UMMATI : Mencari Pahala Di Tengah-Tengah Pencakar Langit



Di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, setiap Senin dan Rabu, ratusan karyawan muslim yang berkantor di berbagai perusahaan dan gedung yang ada di sana berkumpul di Masjid Jami’ Al-Istiqomah setiap pukul 12.00. Usai Sholat Dzuhur bersama, mereka akan mendengarkan ceramah dari ustadz yang sengaja diundang hingga pukul 13.00. Para karyawan itu antara lain berasal dari gedung Menara Dea, Bellagio, XL, dan sebagainya. Kegiatan pengajian itu dikelola oleh Majelis Taklim Ummati yang diketuai Agus Murdono sejak 2003. Sebelumnya, Agus sendiri pernah menjadi pengurus masjid di lingkungan tempatnya tinggal. Dari situlah, ia bisa mengenal para ustadz yang sering mengisi kajian di masjid. Mereka adalah ustadz dengan ilmu yang bagus bahkan ada yang lulusan dari Kairo, Mesir. Karena itulah, lantaran sudah memiliki patron dalam pengajian yang diadakan di masjid dekat rumahnya, saat diminta untuk menggelar pengajian di Masjid Jami’ Al-Istiqomah, ia tinggal memindahkan patron itu dan meminta uztadz-ustadz yang di kenalnya untuk memberikan kajian di sana. Pada awalnya kegiatan itu hanya dilakukan seminggu sekali.

Agus bercerita, sebenarnya di tahun 2007 ia pernah diminta sebuah perusahaan operator seluler yang berkantor di Menara Dea untuk memanfaatkan sebuah lantai kosong di sana untuk kegiatan keagamaan. Lantai yang luas itu lalu digunakan untuk Sholat Jumat para karyawan dari berbagai gedung di Mega Kuningan. Namun, tak lama, kegiatan keagamaan tak bisa lagi diadakan di sana karena lantai tersebut akan digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Akhirnya, Sholat Jumat dan pegajian digelar kembali di Masjid Jami’ Al-Istiqomah dan sejak tahun 2007 itulah Majelis Taklim Ummati didirikan. Menurut Agus, masih banyak sekali orang yang tidak mengenal Islam secara mendalam, misalnya bagaimana cara sholat, istinja (menyucikan diri dari kotoran), dan bacaan sholat yang benar. Apalagi, sibuknya pekerjaan di kantor sehari-hari membuat orang seolah lupa pada kewajibannya dalam agama. Maka mengenalkan Islam secara mendalam itulah yang menjadi tujuan kakek bercucu satu ini mengadakan pengajian di perkantoran.


Mulanya yang mengikuti kajian agama ini belum sebanyak sekarang. Jumlahnya hanya puluhan orang. Walau sebetulnya, ia sudah memberi tahu, bagi yang memiliki urusan lain dipersilahkan meninggalkan kajian sebelum acara selesai, tapi karena topik kajiannya bagus-bagus, biasanya semua yang datang tetap mendengarkan sampai selesai. Para karyawan yang mengikuti kajian itu pun makin lama bahkan makin meningkat jumlahnya. Sekarang, setiap kajian rata-rata diikuti sekitar 200-250 orang. Banyak yang sadar bahwa mereka harus menambah ilmu agama, bukan hanya urusan duniawi saja. Bahkan banyak yang meminta agar ditambah frekuensinya. Siapa pun boleh mengikuti pengajian Ummati. Banyaknya peminat dan dana sokongan yang cukup besar membuat Agus lalu membuat pengajian itu menjadi dua kali seminggu, yaitu pada Senin dan Rabu.

Mengadakan pengajian di kalangan karyawan kantor yang rata-rata sibuk tak membuat pria yang juga bekerja di perusahaan asuransi ini kehilangan akal untuk menarik mereka datang. Sejak awal, apa pun topik kajian yang akan dihadirkan ia arahkan agar ustads yang memberikan ceramah sedikit menyinggung tentang pentingnya sholat berjamaah, terutama bagi laki-laki harus di masjid. Selain itu, juga dibeberkan fadhilah-nya, misalnya berjalan menuju masjid juga berpahala. Ini dilakukan selama 1-2 bulan pertama. Setelah jamaah mulai ramai, lalu mulai diberikan isu kedua yaitu tentang keluarga. Misalnya, ceramah tentang mengajak keluarga masuk surga, bukan hanya masuk surga sendirian. Jadi, menurut Agus, sejak awal memang sudah ada pola pemberian materi. Dengan trik inilah, Ummati makin banyak peminatnya.

Bahkan, saat Ramadhan tiba, kajian yang diadakan tiap Senin sampai Kamis pun selalu dipadati jamaah yang juga rutin menyokong dana secara sukarela. Kajian yang diselenggarakan Ummati selalu ditunggu dan membuat banyak orang tertarik. Ini tak mengherankan, lantaran Agus dan para pengurus Ummati memiliki kriteria sendiri untuk ustadz yang akan diundang untuk memberikan ceramah. Mereka harus sangat pandai dalam menyampaikan ceramah, sehingga mampu membuka wawasan semua yang datang. Isi ceramahnya pun dikaitkan dengan zaman sekarang atau diaplikasikan pada pekerjaan. Misalnya tuntutan agar umat Islam itu harus pintar, kaya, semangat, dan tidak boleh memberikan barang haram dari hasil bekerja untuk keluarga. Sehingga jamaah pun senang mendengarkan. Para ustadz yang kerap memberikan kajian antara lain Utsadz Jumharudin dan Ruslan Effendi. Kajian yang mereka berikan bervariasi, di antaranya tauhid, fiqih, tematis, dan tafsir.

Komentar