TRADISI : JAMU CEKOK, Pengobatan Tradisional Untuk Masa Transisi Anak.


Anak sering kali mengalami masa transisi dalam pertumbuhannya. Masa transisi saat anak sulit makan, rewel, dan sakit-sakitan. Orang tua zaman dulu memiliki solusi tunggal untuk mengatasi persoalan itu. Jamu-jamuan berisi ramuan bagi anak-anak. Lebih spesifik lagi disebut jamu cekok. Disebut jamu cekok karena merujuk pada cara pemberian jamu yang dicekokkan kepada anak-anak. Cara pengobatan tradisional seperti ini masih dipercaya efektif dalam mengatasi sindrom masa transisi pertumbuhan anak-anak. Obat ini pun menjadi alternatif jawaban atas kekhawatiran orang tua terhadap obat-obatan kimia dan obat palsu yang beredar.

Adalah gerai Jamu Cekok berlokasi di kawasan Warung Jampi Asli Kerkop Yogyakarta yang masih bertahan hingga kini. Usaha yang telah dijalankan turun-temurun hingga beberapa generasi ini, kini sudah berusia seabad lebih sejak dibuka pertama kali pada tahun 1875. Jamu cekok ini terbuat dari rempah-rempah tradisional, seperti jahe, kencur, temulawak, puyang, temu ireng, temu giring, dan kunir. Kemudian bahan-bahan ini ditumbuk hingga halus. Perasan bahan yang ditumbuk halus inilah yang menjadi bahan jamu cekok.


Memberikan jamu cekok kepada si anak pun menggunakan teknik khusus supaya air mudah ditelan dan anak tidak tersedak. Selain dipercaya mengembalikan nafsu makan anak, jamu cekok juga bisa mengobati cacingan, batuk, sawan, pilek, hingga demam. Di kios jamu cekok ini setiap hari rata-rata ada 100 anak balita antre untuk dicekok. Antrean panjang biasanya terjadi pada pagi dan sore hari. Suara tangisan bocah pun kerap terdengar di kios ini. Yang menangis tak hanya yang dicekok, bocah lain yang sedang antre pun juga ikut menangis ketakutan. Zaman terus berganti, tradisi minum jamu tetap menjadi kearifan lokal berupa warisan tak luntur digerus zaman. Tidak terkecuali jamu cekok.


Komentar