BELANJA : FIKRI KOLEKSI - Tempat Berburu Songket Palembang




Dari luar, toko Fikri Koleksi yang terletak di Jalan Kiranggo Wiro Sentiko No 500, 30 Ilir, Palembang, terlihat kecil. Beberapa manequin yang mengenakan busana songket terlihat dari luar. Pengunjung akan menjumpai deretan baju songket yang dibuat dengan mesin dan beragam souvenir yang terbuat dari songket, misalnya blongsong, gantungan kunci, tas, dompet, topi, kipas, dan sebagainya. Namun, begitu masuk ke dalam, barulah pengunjung akan menyadari bahwa toko ini sangat luas dan memanjang ke belakang.

Toko yang berdiri sejak 1997 ini pada mulanya hanya menjual kerajinan khas Palembang buatan orang lain, seperti songket, jumputan, dan souvenir kecil. Prospek yang bagus membuat Bahsen Fikri, si pemilik toko, memutuskan memproduksi songket sendiri. Usaha yang makin maju membuat Fikri kemudian membeli lahan secara bertahap di bagian belakang dan samping tokonya. Penenun songketnya pun kini sudah lebih dari 30 orang. Meski demikian, Fikri Koleksi juga membantu para pengrajin yang menitipkan produknya di toko tersebut. Mereka juga memiliki sekitar 20 pengrajin tenun binaan di Desa Tanjung Lago, Kabupaten Musi Banyuasin. Total pegawai Fikri Koleksi saat ini sekitar 40 orang, mayoritas tinggal di mess di bagian belakang toko. Mayoritas pegawainya adalah perempuan dan anak putus sekolah.


Motif songket Fikri Koleksi bermacam-macam, semuanya merupakan sebagian dari ratusan motif songket yang sudah berkembang sejak zaman Kerajaan Sriwijaya, tapi dikombinasikan. Misalnya motif Bunga Cina, Bintang Berantai, Limar, dan sebagainya. Pembuatan songket Fikri Koleksi menggunakan bahan baku berkualitas bagus, sehingga menghasilkan songket yang bagus pula. Harganya bervariasi, mulai dari Rp 1,8 juta – Rp 50 juta. Yang harganya Rp 50 juta merupakan kain songket yang usianya sudah lebih dari seratus tahun. Harga memang dipengaruhi beberapa faktor, antara lain history atau sejarah dan bahan bakunya, termasuk benang sutera dan benang emas. Benang emas yang paling mahal adalah benang emas jantung, yang kini tak lagi diproduksi. Konon, benang emas jantung memang menggunakan emas dan biasanya diimpor dari luar negeri. Harga per lembar songket yang menggunakan benang emas jantung berkisar antara Rp 10 juta – Rp 30 juta.

Yang juga mempengaruhi harga adalah proses pembuatannya. Pembuatan songket sendiri memakan waktu sekitar tiga bulan, dimulai dari pencucian dan pewarnaan benang, pembuatan motif, hingga menenun. Masing-masing dikerjakan oleh orang yang berbeda. Kendala yang dihadapi saat ini adalah pemasaran. Sepinya kegiatan di Palembang otomatis membuat kerajinan songket ikut sepi pembeli. Orang Palembang biasanya mengenakan songket untuk acara pernikahan keluarga dekat. Sementara, orang Medan menggunakan songket untuk berbagai acara, termasuk kematian, pernikahan, arisan, dan pesta lainnya. Pada zaman dulu, songket merupakan souvenir bagi tamu-tamu kerajaan. Tidak untuk diperjualbelikan. Yang mengerjakan pun orang-orang khusus seperti permaisuri dan dayang-dayangnya, tidak boleh sembarang orang.


Fikri Koleksi sendiri, selain menyediakan kain dan selendang, juga menyediakan baju untuk perempuan dan laki-laki, baik dewasa maupun anak-anak. Sekarang memang mulai banyak kain songket yang dibuat dengan mesin atau kain print bermotif songket, sehingga harganya lebih terjangkau. Harga baju yang terbuat dari songket asli rata-rata di atas Rp 1 juta, sedangkan yang dibuat dengan mesin harganya sekitar Rp 85.000. Pembeli songket di Fikri Koleksi tak hanya wisatawan lokal, tapi juga turis mancanegara. Publik figur seperti Tantowi Yahya, Ustaz Maulana, bahkan Megawati pernah membeli songket di Fikri Koleksi. Pemilik toko ini pun berharap Palembang kembali semarak oleh berbagai kegiatan, sehingga pembeli kembali membanjiri toko.

Komentar