Sejak 1998, Alam Syah hanya berjualan ikan untuk diekspor dan memasok restoran-restoran di pinggir Pantai Purus, Padang. Kebanyakan, ikan yang dipasok adalah ikan karang. Namun, sejak 2009 Alam tak lagi mengeskpor ikannya lantaran ketatnya persaingan. Di sisi lain, ia melihat peluang ketika mengetahui banyak pengunjung restoran-restoran di pinggir pantai yang mengeluhkan mahalnya harga ikan yang mereka santap. Meski tak punya latar belakang di bidang kuliner, tahun itu juga pria yang akrab disapa Guru ini nekat membuka rumah makan khusus ikan bakar dan seafood di Pantai Purus, yang letaknya persis di pinggir Jalan Samudera Purus, Kecamatan Padang Barat. Guru memutuskan membuka rumah makannya di sana dengan alasan untuk mengurangi pengangguran di wilayah tersebut, sekaligus menjadikan jalanan yang sejajar dengan garis pantai itu tak lagi gelap.
Kalau lampu di
sepanjang jalan itu terang, tentu saja bisa mengurangi kriminalitas. Dulu,
memang banyak orang yang takut melewati jalan itu. Selain itu, jalanan yang
terang juga membuat tak ada lagi orang yang berani buang hajat di pinggir
pantai. Kebersihan daerah pantai itu pun jadi lebih terjaga. Karena Pantai
Purus termasuk tempat wisata, maka akan lebih baik bila ada tempat yang
menyediakan makanan, agar pengunjungnya tidak susah bila mau mencari makan.
Ternyata, menu di rumah makan yang ia buka kecil-kecilan itu banyak disukai
pembeli, sehingga usahanya perlahan mulai maju dan rumah makannya pun makin
besar. Ditambah lagi, dari jendela rumah makan yang terbuat dari papan kayu, pengunjung
bisa menikmati semilir angin sambil menatap ombak yang berkejaran ke bibir
pantai. Palanta Minang yang buka setiap hari pukul 10.00-22.00 didirikan persis
di pinggir pantai, di atas batu-batu karang.
Agar
pengunjung lebih nyaman dan tak merasa dijebak, Guru sengaja menuliskan harga
per porsinya di daftar menu. Untuk memuaskan pengunjung, pria yang memiliki 20
pegawai ini hanya menyediakan ikan dan seafood
segar. Ikan yang dimasak haruslah yang bagus. Karena bila tidak, bagaimana pun
bumbunya, akan membuat rasanya tetap tidak enak. Guru bersyukur, ilmunya saat
mengekspor ikan membuatnya lebih mudah mengetahui bagus tidaknya kualitas ikan.
Ikan yang ia jual di Palanta Minang antara lain kerapu yaitu kerapu bandi,
kerapu sapan atau kerapu nenas. Ada pula ikan kakap, gole-gole, capa, dan
baronang. Cumi, udang, dan ikan biasanya dibakar atau digoreng, sedangkan
kepiting dimasak dengan saus, antara lain saus padang, asam manis, dan saus
tiram.
Yang menjadi
menu andalan Palanta Minang adalah udang bakar, cumi bakar, ikan bakar, udang
dan cumi tepung, serta kepiting saus. Guru juga sengaja menuliskan harga per porsi
di daftar menu. Untuk ikan, misalnya, harga per ons mulai dari Rp 12.000, cumi
bakar Rp 25.000 per porsi, dan udang bakar Rp 40.000 per porsi. Namun, rumah
makan berkapasitas 200 orang ini juga menyediakan paket murah dengan harga Rp
15.000 untuk masyarakat dan karyawan. Selain itu ada pula menu paket yang bisa
disesuaikan dengan keinginan pembeli, sehingga mereka bisa mencoba beberapa
menu sekaligus. Pada hari biasa, pengunjungnya kebanyakan masyarakat sekitar,
tapi saat libur banyak pengunjung dari luar kota, antara lain Pekanbaru, hingga
Malaysia.
Bahkan, Susilo
Bambang Yudhoyono pun pernah bersantap di rumah makan sederhana ini semasa ia
menjabat sebagai presiden. Selain itu, para petinggi negara dan artis seperti
grup band ST 12, juga pernah merasakan lezatnya ikan bakar dan seafood Guru. Agar lebih menarik, pria
yang juga dibantu istri dan anaknya dalam mengelola usaha ini sengaja
menyediakan fasilitas live music
untuk pengunjung. Siapa pun bisa menyanyi dengan iringan musik yang telah
disediakan. Guru menjelaskan, bila hari biasa, omzet yang didapat sekitar Rp
5-6 juta per hari. Tapi bila hari libur panjang seperti Lebaran, bisa 2-4 kali
lipatnya.
Komentar
Posting Komentar