KULINER : MAIO GREENBURGER, Burger Hijau Dibungkus Daun Pisang


Berawal dari keinginan untuk membuka usaha kuliner yang khas Indonesia di tengah serbuan waralaba dari restoran luar negeri, Andi Asmawir dan kedua temannya, Taufik Hidayat dan Rifki Yanuar, membuka kedai Maio Greenburger beberapa tahun silam di Jalan Sultan Agung, Bandung. Mereka ingin membuat sesuatu yang modern tapi memiliki ciri khas Indonesia. Sebab, selama ini bisnis kuliner selalu dikuasai franchise asing. Ketiganya lalu memutuskan untuk menjual burger tapi bercitarasa Indonesia. Lantaran tak satu pun dari mereka berlatar belakang kuliner, sebelum usaha berjalan, mereka berbagi tugas. Mawir, misalnya, mengikuti sebuah kursus membuat roti, sedangkan yang lain ada yang bereksplorasi cara membuat patty daging, mayones, dan saus barbekyu.

Selama satu tahun, mereka bereksperimen untuk menemukan resep yang pas. Ketika akhirnya mulai mencoba berjualan, mereka pun belum menemukan resep asli dan standar. Jadi saat itu belum memakai merk. Bahkan daun pisang pun belum digunakan sebagai pembungkus. Burger Maio yang dijual sekarang memang dibungkus dengan daun pisang. Ide untuk menggunakan daun pisang sebagai bungkus burger bermula dari pemikiran bahwa masyarakat Indonesia rata-rata masih suka menggunakan daun pisang sebagai bungkus makanan, yang notabene menjadi ciri khas negara tropis. Sejalan dengan niat untuk membuat produk kuliner yang berciri Indonesia, Mawir dan kedua temannya lalu sepakat untuk menggunakan daun pisang sebagai bungkus burger mereka.


Namun, di awal waktu, ketiganya sempat merasa burger dengan bungkus daun pisang menjadi terkesan standar. Mereka lalu mencoba cara baru dengan membakar dan mengukus burger. Ternyata proses ini tidak berpengaruh pada burger itu sendiri, yang malah jadi gosong waktu dibakar. Setelah dicoba dimasukkan ke microwave, ternyata hasilnya lebih empuk dan harum karena daun pisang mengandung polifernol. Panas burgernya juga jadi lebih awet. Dari situlah, muncul ide untuk membuat roti burgernya berwarna hijau. Setelah berhasil melakukan uji coba dengan menggunakan pandan untuk lebih mendapatkan sentuhan khas Indonesia, sekitar sembilan bulan sejak pertama buka, burger ini baru diberi nama green burger.

Sejak itulah, burger racikan Mawir dan teman-temannya menemukan formula yang pas seperti sekarang. Mereka pun mulai berani memasang papan nama. Karena ciri khas burger mereka terletak pada mayones, akhirnya nama burgernya menjadi Maio Greenburger. Di sini, hampir semua bahannya mereka buat sendiri, termasuk mayones, saus barbekyu, dan lainnya. Bahkan, kini Maio Greenburger juga menjual saus mayones dan barbekyu mereka dalam kemasan botol. Yang menarik, mayones ini dibuat secara manual dengan tangan, bukan mesin pengaduk. Konsep yang benar-benar matang dan serius yang mereka jalankan rupanya membuahkan hasil. Bermula dari empat meja ketika pertama kali kedai dibuka, kini Maio Greenburger diperluas dan menambah tiga meja lagi. Dalam sehari, Maio berhasil menjual 20-30 burger pada hari biasa dan 80 porsi saat akhir pekan.


Mawir bercerita, dulu, sewaktu awal belum memasang papan nama, pernah dalam sehari burgernya hanya laku 1-2 buah. Bahkan pernah sama sekali tidak laku walaupun harganya saat itu masih Rp 11.00-Rp 12.000. Awalnya, Mawir dan kedua temannya sendiri yang terjun langsung memproduksi dan melayani pembeli. Lalu mereka mulai merekrut seorang pegawai, sampai akhirnya kini Maio sudah memiliki empat pegawai. Varian burger hijaunya pun makin banyak. Selain green burger yang dijual dengan harga Rp 21.000, ada pula maio 22, seharga Rp 30.000 di mana burgernya terdiri dari dua patty dan dua helai keju. Maio juga menyediakan crying burger, burger dengan dua level pedas, yaitu menangis dan tersenyum, serta menangis terbahak-bahak. Menangis dan tersenyum maksudnya adalah yang makan akan menangis karena pedasnya, sehingga membuat temannya tersenyum. Ada juga chicken burger dengan harga Rp 16.000. Semua burger ini menggunakan roti hijau, walau pun pembeli juga bisa memilih roti retro atau roti burger dengan warna pada umumnya.

Tak hanya dari Bandung, pembeli Maio juga datang dari Jakarta, kota-kota di Jawa Barat, bahkan Batam, Medan, dan Makassar. Menurut Mawir, sebetulnya permintaan untuk membuka waralaba sudah banyak. Namun, sejauh ini waralaba Maio baru ada di Sukabumi mengingat jaraknya yang relatif dekat dan produksi yang masih terbatas. Meski sudah berjalan cukup bagus, sampai saat ini Mawir dan kedua temannya masih tetap sering mengikuti kursus untuk meningkatkan kemampuan. Dalam operasional sehari-hari, Mawir sendiri bertugas di bidang marketing, Taufik bertanggung jawab untuk urusan produksi, dan Rifki mengurus sosial media dan HRD. Selain di Facebook, Maio juga berpromosi lewat Twitter dengan akun @maioburger dan Instagram dengan nama maiogreenburger.     









Komentar