SUMATERA SELATAN DAN PROGRAM PEMANDIRIAN KAUM PEREMPUAN




Selain dikenal sebagai penghasil tenun songket dan pempek, propinsi Sumatera Selatan juga memiliki beragam potensi dan program unggulan yang tak hanya menjadi andalan, melainkan juga memandirikan kaum perempuan. Ibarat gadis remaja, Sumatera Selatan kini memang tengah bersolek. Propinsi yang dipimpin Gubernur Alex Noerdin ini memang tak ingin ketinggalan dari daerah lain, termasuk dalam program-program untuk perempuan. Eliza Alex Noerdin, sang istri Gubernur, yang menjadi Ketua Tim Penggerak PKK tingkat propinsi, telah menyiapkan sejumlah program untuk dijalankan tahun ini.

Program-program tersebut antara lain menjalankan program PKK Pusat berupa tes kanker serviks untuk perempuan. Tes ini merupakan bagian dari Program Nasional Gerakan Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker para Perempuan Indonesia 2015-2019 yang dicanangkan Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE). Eliza juga bertugas memastikan program tersebut dan program lainnya yang dijalankan setiap kelompok kerja (pokja) Tim Penggerak PKK mulai dari tingkat provinsi sampai ke tingkat paling bawah bisa berjalan dengan baik dan sesuai harapan. Oleh karenanya, tak jarang ia turun langsung ke lapangan untuk mengeceknya. Selain itu, sebagai Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) tingkat provinsi, Eliza juga menciptakan ide untuk menyatukan program PKK dengan program Dekranas yang menitikberatkan pada program di mana kaum perempuan ikut aktif dalam membantu menambah pendapatan keluarga, sehingga mereka bisa meringankan beban hidup keluarganya.


Pelatihan kemandirian dan bantuan alat sudah dilaksanakan pada beberapa pokja yang ada di beberapa wilayah. Misalnya, di kampung songket di Ogan Ilir dan di wilayah Musi Banyuasin, dengan harapan para pengrajin songket yang pada umumnya adalah kaum perempuan bisa lebih maju. Di samping itu, diharapkan kerajinan tenun songket itu sendiri tidak ditinggalkan oleh generasi selanjutnya. Untuk menunjukkan keseriusannya, pihak PKK dan Dekranas seringkali mensponsori beberapa pameran di berbagai wilayah di luar Sumatera Selatan. Dengan demikian, para perempuan ini bisa ikut memamerkan hasil kerajinan mereka seperti songket, kerajinan logam, maupun kerajinan tangan lainnya yang ada di beberapa wilayah Sumatera Selatan.

Selain itu, tim penggerak PKK bersama Dekranas menggagas ide untuk sedikit mengubah pemikiran bahwa kain songket tak hanya bisa digunakan untuk acara sakral kebudayaan semata, melainkan juga bisa dirancang sebagai bahan fashion yang menarik. Tentu saja, selama hal itu tidak melenceng dari pakem motif songket yang ditenunnya. Dengan demikian, songket bisa mencakup pasar yang lebih luas lagi dan tidak terbatas pemakaiannya. Kini, tim penggerak PKK memiliki keinginan untuk membuat bengkel kerja atau workshop khusus, agar para turis baik domestik maupun luar negeri bisa melihat langsung pembuatan songket dan kuliner khas Sumatera Selatan.


Contoh lain, pada 2012 lalu Eliza mengembangkan sebuah desa model, semacam desa percontohan di Desa Talang Kramat, Kabupaten Musi Banyuasin. Di desa percontohan ini, para perempuan diajari untuk mandiri dengan beternak dan bertani. Hasilnya dimaksudkan untuk konsumsi sendiri. Namun, jika hasilnya berlimpah, juga bisa dijual sehingga menambah pendapatan. Untuk mendukung kelancaran program ini, pemerintah memulainya dengan melakukan pengaspalan sejauh 1,4 km jalan menuju desa tersebut. Tujuannya untuk memudahkan pengangkutan hasil ternak dan kebun untuk bisa dipasarkan keluar wilayah tersebut, karena sebelumnya akses keluar masuk Talang Keramat terbilang sulit. Program ini merupakan salah satu bentuk sinergi antara SKPD Dekranas dan tim penggerak PKK di pokja sebagai pelaku program pemanfaatan lahan kosong dan peternakan.

Di sisi lain, bidang di luar ekonomi pun turut menjadi perhatian, termasuk di antaranya bidang kesehatan. Dengan dinas terkait, Eliza juga mengajukan perbaikan Puskesmas yang kurang layak agar pelayanan kesehatan masyarakat bisa optimal pada wilayah yang belum terjangkau rumah sakit dan cukup jauh dari perkotaan. Untuk urusan kebersihan lingkungan, Eliza dan timnya di PKK selama ini tak henti-hentinya mengkampanyekan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). PHBS dimulai dari lingkup terkecil yaitu keluarga. Melalui kegiatan-kegiatan di beberapa pokja, program ini dijalankan antara lain berupa kampanye pembuatan jamban dan tempat sampah di sekitar lingkungan tempat tinggal. Di samping itu, ia juga selalu mengkampayekan buang sampah pada tempatnya. Dimulai dari budaya hidup sehat dalam setiap keluarga, diharapkan nantinya akan menjalar ke semua lapisan masyarakat, sehinga semuanya bisa bersama-sama menjaga kebersihan di lingkungan tempat tinggal masing-masing.


Untuk memotivasi semua pokja yang ada, diadakan lomba PHBS yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan. Pokja yang dinilai paling berhasil menerapkan PHBS akan mendapatkan dana pembinaan serta bantuan-bantuan berupa tempat sampah. Di samping lomba kebersihan, lomba makanan bergizi dengan kriteria mengurangi bahan pengawet dan penyedap seminimal mungkin juga sering diadakan, mengingat makanan khas Sumatera Selatan yaitu pempek, sudah menjadi komoditi wisata. Sehingga, ke depannya ragam makanan yang beredar di pasaran tidak beresiko terhadap penyantapannya. Selain itu, beberapa pokja tim penggerak PKK juga aktif mengedukasi masyarakat tentang penyakit talasemia, agar masyarakat bisa mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai penyait tersebut. Di sisi lain, bidang yang mendapatkan prioritas bagi pemerintah provinsi Sumatera Selatan adalah pendidikan. Untuk itu, pemerintah memiliki program khusus berupa sekolah gratis yang sudah berlangsung tujuh tahun.

Program trerbaru adalah kuliah gratis yang digulirkan pada Hari Kebangkitan Nasional 2015. Program ini mendorong pemerintah provinsi mensejajarkan kaum perempuan dalam mendapatkan kesempatan yang sama dengan pria untuk memperoleh beasiswa kuliah gratis selama bisa bersaing dalam seleksi. Kriteria yang bisa mendapatkan beasiswa adalah mereka yang diterima kuliah di perguruan tinggi, baik dalam maupun luar negeri, asal yang bersangkutan berasal dari keluarga yang benar-benar tidak mampu. Dengan serangkaian program yang difokuskan untuk perempuan ini, diharapkan kaum perempuan di Sumatera Selatan bisa fokus terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya. Keluarga tetap yang utama, tapi jangan tinggalkan tugas yang harus diemban jika mereka adalah wanita karier. Skala prioritas menjadi kunci utama supaya semua bisa berimbang.

Komentar