HEALTH & LIFESTYLE : TRIATHLON, Menggabungkan Tiga Cabang Olahraga Dalam Satu Perlombaan.


Mengayuh sepeda, berlari, atau berenang adalah olahraga populer. Mudah dan banyak orang yang melakukannya. Namun, saat menggabungkan ketiganya, banyak orang berpikir berulang kali. Triatlon, merupakan kompetisi olahraga yang menggabungkan tiga cabang olahraga, renang, sepeda, dan lari yang diadakan sekaligus. Keberadaan triatlon memang belum cukup familier di telinga masyarakat Indonesia, bahkan Chaidir Akbar, sebagai ketua komunitas Triathlon Buddies mengaku, baru mengenal ajang ini pada Januari 2012 melalui mulut temannya yang dulu berkuliah di luar negeri.

Awalnya, Chaidir hanya sekedar menggeluti olahraha bersepeda. Tapi ketika temannya memperkenalkan triatlon, dia mulai tertarik. Semenjak itu, dia dan beberapa temannya mencoba berlatih, termasuk memberanikan diri memperdalam renang yang awalnya tidak bisa dia lakukan. Warga Petukangan, Jakarta Selatan ini mengaku, berlatih bersama-sama menjadi kunci utama untuk dia mengenal olahraga asing ini. Sebab, dia sama sekali belum ada bayangan bagaimana cara melakukan tiga olahraga dalam satu acara perlombaan.


Setelah berjalan dan berlatih bersama, kesempatan pertama kali Chaidir mencoba Bintan Triathlon. Ajang yang dulu lebih didominasi peserta dari negara tetangga. Setelah langkah awal itu, Chaidir menginisiasi membuat komunitas Triathlon Buddies pada 2013 dan menggelar perhelatan triatlon di Jakarta khusus untuk pemula. Hingga saat ini, event itu sudah digelar selama lima kali dan menjaring 500 orang pemula untuk mencoba tantangan dari gabungan tiga olahraga. Tapi, medan renang masih diadakan di kolam renang.

Chaidir sendiri sudah 28 kali mengikuti kegiatan triatlon di dalam ataupun luar negeri. Acara yang paling berkesan bagi pria yang bekerja sebagai assistant vice president di PT Bank ICBC NISP Tbk ini adalah event Ironman yang menjadi lintasan terpanjang di ajang tersebut. Dia mesti berenang menempuh jarak 3,8 km di lautan, mengayuh sepeda 180 km, dan berlari di lintasan hingga 42 km pada 2014. Jarak tempuh tersebut menjadi prestasi bagi setiap pegiat olahraga tersebut, meskipun mereka tidak masuk menjadi juara. Ketika sudah bisa menyelesaikan garis finish, Chaidir merasa begitu bangga karena bisa menaklukkan jarak yang begitu panjang.


Tidak jago dalam bidang renang, sepeda, dan lari bukan berarti tidak bisa menjadi jawara triatlon. Itu yang dirasakan Chaidir. Dengan menggeluti triatlon, dia merasa menemukan kelebihan di masing-masing bidang tanpa perlu benar-benar ahli. Yang diperlukan adalah menyeimbangkan ketiganya. Selain merasakan kesenangan dari mengikuti triatlon, sosok kelahiran 26 Januari 1982 ini pernah mengalami pengalaman sulit terlupakan. Saat mengarungi Selat Madura untuk menyelesaikan lintasan Surabaya-Madura, tanpa disangka dia berhadapan dengan segerombolan ubur-ubur dan tersengat serangan mereka. Seketika, badan Chaidir mati rasa dan tidak bisa melanjutkan perlombaan. Ia harus langsung dibawa ke rumah sakit dan menginap hingga sepuluh hari.

Meski pernah berhadapan dengan pengalaman tidak menyenangkan, Chaidir menolak untuk kapok. Sebab, ia menyebut manfaat kegiatan triatlon lebih besar ketimbang risiko yang sebenarnya bisa dikurangi dengan segala persiapan. Persiapan bisa dilakukan sejak tiga bulan sebelum perlombaan triatlon. Tapi jika ingin mengikuti Ironman persiapan dimulai enam bulan sebelumnya. Hal pertama yang diperlu diperhatikan, mempersiapkan diri dengan kemampuan yang mencukupi dalam tiga cabang olahraga tersebut, termasuk mental berenang di lautan. Latihan kombinasi bisa mencapai 10 jam per hari. Menjelang dua pekan perlombaan perlu ada tapping rest atau jeda istirahat dengan intensitas latihan berkurang. Gunanya, untuk menstabilkan kondisi tubuh dan memperbaiki jaringan yang rusak agar bugar ketika menghadapi lintasan nantinya.


Jika Chaidir sudah bisa menjuluki diri Ironman, Chia Harijanto lebih memilih mencoba lintasan-lintasan triatlon di Indonesia terlebih dahulu. Berawal dari kegemaran berlari, Chia mengaku perlu tantangan baru setelah berhasil mencoba tantangan menaklukkan maraton sepenuhnya. Kemudian, dia diperkenalkan dengan triatlon pada 2014 dengan mengikuti Triathlon Buddies 2nd Anniversary. Setelah itu, dia mencoba triatlon di Sungailiat dan merasakan pengalaman yang berbeda-beda berikutnya.

Pengalaman menjajal beberapa lintasan di Indonesia membuat ibu dua anak ini merasa ingin terus mencoba. Apalagi, setiap lintasan memiliki karakteristik berbeda, seperti perlombaan di Sungaliat yang lebih mudah ketika berenang karena kondisi air yang tenang, tapi sangat sulit untuk bersepeda sebab menjalani lintasan naik turun. Berbeda jika dibandingkan dengan triatlon di Bali atau Pariaman, Sumatra Barat, dengan jalur sepeda lebih mudah meskipun disandingkan medan renang air yang berombak. Tantangan tersebut ingin dia perkenalkan juga pada kedua anaknya, Aksananta Agustiyanto dan Amazanisa Agustiyanto. Chia mengaku, memang memaksa mereka untuk terlibat dalam olahraga, termasuk mencoba triatlon pada usia muda.


Menurut perempuan kelahiran 28 Oktober 1983 ini, kebiasaan melihat ibunya berlatih membuat anak-anaknya merasa tertarik untuk mencoba. Dia pun mendorong lebih keras untuk anaknya merasakan sensasi adrenalin yang tinggi. Anak keduanya yang pertama kali mencoba triatlon, padahal belum bisa berenang ketika mencoba menyelesaikan lintasan di kolam renang. Alhasil, ia mesti menyusuri sisi kolam sampai menangis.

Namun, setelah itu, dia justru ingin mencoba triatlon pada tahun berikutnya dengan syarat harus bisa berenang terlebih dahulu. Kini, dua kakak-beradik itu rajin berlatih dalam klub renang. Tantangan bagi Chia kini adalah menjajal event triatlon di Bintan. Ia juga ingin memperkenalkan medan itu pada kedua anaknya sekaligus. Sebab, acara tersebut juga membuka pendaftaran khusus anak-anak dengan minimal usia depalan tahun yang memang tepat dengan usia mereka.





Komentar