PENDIDIKAN : SEKOLAH ALAM BOGOR, Mendidik Siswa Belajar Bersama Alam.

Bila anak anda menyukai kegiatan luar ruang atau yang berkaitan dengan alam, sekolah alam bisa jadi pilihan. Di SD Sekolah Alam Bogor, siswa akan belajar di kelas tapi dengan ruangan yang tidak tertutup rapat di bagian dinding atas dan tidak berpintu. Semilir angin yang sejuk membuat siswa betah belajar, seperti sedang berada di rumah. Para pendidik mengajar dengan cara yang asyik, Belajar banyak dilakukan sambil bermain dan praktik, sehingga siswa tidak jenuh dan merasa seru. Justru mereka sering menunggu kegiatan yang akan dilakukan saat proses belajar. Hambatan teknis pasti ada, misalnya air yang sedikit tampias saat hujan. Namun, justru dari situ siswa belajar untuk menyikapinya dengan baik. Mereka jadi belajar berhati-hati.

Metode yang digunakan dalam sekolah ini adalah belajar bersama alam. Artinya, alam menjadi sumber inspirasi bagi para siswa. Belajar sains, bahasa, matematika, dan semua pelajaran lain bisa dipelajari dari alam. Justru dengan cara ini, siswa jadi lebih mudah mencerna pelajaran lantaran semua panca indera terpakai. Untuk mengimbangi semangat siswa dan menyesuaikan dengan metode pembelajarannya, Sekolah Alam Bogor sengaja mencari guru yang atraktif dan aktif, sehingga hubungan siswa dan guru seperti teman. Pembelajaran pun akhirnya berlangsung dua arah. Bukan hanya siswa yang belajar, melain juga gurunya.

SD Sekolah Alam Bogor sendiri memiliki tiga pilar dalam proses belajar mengajar, yaitu ilmu, ahlak, dan kepemimpinan. Untuk pilar ilmu, bentuknya antara lain kunjungan edukatif, di mana para siswa akan bersentuhan langsung dengan obyek yang sedang dipelajari. Kalau obyeknya transportasi, bisa saja mereka diajak naik angkutan kota, kereta api, atau lainnya. Sedangkan untuk pilar kepemimpinan yang merupakan pilar dengan kegiatan terbanyak, kegiatannya antara lain kemping, business day, magang, business expo, leadership, dan lainnya. Pada pilar ahlak, sekolah membuat kurikulum sendiri dan lebih difokuskan pada pembiasan, misalnya perihal menanamkan ahlak yang baik. Contohnya, ketika melakukan home visit.

Ujung-ujungnya, siswa diajari tentang leadership tapi lebih pada kepemimpinan diri. Mereka diharapkan bisa menjadi anak yang mandiri, punya ahlak baik, bisa mengenali kekuatan diri, dan selanjutnya agar bisa mengenali minat dan bakatnya. Sekolah Alam Bogor memang ingin menyiapkan generasi pemimpin. Visi mereka adalah menjadi sebuah komunitas yang bisa menjadi model bagi yang lain, termasuk lingkungan. Mereka ingin menjadi komunitas kreatif kebaikan yang menjadi tempat belajar dan inspirasi.

Sebagai sekolah inklusi, SD Sekolah Alam Bogor terdiri dari siswa dengan berbagai latar belakang, termasuk dalam hal gaya belajar. Sesuai namanya, sekolah alam, maka sekolah yang didirikan oleh Agus Gusnul Yakin dan teman-temannya ini memiliki metode pengajaran yang berorientasi pada alam. Praktis, banyaknya kegiatan yang berkaitan dengan alam menjadi keunggulan sekolah ini. Di sini, para pendidik akan mendampingi siswa belajar sesuai fitrahnya, yaitu senang bergerak. Maka, mereka pun belajar lewat banyak kegiatan. Ragam kegiatan inilah yang membedakan Sekolah Alam Bogor dengan sekolah biasa. Namun, kegiatan yang dilakukan bukan hanya secara fisik, melainkan juga yang lain. Karena diyakini para siswa akan lebih maksimal bila belajar lewat pengalaman.

Pengalaman bukan hanya bisa diperoleh lewat kelas. Sesuai dengan namanya, 'pengalaman' terdiri dari kata 'peng-alam-an', jadi harus ada interaksi dengan alam. Itu sebabnya, di sekolah ini ragam kegiatannya lebih banyak. Tentu saja, ragam kegiatan ini mengacu pada kurikulum, tapi menggunakan metode yang berbeda dari sekolah biasa. Untuk kegiatan belajar harian, misalnya, ketika siswa belajar matematika, materi yang diberikan bukan hanya di kertas, melainkan juga bisa ditemui di kebun atau halaman sekolah. Sehingga, para siswa bisa langsung diajak ke sana untuk mempelajarinya. Menurut Agus sang pemilik, belajar itu artinya hidup. Jadi antara pembelajaran dan hidup tidak ada pemisahan. Siswa perlu belajar konteks hidup yang sebenarnya. Antara lain, mereka perlu bertemu banyak orang. Misalnya dalam kegiatan kunjungan edukasi.