini
pun menyanggupi bila ada calon pembeli yang ingin bertransaski di luar dengan
terlebih dulu membuat janji. Dari berjualan batu mulia di tempat ini, pedagang
pun bisa hidup cukup sejahtera.
Keramaian
pasar batu mulia ini memang tak pernah surut. Bahkan ketika masa krisis datang
di tahun 1998, pedagang batu mulia justru tampak makmur. Karena pada saat
krisis, banyak orang yang meninggalkan emas dan beralih ke batu mulia. Apalagi
harga batu mulia sangat beragam. Orang bisa membelinya dengan harga yang lebih
murah dari emas, dan tetap bisa tampil cantik dan gaya.
Darto, adalah
salah pedagang batu mulia di JGC yang sudah mulai bersentuhan dengan batu mulia
sejak tahun 90-an. Kala itu, ia hanya ikut-ikutan ayahnya yang berjualan batu
mulia di sana. Namun kala itu berjualannya masih di emperan. Dulu bangunan JGC
memang masih pasar biasa milik PD Pasar Jaya yang masih sepi. Tapi lama
kelamaan, semakin banyak yang berjualan batu mulia di sana. Berawal dari
berjualan di halaman pasar, lama kelamaan pedagang pun diminta masuk ke dalam
pasar. Selanjutnya, pasar diremajakan dan dibuat khusus untuk pasar batu mulia.
Tiap tahun, pedagang pun makin bertambah sampai sekarang sudah terlalu padat.
Pengunjung JGC
datang dari berbagai kalangan. Bahkan banyak pula pembeli yang datang dari luar
kota. Bahkan, sekarang JGC menjadi tempat tujuan wisata belanja perhiasan. Maka
turis asing pun juga banyak yang datang ke sini. Darto sendiri menjual aneka
jenis batu, termasuk batu imitasi untuk aksesori. Sekitar 2011, pasar aksesori
pernah booming, dan banyak pembuat
aksesori yang mengambil batu-batunya dari sini.
Di lantai dua
JGC, ada Joy, yang membuka toko perhiasan berlian dan batu mulia. Ragamnya juga
beraneka seperti jenis kecubung, alexander, berlian. Menurut Joy, rata-rata
yang datang ke tempatnya, butuh batu untuk perhiasan. Baik untuk kalung,
gelang, atau cincin. Mereka pun bisa memilih jenis berlian atau batu mulia yang
diinginkan. Bahkan bila mau, Joy bisa membantu mendesainkan bentuknya. Selama ini
ia memang juga banyak mendesain perhiasan. Kebetulan ia mempunyai semacam buku
katalog beragam desain perhiasan.
Perempuan asal
Sumaterua Utara yang sudah berjualan di tempat ini sejak lebih dari 20 tahun
lalu ini mengaku punya pelanggan dari kalangan selebriti dan para pengacara. Ia
memang membidik pasar untuk semua kalangan. Ada batu mulia yang ia jual seharga
Rp 500.000, dan ada juga yang mencapai puluhan juta. Namun untuk yang baru
mulai menggemari batu mulia, umumnya mereka membeli yang harganya puluhan ribu
saja. Biasanya mereka juga ingin mengoleksi janis batu-batuan yang lain. Itulah
yang menyebabkan pasar batu mulia semakin meningkat. Keindahan dari sebuah batu
mulia memang bisa menjadikan kehidupan rata-rata pedagangnya juga ikut indah.
Komentar
Posting Komentar